BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG
Tekanan darah adalah
salah satu perwujudan kegiatan jantung . Darah yang mengalir dan menyurut dalam
sistem arteri seperti gerakan gelombang, menyebabkan 2 jenis tekanan : tekanan sistolik
dan diastolic.
Di era modern ini, banyak timbul
berbagai masalah mengenai gangguan terhadap tekanan darah pada manusia.
Gangguan tersebut diantaranya tekanan darah tinggi yang dikenal dengan sebutan
hipertensi serta tekanan darah rendah yang biasanya disebut dengan hipotensi.
Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor, yang meliputi pola hidup yang tidak
sehat, faktor lingkungan sekitar, dan aktivitas yang tidak seimbang dengan
kondisi tubuh.
Oleh karena itu setiap manusia harus mengetahui tekanan darah pada dirinya
sendiri. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan langkah-langkah pengukuran
tekanan darah. Dengan demikian setiap
individu mampu untuk menjaga kesehatannya serta mengatur pola hidupnya dengan
baik. Sehingga dapat hidup sehat dan lancar dalam menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
B.RUMUSAN MASALAH
·
Apa
yang dimaksud dengan tekanan darah?
·
Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah?
·
Bagaimana kriteria dan klasifikasi dari tekanan darah?
·
Apa
saja penyakit akibat tekanan darah?
·
Bagimana
cara memeriksa tekanan darah?
C.TUJUAN
·
Agar
mahasiswa dapat mengetahui definisi tekanan darah.
·
Agar
mahasiswa dapat mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
·
Agar
mahasiswa dapat mengetahui kriteria dan klasifikasi tekanan darah.
·
Agar
mahasiswa dapat mengetahui apa saja penyakit akibat tekanan darah.
·
Agar
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memeriksa tekanan darah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan
pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan
disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003),
tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung
dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai
pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu
Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air
raksa (mmHg).
Tekanan darah merupakan kekuatan
lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari
jantung. Takanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri
tubuh, adalah indicator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran
darah mengalir pada sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari
daerah yang tekanannya tinggi ke tekanannya rendah. Kontraksi jantung mendorong
darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum ejeksi
terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel rileks, darah yang
tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum. Tekanan diastolik
adalah tekanan mimimal yang mendesak dinding arteri pada setiap waktu.
Tekanan darah adalah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya
diukur seperti berikut: 120/80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke
atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole.
Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara
pemompaan, dan disebut tekanan diastole.
Sistolik terjadi saat katub jantung mitral dan
trikuspid menutup ketika ventrikel kiri dan kanan berkontraksi mengosongkan
darah yang ada di dalamnya dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah besar aorta dan dari ventrikel kanan ke paru-paru melalui
pembuluh darah pulmonalis. Darah dari ventrikel kiri ini kaya akan oksigen
untuk memberi bahan bakar ke seluruh jaringan tubuh, sementara darah dari
ventrikel kanan justru kaya akan karbon dioksida yang akan dikirim ke paru-paru
supaya dibuang ke udara melalui pernafasan.
Sedangkan diastolik terjadi saat katub di aorta dan
pulmonalis tertutup akibat arus balik darah yang tadi dilontarkan oleh
ventrikel kiri dan kanan
B. FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH
- USIA
Dapat
mempengaruhi tekanan darah karena tingkat normal tekanan darah bervariasi
sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan
memperhitungkan ukuran tubuh dan usia (task porce on blood pressure control in
children 1987). Anak-anak yang lebih besar (lebih berat atau lebih tinggi)
tekanan darahnya lebih tinggi dari pada anak-anak yang lebih kecil dari usia
yang sama. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan dengan penurunan
elastisitas pembuluh.
- STRES
Takut, nyeri
dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi
darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer. Efek stimulasi simpatik
meningkatkan tekanan darah.
- MEDIKASI
Banyak
medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan
darah. Golongan medikasi lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgesic
narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah.
- VARIASI
DIURNAL
Tingkat
tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada
pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore,
dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat
variasinya sama.
- JENIS
KELAMIN
Secara
klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak
laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan
tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.
·
EMOSI DAN NYERI
emosi tinggi dan rasa nyeri yang tinggi dapat
meningkatkan tekanan darah, juga bila kandung kemih penuh atau pasien
kedinginan, merokok dan posisi kaki silang dapat meningkatkan tekanan darah.
·
Miscellaneus faktor
Bila dalam posisi berbaring tekanan darah lebih
rendah dari pada pasien duduk.
Faktor –
faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah :
1.
Kekuataan
jantung memompa darah, membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah
bisa beredar keseluruh tubuh dan di arah dapat kembali ke jantung.
2.
Viskisitas
(kekntalan) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah darah yang beredar
dalam aliran tubuh.
3.
Tahanan tepi
yaitu tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah dalam
sirkulasi darah besar yang berada dalam arterial.
C. KRITERIA DAN KLASIFIKASI
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia
seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1
bulan : 85/15 mmHg
- Usia 1 - 6
bulan
: 90/60 mmHg
- Usia 6 - 12
bulan
: 96/65 mmHg
- Usia 1 - 4
tahun
: 99/65 mmHg
- Usia 4 - 6
tahun
: 160/60 mmHg
- Usia 6 - 8
tahun
: 185/60 mmHg
- Usia 8 - 10
tahun
: 110/60 mmHg
- Usia 10 - 12
tahun
: 115/60 mmHg
- Usia 12 - 14
tahun
: 118/60 mmHg
- Usia 14 - 16
tahun
: 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas :
130/75 mmHg
Kriteria hipertensi menurut WHO:
Seseorang dikatakan mempunyai penyakit tekanan darah tinggi(hipertensi)
bila di ukur dalam keadaan istirahat cukup dan kondisi tenang, sistolik ≥ 160
mmHg, diastolik >90 mmHg.
Dan klasifikasi hipertensi di dasarkan pada nilai diastolik :
1.
92-104 mmHg : mild hypertension
2.
105-114 mmHg : moderate hypertension
3. 115
mmHg : severe hypertension
4. 130
mmHg : malignant hypertension
Keadaan
sistolik ≥ 160 mmHg dengan diastolik normal disebut hipertensi sistolik. Nilai
sistolik yang tinggi dihubungkan dengan resiko pecahnya pembuluh darah. Nilai
diastolik yang tinggi dihubungkan dengan resiko gangguan kerja jantung dan
ischemia otot jantung. Keadaan tekanan darah yang normal adalah sekitar <120 mmHg |
<80 mmHg.
D. TEMPAT – TEMPAT PENGUKURAN TEKANAN DARAH
- Arteri brakial
: arteri yang terletak di siku
bagian dalam.
- Arteri popliteal
: arteri yang terletak di belakang lutut.
- Arteri radial
: arteri yang
terletak pada pergelangan tangan yang sejajar dengan ibu jari.
E. CARA MEMERIKSA TEKANAN DARAH
v Persiapan Alat dan
Bahan:
1) Sphygmomanometer yang terdiri atas:
ž
Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka.
ž
Manchet udara sesuai dengan ukuran anak.
ž
Selang karet.
ž
Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup.
2) Stetoskop.
3) Buku catatan tanda vital
v Jenis-jenis
tensimeter
Ada 2 jenis
tensimeter
1.
Tensimeter air raksa
Tensimeter raksa adalah alat
pengukur tekanan darah yang berbahan dasar raksa sebagai indicator pengukuran.
Tensimeter jenis ini memiliki keunggulan pada tingkat akurasi yang sangat
bagus.
Merupakan tensimeter konvensional. Tensimeter air
raksa sedikit berbahaya apabila alat pecah dan sampai terpapar kulit. Tingkat
keakuratan manual jauh lebih tinggi dari yang digital, bahkan menyebabkan
keracunan logam berat mercury.
2.
Tensimeter digital
Tensimeter
digital merupakan alat kesehatan yang berfungsi untuk mengukur tekanan darah
yang bekerja secara digital (otomatis). Tensimeter digital itu akurat, berbeda
dengan tensimeter air raksa yang memerlukan stetoskop untuk mendengarkan suara
sebagai pertanda tekanan sistolik dan diastolic.
Tensimeter
digital memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, sebagai berikut :
Ø Keunggulan yaitu:
1)
Aman, karena
tidak menggunakan air raksa yang beresiko radiasi logam berat.
2)
Praktis,
hasil pengukuran langsung ditampilkan pada layar digital.
3)
Multifitur,
alat ini biasanya dilengkapi juga dengan beberapa fitur lain yang bermanfaat.
Seperti grafik tekanan darah (apakah drah normal atau tidak) dan fitur irreirreguler heart beat.
4)
Tidak perlu
pelatihan khusus untuk menggunakannya karena cara penggunaanya tidak jauh beda
dengan tensimeter air raksa.
Ø Kelemahan
yaitu :
5)
Tingkat
akurasi pengukuran lebih rendah.
6)
Akurasi
pengukuran pada tensimeter digital dipengaruhi oleh banyak factor yaitu kondisi baterai (daya), usia
pemakaian (semakin lama pemakaian semakin menurun tingkat akurasi) dan teknologi produk.
v
Tekanan darah dapat di ukur dengan
dua metode :
1.
Metode Langsung (Direct Method)
Metode ini
menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan
dihubungkan dengan manometer. Metode ini
merupakan cara yang sangat tepat untuk pengukuran tekanan darah tapi butuh
peralatan yang lengkap
dan ketrampilan khusus.
2.
Metode tidak langsung (Inderct Method)
Metode ini
menggunakan Sphygmomanometer (tensi meter). Tekanan darah dapat diukur dengan
tiga cara yaitu :
1)
Cara Palpasi
Dengan cara
ini hanya dapat diukur tekanan sistolik. Metode palpasi harus di lakukan
sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan yang diharapkan.
Palpasi juga dilakukan bila tekanan darah sulit di dengarkan. Tetapi, dengan
Palpasi tekanan diastolic tidak dapat ditentukan dengan akurat.
o
Prosedur Kerja :
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur pada klien.
3.
Atur posisi pasien.
4.
Letakkan lengan yang hendak di ukur tekanan darah dengan posisi terlentang.
5.
Lengan baju di buka.
6.
Pasang manset pada lengan kanan atas sekitar 3cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun longgar).
7.
Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra.
8.
Pompakan udara ke dalam manset sampai denyut nadi arteri radialis dekstra
tidak teraba.
9.
Pompakan terus setinggi manometer 20mmHg, lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba.
10.
Palpasikan pada daerah denyut nadi arteri dan keluarkan udara dalam manset
secara pelan-pelan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup berlawanan arah
jarum jam pada pompa udara.
11.
Catat hingga mmHg pada manometer, di mana arteri pertama berdenyut kembali.
12.
Nilai pertama menunjukkan sistolik secara palpasi.
2) Cara Auskultasi
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh
seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolis
dan diastolis dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar
(auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi
Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang
disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut.
ü Prosedur
kerja :
Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan
bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat
meletakkan stetoskop. Mula-mula rabalah arteri brachialis untuk menentukan
tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya
melebihi tekanan diastolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkan tekanan
manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis
pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi
mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset
sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff
dan dapat dibagi dalam empat fase yang berbeda:
1)
Fase I
Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang
jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya.
Ini disebut pula nada letupan.
2)
Fase II
Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama
penurunan tekanan 15-20 mmHg.
3)
Fase II
Bunyi
sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan keras selama
penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
4)
Fase IV
Bunyi
meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.
5)
Fase V
Titik dimana
bunyi menghilang.
a. Permulaan dari
fase I yaitu di mana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistol
b. Permulaan fase
IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai berikut:
Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastolis
intra arterial yang diukur secara langsung.
Fase V terjadi pada tekanan yang
sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial pada keadaan istirahat. Pada
keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka fase V
jauh lebih rendah dari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak, fase
IV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis. berikutnya.
3) Cara Osilasi
Dalam metode
ini kita hanya melihat osilasi pada manometer. Saat timbulnya pada manometer
menunjukkan tekanan sistolik. Tekanan manset terus di turunkan sampai osilasi
menghilang yang menunjukkan tekanan diastolik.(10)
Cara memeriksa
tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa adalah
1.
Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff) pada lengan
atas.
2.
Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
3.
Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke
dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah lengan (brachial
artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
4.
Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara.
5.
Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus
diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut
pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut
untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah
nilai tekanan sistolik.
6.
Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar
lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk
tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik.
E. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGUKUR TEKANAN DARAH
1. Tentukan anatomi terbaik untuk
pengukuran tekanan darah. Hindari penempatan manset saat kateter infuse berada di
fosa antekubital dan cairan sedang diteteskan.
2. Jangan menepatkan manset ke ekstremitas
dimana terpasang shunt arterivena, visual atau cangkokan (graft).
3. Hindari lengan disisi dimana telah
dilakukan operasi payudara atau ketiak dan pengangkatan jaringan limfe.
4. Hindari lengan atau tangan yang
mengalami trauma, penyakit atau bila lengan bawah telah diamputasi atau
tertutup gips atau balutan yang keras.
5. pengukuran tekanan darah boleh
dilaksanakan pada posisi duduk ataupun berbaring. namun yang penting, lengan
tangan harus dapat diletakkan dengan santai.
6. pengukuran tekanan darah dalam posisi
duduk, akan memberikan angka yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi
berbaring, meskipun selisihnya relatif kecil.
7. tekanan darah juga dipengaruhi kondisi
saat pengukuran.
pada orang yang baru bangun tidur akan didapatkan tekanan darah paling
rendah, yang dinamakan tekanan darah basal.
tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki
atau aktifitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi dan disebut
tekanan darh kasual. Oleh karena itu, sebelum pengukuran tekanan darah, orang
sebaiknya beristirhat duduk santai minimal sepuluh menit. Tekanan darah
sistolik akan berubah-ubah sesuai dengan kegiatan yang dikerjakan, sedangkan
tekanan darah diastolik relatif ttidak berubah.
pada suatu pemeriksaan kesehatan, sebaiknya
tekanan darah diukur 2 atau 3 kali berturut-turut. jika hasilnya berbeda, maka
nilai yang dipakai adalah nilai yang terendah.
8. ukuran manset
(cuff) harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang harus
melingkari 80 % lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan atas. untuk
itu, sebaiknya digunakan ukuran manset yang berbeda untuk anak, dewasa dan
orang gemuk.
F.
PENYAKIT-PENYAKIT TEKANAN DARAH
1.
HIPERTENSI (
TEKANAN DARAH TINGGI )
Hipertensi dapat didefenisikan
sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).
Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan
darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas
dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens,
2003).
ü PENYEBAB HIPERTENSI
Penyebab hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Hipertensi Primer
Adalah hipertensi yang disebabkan oleh lingkungan,
seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress,
dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi
lemak, garam, aktivitas yang rendah,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress.
2. Hipertensi Sekunder
Adalah hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan
kekakuan dari aorta.
ü
KLASIFIKASI
HIPERTENSI
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa
stadium.
Kategori
|
Tekanan Darah Sistolik
|
Tekanan Darah Diastolik
|
Normal
|
Di bawah 130 mmHg
|
Di bawah 85 mmHg
|
Hipertensi perbatasan
|
130-139 mmHg
|
85-89 mmHg
|
Hipertensi Ringan (stadium 1)
|
140-159 mmHg
|
90-99 mmHg
|
Hipertensi Sedang (stadium 2)
|
160-179 mmHg
|
100-109 mmHg
|
Hipertensi Berat (stadium 3)
|
180-209 mmHg
|
110-119 mmHg
|
Hipertensi Maligna (stadium 4)
|
210 mmHg atau lebih
|
120 mmHg atau lebih
|
ü
Patofisiologi
hipertensi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Patofisiologi
Hipertensi Darah Tinggi
Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri
bisa terjadi melalui beberapa cara, yaitu : jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, karena-nya darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang biasa terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, sebaliknya jika :
aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan
keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor – faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom
(bagian dari system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Patofisiologi
Hipertensi Kaitannya Dengan Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa
cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika
tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga
bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut rennin,
yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan
tekanan darah, karena inti berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.
Patofisiologi
Hipertensi Kaitan Dengan Sistem Saraf
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari system
saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan : meningkatkan tekanan darah
selama respon fight – or – flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar). Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit
sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu
(misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).
Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan
volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
Penatalaksanaan
Hipertensi
Tujuan umum
pengobatan hipertensi adalah :
Penurunan
mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan
morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian
kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).
Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi
obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan
resiko.
Target nilai
tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.
• Kebanyakan
pasien < 140/90 mm Hg
• Pasien
dengan diabetes < 130/80 mm Hg
• Pasien
dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
Walaupun
hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum dijumpai, tetapi
kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan pasien dengan hipertensi tekanan
darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan darah sistolik masih tinggi.
Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang diobati tetapi belum
terkontrol, 76.9% mempunyai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolic ≤90 mmHg.11 Pada kebanyakan pasien, tekanan darah diastolik yang
diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah sistolik yang diiginkan sudah
tercapai. Karena kenyataannya tekanan darah sistolik berkaitan dengan resiko
kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik, maka tekanan darah sistolik
harus digunakan sebagai petanda klinis utama untuk pengontrolan penyakit pada
hipertensi.
Penatalaksanaan
hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi
nonfarmakologi
Menerapkan
gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah
tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat
pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan
tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga
dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien
dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi
gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola
makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium
dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit
saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan
terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima
adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada
pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.
Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
Fakta-fakta
berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas
intervensi diet:
a.
Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
b. Lebih
dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan
berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan tekanan darah
secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas
abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari
hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2,
dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya
dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah
pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun
ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan pasien
mengalami penurunaan tekanan darah sistolik denganpembatasan natrium.
JNC VII
menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk
susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium
yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.
tekanan
darah. Contoh obat: bisoprolol, metoprolol, propanolol, atenolol, carvedilol. Aktifitas
fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling
tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien.
Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan
kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini
dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus
konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik
terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor
resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang
merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.
2. Terapi
farmakologi
Menurut JNC
7 (2003) ada sejumlah kelompok obat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
hipertensi. Berikut ini adalah penjabaran kelompok-kelompok obat tersebut,
penjelasan singkat mengenai mekanisme kerja dari masing-masing kelompok obat,
serta contoh-contoh obatnya.
- Diuretics
Diuretik
bekerja dengan mengurangi jumlah air dalam sirkulasi darah, melalui efek
diuresis (peningkatan produksi urin). Dari sini diharapkan beban jantung dan tekanan
darah dapat berkurang. Umumnya bersama dengan pengeluaran air, keluar pula ion
natrium dan sejumlah ion lainnya. Contoh obat: hydrochlorothiazide,
spironolactone, furosemide.
- Beta
blockers
Jantung
memiliki reseptor saraf otonom simpatis tipe β1, yang sifatnya selektif dan
hampir hanya ditemukan pada jantung. Perangsangan simpatis berlebihan pada
jantung dapat menstimulasi jantung untuk berkontraksi lebih kuat, sehingga
penghambatan terhadap kontraksi jantung yang terlalu kuat diharapkan dapat menurunkan
- Calcium channel blockers
Ion kalsium
berfungsi untuk kontraksi otot jantung. Selama jantung mengalami kontraksi,
obat golongan ini menghambat ion kalsium memasuki sel otot jantung, sambil juga
membantu vasodilatasi pembuluh darah koroner. Contoh obat: nifedipine,
amlodipine, verapamil, diltiazem, nicardipine.
- ACE
Inhibitors
Bekerja pada
RAAS ; obat golongan ini memiliki sifat sebagai inhibitor kompetitif
dengan enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Dengan pemberian obat
ini, enzim ACE yang tadinya berfungsi mengubah angiotensin I (inaktif) menjadi
angiotensin II (aktif), tidak berfungsi lagi. Dengan demikian hormon
aldosteron, yang merupakan produk akhir angiotensin II yang dapat meningkatkan
tekanan darah, akan berkurang kadarnya. Contoh obat: captopril, ramipril,
enalapril, imidapril, perindopril.
- Angiotensin Receptor Blockers
Mekanisme
kerjanya juga melibatkan RAAS, namun obat ini bekerja langsung pada reseptor
angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat memperlihatkan efek
vasokonstriksinya terhadap pembuluh darah. Contoh obat: irbesartan,
candesartan, losartan, telmisartan, valsartan.
2. TEKANAN
DARAH RENDAH (HIPOTENSI)
Tekanan darah rendah adalah keadaan tekanan darah yang
lebih rendah dari tekanan yang diperlukan oleh tubuh, sehingga setiap organ
dari badan tidak mendapat aliran darah yang cukup dan menyebabkan timbulnya
gejala hipotensi. Seseorang yang memiliki tekanan darah yang rendah umumnya
tidak mampu untuk berdiri dan atau duduk terlalu lama, karena akan timbul rasa
pusing ketika ia beranjak dari posisi sebelumnya, contoh ketika duduk terlalu
lama, lalu langsung berdiri tekanan darah akan memacu jantung lebih cepat
secara tiba-tiba, tekanan darah akan meningkat secara cepat kemudian kepala
terasa kunang-kunang atau pusing, bahkan beberapa diantaranya sampai
menimbulkan pingsan. Seseorang yang mempunyai tekanan darah rendah membutuhkan
waktu beberapa saat untuk mengembalikan tekanan darah kembali normal.
Tekanan darah rendah yang sangat berat memiliki
hubungan yang sangat erat dengan shock. Ketika seseorang mengalami shock,
tekanan darah akan mengalami penurunan atau rendah yang mengakibatkan aliran
oksigen ke organ utama pada tubuh tidak dapat terkendali secara optimal,
terutama pada otak. Bila aliran darah pada otak, tak mampu berjalan dengan
normal maka timbul gejala seperti pusing, mengantuk dan kebingungan.
Gejala atau ciri dari tekanan darah rendah pada mereka
yang berusia muda mungkin belum terlihat secara signifikan atau pada saat awal
terkena shock, namun pada mereka yang berusia lanjut atau tua yang mengalami
tekanan darah akan tampak gejala seperti terlihat orang yang kebingungan.
Seseorang yang sering mengalami shock berat hingga
pingsan akan memberikan dampak negatif hingga kehilangan tingkat kesadaran,
meskipun gejala shock yang terjadi bervariasi. Tekanan darah rendah yang
mengakibatkan shock disebabkan oleh volume darah dalam tubuh rendah (kehilangan
banyak darah) sehingga jantung melemahkan fungsi kerjanya (gagal jantung).
Ciri-ciri dari tekanan darah yang menimbulkan shock yang
mudah dikenal dan terlihat :
1. Kulit menjadi berkeringat dan keluar keringat dingin
2. Kepala menjadi pusing
3. Jalannya denyut nadi terkadang cepat dan terkadang lemah
4. Bernapas dengan sangat cepat
5. Ketika pembuluh darah sedang ber-relaksasi dari shock, kemudian awalnya seseorang akan merasakan rasa hangat dan memerah, kulit akan menjadi dingin dan berkeringat, kemudian timbul rasa kantuk yang begitu hebat tidak tertahan. Namun disaat inilah jantung dan tekanan darah akan kebali normal.
2. Kepala menjadi pusing
3. Jalannya denyut nadi terkadang cepat dan terkadang lemah
4. Bernapas dengan sangat cepat
5. Ketika pembuluh darah sedang ber-relaksasi dari shock, kemudian awalnya seseorang akan merasakan rasa hangat dan memerah, kulit akan menjadi dingin dan berkeringat, kemudian timbul rasa kantuk yang begitu hebat tidak tertahan. Namun disaat inilah jantung dan tekanan darah akan kebali normal.
Pemicu
-Dehidrasi
karena kurang minum, demam, diare hebat dan muntah.
-Mengonsumsi
obat tekanan darah tinggi, obat jantung, antidepresi, obat disfungsi ereksi,
atau obat untuk parkinson. Penggunaan obat diuretik secara berlebihan, misalnya
pil pelangsing.
-Mengalami
anemia, infeksi berat, gangguan jantung, gangguan sistem saraf pusat, gangguan
endokrin (termasuk hipotiroid, hipertiroid, diabetes, dan kadar gula darah
rendah).
-Terlalu
lama terpapar udara panas, kehamilan, terlalu lama berbaring karena sakit, usia
makin tua.
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Tekanan darah adalah
tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat
ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan
nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80
Hipertensi dapat didefenisikan
sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).
Sedangkan hipotensi adalah keadaan tekanan darah yang lebih rendah dari tekanan
yang diperlukan oleh tubuh, sehingga setiap organ dari badan tidak mendapat
aliran darah yang cukup dan menyebabkan timbulnya gejala hipotensi
B.SARAN
Mengingat pentingnya kesehatan,
terutama dalam mengetahui kondisi tubuh baik dalam keadaan sehat maupun sakit
sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Paul D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia.
Jakarta : EGC.
Betz, Cecily L, dkk.2002. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Gunawan, Lany.2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:
Kanisius
RN, Potter.1996. Pengkajian Kesehatan. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:
EGC
http://tekanandarahnormal.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar