Minggu, 21 Februari 2016

pendidikan tinggi keperawatan


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam rangka menghadapi persaingan global diperlukan jenjang perawat pendidikan yang lebih tinggi. Langkah awal yang perlu ditembuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan semua pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi criteria pendidikan minimal D-III Keperawatan. Pada saat ini upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan professional memang sedang dilakukan dengan mengonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan (D-III). Lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 Keperawatan. Semua pihak yang menangani keperawatan harus memahami benar arti dan makna keperawatan sebagai profesi, secara bersama memacu professionalisasi keperawatan, terutama dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan pembangunan kesehatan di masa depan, dan kesiapan dalam menghadapi globalisasi yang juga akan melanda keperawatan.
1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah meliputi:
1.2.1. Bagaimana jenjang pendidikan dalam keperawatan?
1.2.2. Bagaimana kerangka konsep pendidikan keperawatan?
1.2.3 Apa tujuan pendidikan tinggi keperawatan?
1.2.4 Apa hakikat pendidikan tinggi keperawatan?
1.2.5.  Apa peran pendidikan tinggi keperawatan?
1.2.6.  Apa batang tubuh ilmu keperawatan?
1.2.7. Apa karakteristik kompetensi keperawatan?
1.2.8 Bagaimana proses dan metode pembelajaran pendidikan keperawatan?
1.3    Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa (i) tentang hakikat pendidikan tinggi keperawatan.
1.3.2   Tujuan Khusus
Secara khusus makalah ini menambah wawasan tentang hakikat pendidikan tinggi keperawatan meliputi:
1)      Jenjang Pendidikan Dalam Keperawatan
2)      Kerangka Konsep Pendidikan keperawatan
3)      Tujuan Pendidikan Tinggi Keperawatan
4)      Hakikat Pendidikan Tinggi Keperawatan
5)      Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan
6)      Batang Tubuh Ilmu Keperawatan
7)      Karakteristik Kompetensi Keperawatan
8)      Proses dan Metode Pembelajaran Pendidikan Keperawatan




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.        Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan
Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelayanan professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang mendapatkan materi pendidikan atau bimbingan di bidang kesehatan, sehingga klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan tingkah laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
B.     Sejarah dan Perkembanagan Pendidikan Keperawatan
       1.      Sejarah Pendidikan Keperawatan
·       Zaman purbakala ( Primitif Culture )
Manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan spritual/mistik yang mempengaruhi kehidupan manusia (animisme) Sakit di sebabkan oleh kekuatan alam/kekuatan gaib (batu-batu besar, gunung tinggi & pohon-pohon besar) serta masyarakat masih percaya pada dukun
·       Zaman mesir
Masyarakat percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan sebagai penyebab penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat.
·       Pertengahan abad VI masehi
Keperawatan berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur tengah seiring dengan  perkembangan agama Islam.
·       Abad VII
Di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Keperawatan mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh yang terkenal dari dunia arab pada masa itu adalah Rafidah.
·       Permulaan abad XVI
Orientasi masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang tutup yang biasanya di gunakan untuk merawat orang sakit. Perawat di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi kerja yang buruk. Sisi positif dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak membutuhkan tenaga sukarela sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg mengikuti suami perang & tentara-tentara yang merangkap sebagai perawat) konsep P3K.
Rumah sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa kini (zaman pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks yang bertobat, tidak lama kemudian menggunakan perawat yang terdidik dari rumah sakit tersebut.
Hotel Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti orang-orang bebas yang tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal rumah  sakit ini yaitu Genevieve Bouquet St. Thomas Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Nigtingale memperbaharui keperawatan.
·       Pertengahan abad XVIII – XIX
Keperawatan mulai di percaya orang yaitu Florence Nigthingale.
Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.
     2.      Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Masa pemerintahan Belanda
·       Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga orang sakit (Zieken Oppaser)
·       Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan staf & tentara Belanda
·       Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat
Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)
·  Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.
·  Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.
·  Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.
3.  Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Beberapa organisasi keperawatan
·         ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 / Mrs.Bedford Fenwick.
Tujuannya:
a.       Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia
b.       Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk membicarakan masalah keperawatan.
c.        Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi keperawatan.
·         ANA di dirikan tahun 1800 yang anggotanya dari negara- negara bagian, berperan:
a.       Menetapkan standar praktek keperawatan.
b.      Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA memberikan izin praktek keperawatan mandiri.
·         NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan & pendidikkan keperawatan.
·         British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya:
memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris & berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
·         PPNI di dirikan 17 Maret 1974.


C.    Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:
1.      Kegiatan demi kelangsungan hidup.
2.      Usaha mencari nafkah.
3.      Pendidikan anak.
4.      Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
5.      Penggunaan waktu senggang.
Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.
D.    Fungsi Pendidikan Keperawatan
  1. Fungsi pendidikan
Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
a)      Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi dan penerimaan, serta daya tampung peserta didik.
b)      Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan kompetensi, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi hasil belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit pendidikan.
c)      Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme penilaian akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan sebaran.
2.      Fungsi penelitian
Fungsi ini mencakup :
a)      Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan pelayanan
b)      Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan professional
c)      Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah ilmiah dan pengawal ilmu keperawatan.
3.      Fungsi pengabdian masyarakat
Fungsi ini mencakup :
a)      Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan keperawatan
b)      Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
c)      Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional
d)     Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang memerlukan







BAB III
PEMBAHASAN

A.     Jenjang Pendidikan Dalam Keperawatan
Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan dengan berbagai jenis dan jenjang pendidikan tinggi, sebagai berikut:
1.      Program Pendidikan D-III Keperawatan
Program pendidikan D-III Keperawatan, menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula (ahli madya keperawatan), dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan keprofesian yang kokoh. Lulusannya diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional dengan berpedoman kepada standar asuhan keperawatan dan dengan etika keperawatan sebagai tuntunan.
Sebagai perawat vokasional diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional, akuntabel dalam melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri di bawah supervise Ners. Lama pendidikan 3 tahun untuk waktu normal. Lulusan D-III Keperawatan juga diharapkan mampu mengelola praktik keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan klien serta memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju secara tepat guna.  
2.      Program Pendidikan Ners
Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan ( Serjana Keperawatan) dan Profesional (Ners = “ First professional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar (sampai dengan tingkat kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai perawat professional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan melakukan supervise praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional pemula (D-III Keperawatan). Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana.
Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dari pada lulusan D-III Keperawatan serta memiliki landasan keprofesian yang mentap sesuai dengan sifatnya sebagai pendidikan profesi. Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti profesi Ners, adalah orang yang berkemampuan akademik sebagai serjana keperawatan tetapi tidak memiliki kewenangan melakukan praktik keperawatan atau melakukan kegiatan pada bidang non keperawatan. Sedangkan lulusan Serjana keperawatan+Ners adalah seseorang tenaga profesional berkemampuan dan berwenang melakukan pekerjaan dibidang pelayanan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan.
3.      Program Magister Keperawatan
Program magister keperawatan menghasilkan perawat ilmuwan (scientist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan mempunyai kemampuan berikut ini:
a.       Meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan.
b.      Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya.
c.       Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengkaitkan ilmu/profesi serupa.
d.      Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (Keputusan Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).
4.      Program Pendidikan Ners Spesialis
Program pendidikan Ners Spesialis menghasilkan perawat ilmuwan (Magister) dan Profesional (Ners Spesialis, “ Second professional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan spesialistik. Ners Spesialis merupakan ilmuwan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuwan klinis keperawatan klinis (SK Mendikbud No.056/U/1994)
B.     Kerangka Konsep Pendidikan keperawatan
Sesuai dengan hakikatnya sebagai pendidikan profesi, maka kurikulum pendidikan tinggi keperawatan disusun berlandaskan pada kerangka yang kokoh, mencakup:
1.      Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan
Program pendidikan keperawatan harus dilaksanakan sesuai dengan perkembangan Zaman serta dunia keperawatan sehingga memungkinkan peserta didik memahami dan menguasai IPTEK keperawatan sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan (standar professional) dan mengembangkan IPTEK keperawatan. Peserta didik diharuskan menguasai body of knowledge  yang diperlukan oleh seorang perawatan professional dan menguasai berbagai metode dan teknik keperawatan yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
2.      Menyelesaikan Masalah Secara Ilmiah
Pengalaman belajar pada pendidikan tinggi keperawatan, terintegrasi sepenuhnya dalam penumbuhan dan binaan peserta didik untuk memecahkan masalah secara ilmiah, dan penalaran ilmiah seperti studi kasus. Penumbuhan dan pembinaan kemampuan ini juga dikaitkan dengan tercapainya proses keperawatan oleh peserta didik yang merupakan pendekatan dan penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah dan termasuk didalamnya pembinaan keputusan klinik.
3.      Sikap dan Tingkah Laku Profesional
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion  dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987). Sebagai perawat professional maka perawat harus memiliki kemampuan:
1)   Berdasarkan intelektual, pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun perencanaan dan memberikan asuhan keperawatan yang lainnya.
2)   Teknikal,  melaksanakan ASKEP dengan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan IPTEK bidang kesehatan/keperawatan serta diperlukan proses pembelajaran baik institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitas.
3)   Interpersonal dan moral, Pelayanan kesehatan dihadapkan pada suatu dilema, di satu sisi harus mengepankan kepedulian terhadap sesama serta meningkatkan mutu asuhan kesehatan disertai dengan sikap ramah tamah, murah senyum, empati dan sebagainya.
4)   Bertanggungjawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
4.      Belajar Aktif dan Mandiri
Segala bentuk pengalaman belajar dikembangkan dan dilaksanakan dengan berorientasi pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan belajar aktif dan mandiri. Seperti; pemecahan masalah dengan diskusi atau studi kasus.
5.      Pendidikan Berada di Masyarakat
Yaitu dengan pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL) yang diharapkan setelah pembelajar tersebut peserta didik mampu mengambil keputusan, sesuai dengan penalaran ilmiah dan etik keperewatan dari masalah-masalah yang nyata.
C.     Tujuan Pendidikan Tinggi Keperawatan
Institusi pendidikan tinggi keperawatan diharapkan mampu melakukan hal-hal:
(1)     Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang sesuai dengan tuntunan profesi keperawatan.
(2)     Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.
(3)     Menumbuhkan/membina keterampilan professional.
(4)     Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan mantap sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesian.
D.    Hakikat Pendidikan Tinggi Keperawatan
Dalam keperawatan secara umum memiliki hakikat tersendiri yaitu mencakup: Pertama, sebagai ilmu dan seni. Merupakan suatu yang dalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan dengan menggunakan pengetahuan, konsep dan perinsip serta mempertimbangkan seni dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dan berbagai kelompok ilmu diantaranya ilmu alam dasar, ilmu prilaku, ilmu social, ilmu keperawatan klinik dan komunitas serta dalam prakteknya menggunakan pendekatan ilmiah yang berorientasi pada  proses penyelesaian masalah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kedua, sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan, maka dalam kesehariannya keperawatan berusaha dengan segala tindakan atau kegiatan bersifat membantu klien atau manusia dalam mengatasi efek dari masalah sehat atau sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
Ketiga, mempunyai tiga sarana dalam pelayanan keperawatan, di antaranya individu, keluarga dan masvyarakat sebagai klien.
Keempat, pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan keperawatan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain memberikan pelayanan kesehatan melalui peningkautan kesehatan dan pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosa dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pemmbatasan kecacatan.
Pendidikan tinggi sebagai subsistem pendidikan nasional dibentuk untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan IPTEK. System pendidikan tinggi keperawatan sebagai landasan integral dari system pendidikan tinggi merupakan kesatuan dari staf akademik dan peserta didik yang mempunyai kemampuan serta potensi dalam profesi, ilmiah, belajar dan kreasi yang tinggi. Dilengkapi sarana belajar dan penelitian serta prasarana pendidikan yang secara keseluruhan mempunyai potensi besar untuk berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara umum dan masyarakat keperawatan kesehatan pasa khususnya.
E.     Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan
1.    Membina Sikap Pandangan dan Kemampuan Profesional
Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional secara baik dan benar (Husin,1966).
2.    Meningkatkan Mutu Pelayanan/ASKEP Keperawatan dan Kesehatan
Pendidikan tinggi keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup keterampilan intelektual, dan teknikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.
3.      Menyelesaikan Masalah Keperawatan dan Mengembangkan Iptek Keperawatan Melalui Penelitian
Penelitian secara khusus bertujuan:
a)      menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan,
b)      menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa teknologi atau metode baru maupun berupa produk jasa,
c)      menemukan dan menafsirkan fakta baru,
d)     menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta baru, dan
e)      merumuskan teori baru (Leddy dan Pepper, 1993;Mayer, Madden dan Lawrence, 1990).

4.      Meningkatkan Kehidupan Keprofesian Melalui Organisasi Profesi
Dengan pendidikan professional, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung jawab, dan haknya sebagai anggota organisasi profesi.
F.     Batang Tubuh Ilmu Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan meyakini bahwa keperawatan merupakan pelayanan professional yang bersifat humanism (humanistic=asas dan landasan kemanusiannilai, dan moral manusia/kemanusiaan), holism(holistic=melihat manusia dan lingkungan secara menyeluruh dalam satu kesatuan system), and care(caring = focus pelayanan/ASKEP yang diberikan kepada klien/manusia),(Chity;1997). Berdasarkan pada falsafah dan paradigma keperawatan, maka nilai/makna yang dapat dikembangkan dari keperawatan:
1)   Keperawatan Sebagai suatu Seni (art), adalah refleksi dari perasaan dan persepsi, sebab inti dan esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal.
2)   Keperawatan Sebagai suatu Ilmu, body of knowledge adalah unsur utama dalam mengembangkan pendidikan keperawatan.
3)   Keperawatan Sebagai suatu Profesi, sampai saat ini profesi keperawatan dalam program penataan dan pemantapan keseluruhan dari criteria profesi, sehingga akuntabilitas dan otonomi sebagai suatu profesi dapat dilaksanakan secara optimal. Salah satunya dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu keperawatan sesuai dengan filosofi dan paradigm keperawatan.
G. Karakteristik Kompetensi Keperawatan
1.             Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan.
2.             Bawaan, dapat berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam merespons suatu situasi atau informasi bawaaan.
3.             Pengetahuan Akademik, perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.
4.             Keahlian (skill), Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.
H. Proses dan Metode Pembelajaran Pendidikan Keperawatan
1.             Pembelajaran Praktikum (LAB), menungkinkan peserta didik belajar sambil melakukan sendiri.
2.             Problem Based Learning (PBL), proses pembelajaran mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus.
3.             E-Learning Dalam Keperawatan, bentuk pembelajaran dengan menggunakan media Internet, atau media jaringan computer lain.

 
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan tinggi sebagai subsistem pendidikan nasional dibentuk untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan IPTEK. System pendidikan tinggi keperawatan sebagai landasan integral dari system pendidikan tinggi merupakan kesatuan dari staf akademik dan peserta didik yang mempunyai kemampuan serta potensi dalam profesi, ilmiah, belajar dan kreasi yang tinggi. Dilengkapi sarana belajar dan penelitian serta prasarana pendidikan yang secara keseluruhan mempunyai potensi besar untuk berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara umum dan masyarakat keperawatan kesehatan pada khususnya.
B.     Saran
Pentingnya mahasiswa (i) mempelajari hakikat pendidikan tinggi dalam keperawatan sehingga mampu berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Erda, S. 2012. Pendidikan Tinggi Keperawatan. http://pendidikan-tinggi-dalam-keperawatan.html(diakses 30 November 2013).
Ns. Roymond H Simamora, M.Kep. 2010. Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Iwel. 2011. Artikel Kesehatan: Hakikat Keperawatan. http://www.hakikat-keperawatan.html(diakses 30 November 2013).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar