BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kanker Leher
Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker
serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim.
Karsinoma
serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel
skuamosa dan epitel sel kolumnar. Hingga saat ini kanker serviks merupakan
penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang.
Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan
pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar
500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang.
Penyakit ini
berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya
pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.
Risiko
terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme
timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat
variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di
dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara
berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat
kanker pada usia reproduktif.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini, yaitu :
a.
Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?
b.
Bagaimana klasifikasi kanker serviks?
c.
Bagaimana etiologi kanker serviks?
d.
Bagaimana patofisiologi kanker serviks?
e.
Bagaimana menifestasi Klinis kanker
servik?
f. Bagaimana pemeriksaan diagnostic,penatalaksanaan
medis serta pencegahan kanker serviks?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu untuk lebih memahami tentang Ca serviks, konsep medis Ca cerviks, serta
Asuhan keperawatan Ca cerviks.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Kanker serviks
atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker leher rahim adalah tumbuhnya
sel-sel tidak normal pada leher rahim. Sel-sel yang tumbuh tidak normal ini
berubah menjadi sel kanker.
Kanker serviks adalah tumor ganas primer
yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang
terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus)
dan liang senggama atau vagina (Notodiharjo,
2002).
Kanker
serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya.
Waktu yang diperlukan bagi kanker serviks untuk berkembang cukup lama,
sekitar 10-15 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia
antara 30-50 tahun yaitu pada puncak usia reproduktif wanita sehinggaa akan
menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan
seksual.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Adapun Anatomi Fisiologi
sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita
bagian luar dan alat reproduksi wanita bagian dalam.
1.
Alat genitalia wanita bagian luar
a.
Mons veneris disebut
juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol dibagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup
oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b.
Bibir besar
(Labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua bibir
ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
1)
Bagian luar, Tertutup
oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris
2)
Bagian dalam, Tanpa
rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak)
c.
Bibir kecil
(labia minora) merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar tanpa rambut,
dibagian atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. Bibir
kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d.
Klitoris
1)
Merupakan bagian
penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
2)
Mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog
dengan penis laki-laki.
e.
Vestibulum
1)
Merupakan alat
reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh:
a)
Kedua bibir
kecil
b)
Bagian atas klitoris
c)
Bagian belakang
(bawah) pertemuan kedua bibir kecil
2)
Kedua bibir
kecil
a)
Uretra
b)
Dua lubang
saluran kelenjar skene
f.
Kelenjara
Bartholin
1)
Kelenjar yang
penting didaerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan mudah robek
2)
Pengeluaran
lendir meningkat saat hubungan seks
g.
Himen (Selaput
dara)
1)
Merupakan
jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek
2)
Himen ini
berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang dikeluarkan uterus dan
darah saat menstruasi
3)
Bila hymen
tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi
4)
setelah
persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel mirsiformis
2.
Alat genitalia wanita bagian dalam
a.
Vagina, Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva
1)
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
2)
Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3)
Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya sekitar 11cm
4)
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama dibagian bawah.
5)
Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6)
Bagian servik yang menonjol kedalam vagina disebut portio
7)
Portio uteri membagi puncak vagina menjadi :
a)
Fornik anterior
b)
Fornik posterior
c)
Fornik kokstra
d)
Fornik sinistra
8)
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5
9)
Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi
10)
Fungsi utama vagina:
a)
Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
b)
Alat hubungan seks
c)
jalan lahir pada waktu persalinan
b.
Uterus
1)
Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rectum
2)
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3)
Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
a)
Corpus uteri: berbentuk segitiga
b)
Seviks uteri: berbentuk silinder
c)
Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba
4)
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan peritoneum
5)
Ukuran uterus:
a)
Tergantung dari usia wanita dan paritas
b)
Ukuran: anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm
6)
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan otot, dan endometrium
a)
Peritoneum
·
Meliputi dinding rahim bagian luar
·
Menutupi bagian luar uterus
·
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf
·
Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b)
Lapisan otot
·
Lapisan luar : seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
·
Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum
·
Lapisan tengah: terletak diantara kedua lapisan tersebut membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan
dapat terhenti.
c)
Semakin kearah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum
yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum ( dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah
rahim dan meregang saat persalinan.
d)
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,ligamentum
yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri), ligamentum infindibulo
pelvikum (suspensorium ovarii), ligamentum kardinale machenrod, ligamentum
sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
(1)
Ligamentum latum
·
Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
·
Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
·
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(2)
Ligamentum rotundum (teres uteri )
·
Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
·
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
·
Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
(3)
Ligamentum infundibulo pelvikum
·
Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
·
Menggantung uterus ke dinding panggul
·
Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
(4)
Ligamentum kardinale machenrod
·
Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
·
Menghalangi pergerakan uterus kekanan dan kekiri
·
Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
(5)
Ligamentum sacro uterinum merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod
menuju os sacrum
(6)
Ligamentum vesika uterinum
·
Dari uterus menuju ke kandung kemih
·
Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
e)
Pembuluh darah uterus
(1)
Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan didasar endometrium membentuk arteri
spinalis uteri
(2)
Dibagian atas mengadakan anatomis dengan arteri ovarika untuk memberikan
darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
f)
Susunan saraf uterus, kontraksi otot rahim bersifat otonom dan
dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis
fronkenhouser yang terletak pada peertemuan ligamentum sakro uterinum
c.
Tuba Fallopi
1)
Letak
Terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan
kearah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim
2)
Ukuran
Panjang 12cm diameter 3-8 cm.
3)
Jenis
a)
Pars interstitialis ( intramularis ) treletak diantara otot rahim mulai
dari osteum internum tubae
b)
Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit
c)
Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”
d)
Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae
4)
Fungsi
a)
Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
b)
Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
c)
Tempat terjadinya konsepsi
d)
Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap mengadakan implantasi
d.
Ovarium
1)
Letak
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
2)
Jenis
Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
a)
Korteks ovarii
·
Mengandung folikel primordial
·
Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
·
terdapat corpus luteum dan albikantes
b)
Medula ovarii
·
Terdapat pembuluh darah dan limfe
·
terdapat serat saraf
e.
Parametrium
1)
Pengertian
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat
diantara ke dua lembar ligamentum latum
2)
Batasan Parametrium
a)
Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b)
Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c)
Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
d)
Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut
FIGO 1978
Tingkat
|
Kriteria
|
0
|
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis
utuh
|
I
|
Proses terbatas pada servks
walaupun ada perluasan ke korpus uteri
|
I a
|
Karsinoma mikro invasif, bila
membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan
sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
|
I b
|
Secara klinis tumor belum tampak
sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
|
II
|
Proses keganasan telah keluar dari
serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak
sampai dinding panggul
|
II a
|
Penyebaran hanya ke vagina,
parametrium masih bebas dari infitrat tumor
|
II b
|
Penyebaran ke parametrum, uni atau
bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
|
III a
|
Penyebaran sampai ½ bagian distal
vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
|
III b
|
Penyebaran sudah sampai dinding
panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding
panggul.
|
IV
|
Proses keganasan telah keluar dari
panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
|
IV a
|
Proses sudah sampai mukosa rektum
dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh
belum terjadi
|
IV b
|
Telah terjadi metastasi jauh.
|
2.4 Etiologi
Penyebab
kanker serviks ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor
resiko perilaku
a. Merokok
dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)Merokok akan merangsang terbentuknya sel
kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu
bermula dariadanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang
beruparadang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknyakanker serviks.
b. Umur
pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat
kanker serviks, pada usia 16 tahun (Diananda. 2008) Pernikahan pertama pada
usia 18 tahun kebawah di bandingkan 25 tahunke atas memiliki prevalensi lebih
tinggi 13,3 hingga 25 kali limpat,semakin mitra seksual, resiko relative
kejadian kanker serviks semakintinggi (Desen 2008)
c. Usia
35 - 36 tahun rentan
terkena kanker serviks
1) Jumlah
kehamilan dan partus
Kanker serviks
terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin
besar kemungkinan resikomendapat karsinoma serviks.
2) Jumlah
perkawinan
Wanita yang sering
melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko
yang besar terhadapkankers serviks ini.
3) Hygiene
dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh
mudah terjadinya kankers serviks padawanita yang pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
2. Faktor
biologi
a. Infeksi
virus
Infeksi virus herpes
simpleks (HSV-2) , HIV- AIDS dan HPV (Human Papilloma Virus)
HPV adalah suatu virus
yang dapat menyebabkan terjadinya kutil padadaerah genital (kondiloma
akuminata), yang ditularkan melaluihubungan seksual. HPV sering diduga sebagai
penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.
b. Genetik
3. Faktor
lainya
a. Sosial
Ekonomi
Karsinoma serviks
banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomirendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi munitas dan kebersihan perseorangan. Pada
golongan sosial ekonomirendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal
inimempengaruhi imunitas tubuh
b. Lingkungan:
1) Radiasi.
Kontak dengan radiasi
ionisasi disertai manifestasileukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian.
2) Zat
Kimia.
Zat kimia misalnya :
benzen, arsen, kloramfenikol,fenilbutazon, dan agen antineoplastik dikaitkan
dengan frekuensiyang meningkat khususnya agen-agen alkil.
3) Idiopatik
2.5 Patofisiologi
Kausa utama karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma yang
onkogenik. Risiko terinfeksi HPV sendiri meningkat setelah melakukan aktivitas
seksual. Pada kebanyakan wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi
jika infeksi ini persisten maka akan terjadi integrasi genom dari virus ke
dalam genom sel manusia, menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan
sel serta ekspresi onkoprotein E6 atau E7 yang bertanggung jawab terhadap
perubahan maturasi dan differensiasi dari epitel serviks (WHO, 2008).
Karsinoma serviks merupakan
penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik,
dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara
histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium
displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya
invasif.
Berdasarkan
karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya
mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor
supresor gene,
dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan
dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi
maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang
diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive
berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres
menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak
3 -35%.
Bentuk ringan
(displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang
diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7
tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif
adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan
menjadi progresif.
Displasia
ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi
dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko
lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal
sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
2.6 Menifestasi Klinis
Kanker
serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks yang abnormal
dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya.
Jika kangker berkembang makin lanjut, akan timbul
gejala-gejala seperti:
1.
Keputihan yang semakin lama semakin berbau busuk
berwarna kekuningan dan kental
2.
Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang
lama kelamaan dapat terjadi pendarahan spontan walaupun tidak melakukan
hubungan seksual.
3.
Timbulnya perdarahan setelah menopaus.
4.
Pada fase invasive, dapat keluar cairan berwarna
kekuningan, berbau dan bercampur dengan darah.
5.
Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering
timbul.
6.
Rasa nyeri di sekitar genital
7.
Timbul rasa nyeri dipanggul atau perut bagian bawah
bila ada radang panggul
8.
Berkurangnya nafsu makan, menurunya berat badan, dan
kelelahan.
9.
Rasa nyeri di panggul, punggung dan tungkai
10. Keluar air
kemih tanpa tinja dari vagina
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian
yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak megandung
glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat
untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar
junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
2.8 Penatalaksanaan Medis
1. Irradiasi
a. Dapat
dipakai untuk semua stadium
b.
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical
risk
c.
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
d.
Dosis: penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma
yang terletak di serviks
e.
Komplikasi irradiasi: kerentanan kandungan kencing,
diarrhea, perdarahan rectal, fistula vesico atau recto vaginalis
f.
Operasi
1)
Operasi limfadektomi untuk stadium 1 dan 2
2)
Operasi histerektomi vagina yang radikal
3)
Kombinasi
·
Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi
menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping
itu menambah penyebaran ke sistem limfe dan peredaran darah
·
Bleomycin,
terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.
5% dari ca.serviks adalah resisten terhadap radio terapi, dianggap resisten
bila 8-10 minggu post terapi kedaan masih tetap sama.
Pembagian kanker seviks berdasarkan
FIGO Penatalaksanaan
pengobatan kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai
modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah
sebagai berikut :
1. Stadium IA1
Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih
diperlukan dilakuan konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.
2. Stadium IA2
Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan
limfadenektomi pelvis.
Histerektomi
ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo vaskular3.
Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi,
kalau fertilitas masih dibutuhkan.
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi
(dosis di titik A 75-80 Gy)
3. Stadium
IBI/IIA
Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk
mengurangi morbiditas. Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ±
sampel kgb para-aorta2.
Pada usia
muda, ovarium dapat dikonservasi. Terapi adjuvan kemoradiasi pasca
bedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium
(+), tepi sayatan (+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi
(dosis di titik A 80-85 Gy)
4. Stadium
IB2/IIA > 4 cm.
Kemoradiasi :
Radiasi luar
dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama
radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+)
lapangan radiasi diperluas.
Operasi : Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Neoadjuvan kemoterapi : (cisplatin 3 seri) diikuti
histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
5.
Stadium IIB, III, IVA
Kemoradiasi :
Radiasi luar
dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama
radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi
diperluas
Eksenterasi :
Dapat
dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama
bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
6.
Stadium IVB atau residif
Residif lokal sesudah operasi1
Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila
lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2. Eksenterasi
kalau proses tidak sampai dinding panggul
Tingkat
|
Penatalaksaan
|
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
|
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
|
2.9 Pencegahan
1. Dapatkan
pemeriksaan terbaik
Kebanyakan
kasus kanker serviks disebabkan infeksi HPV, sejenis virus yang tersebar lewat
kontak seksual. Sekitar 90% dari HPV sembuh dengan sendirinya. Namun jika
tidak, HPV dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker. Pemeriksaan pap smear merupakan standar untuk
mendeteksi sel-sel ini, tapi beberapa studi terkini mengungkapkan, pemeriksaan
untuk HPV bisa secara lebih mudah menghentikan kanker sebelum dimulai. Jika
hasil tes ini positif, dokter akan memerhatikan secara lebih cermat
perubahan-perubahan serviks yang mengangkat sel-sel prakanker yang makin ada.
2. Makan
serealia sarapan yang difortifikasi
Makan
serealia atau roti yang difortifikasi asam folat sekitar 400mcg setap, atau
dalam bentuk supleme, dapat membantu. Konsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter anda untuk lebih jelasnya.
3. Makan
sayuran pembasmi HPV
Perempuan
yang diet tinggi sayuran beresiko lebih rendah 50% menderita infeksi HPV yang
berlangsung lama, yang juga berarti berkemungkinan lebih kecil mengembangkan
kanker serviks. Tambahkan semua jenis buah dan sayuran warna pelangi kedalam
diet anda untuk mendapatkan perlindungan terbaik.
4. Jangan
merokok
Kendati
kebanyakan infeksi HPV lenyap dengan sendirinya tanpa diobati, hal ini jarang
terjadi pada perempuan yang merokok. Penyebabnya adalah asap rokok melemahkan
pertahanan tubu. Infeksi HPV berlangsung lebih lama pada perempuan yang merokok
dibandingkan yang tidak, dan meningkatkan risiko kanker serviks.
5. Pelumas
organ intim
Menggunakan
pelumas organ intim yang dibuat dari carragenan,senyawa pengental yang berasal
dari rumput laut, menghentikan HPV bertahan dalam sel-sel sehat.
6. Makan
brokoli dan kerabatnya
Senyawa
tumbuhan didalam brokoli, kembang kol, dll dapat membantu sel-sel terinfeksi
HPV menghancurkan diri. Cara ini alamiah untuk menghilangkan sel-sel yang tidak
sehat sehingga dapat meminimalkan resiko karena kanker serviks
7. Tingkat
akurasi pemeriksaan pap smear
Dokter atau
petugas kesehatan anda berkemungkinan menyarankan anda menjalani pemeriksaan
pap smear setiap tahun atau setiap tiga tahun, tergantung faktor risiko anda
untuk kanker serviks. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, jadwalkan
permeriksaan antara 10-20 hari sesudah hari pertama mens terakhir anda.
Jadwalkan ulang jika anda mens pada hari pemeriksaan yang direncanakan. Jangan
menggunakan foam, krim, obat atau pembasuh vagina selama 2 hari sebelum
pemeriksaan. Jangan berhubungan intim 40 jam sebelum hari pemeriksaan.
8. Vaksin HPV
Saat ini
tersedia vaksin untuk strain HPV yang paling berbahaya. Vaksin ini bisa
membantu mencegah kanker serviks. Konsultasikan dengan dokter anda untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail tentang vaksin HPV sebagai pencegahan
kanker serviks.
2.10 Komplikasi
Komplikasi
berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang berhubungan
dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut
meliputi: fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit,
infeksi pelviks, obstruksi usus besar, dan fistula rektovaginal.
Komplikasi
yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi
dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi
obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi
sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung
sisplatin.
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA SERVIKS
I.
Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas
b. Riwayat keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit (P, Q, R,
S, T)
2) Keluhan utama
Perdarahan dan keputihan
3) Riwayat keluhan utama
4) Keluhan lain yang menyertai
2. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah
pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah
pasien pernah menderita penyakit infeksi.
2) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
c. Pemeriksaan fisik
1. Vital sign (TD, N, S, RR)
2. Kesadaran
3. Pengkajian head to toe
1) Inspeksi
-
Perdarahan
-
Keputihan
2) Palpasi
-
Nyeri abdomen
-
Nyeri punggung bawah
d. Pemeriksaan penunjang
1. Sitologi/Pap Smear
2. Schillentest
3. Koloskopi
4. Kolpomikroskopi
5. Biopsi
6. Konisasi
B. Klasifikasi data
II. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma atau
distensi jaringan.
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman
perubahan pada status kesehatan atau kematian.
4. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan
dengan trauma jaringan.
5. Kurang Pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
III.
Intervensi
dan Implementasi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
Intervensi:
1.
Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi.
2.
Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan
hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat
3.
Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian
kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
4.
Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral
atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
5.
Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat
dan tubuh horizontal.
6.
Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan
klien.
7.
Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
8.
Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan
pemeriksaan vagina dan/atau rectal
9.
Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
10. Kaji nyeri perineal menetap atau
perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau
perineal.
11. Mulai Infus I atau 2 IV dari cairan
isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral.
Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit)
sesuai indikasi.
12. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Oksitoksin, Metilergononovin maleat,
Prostaglandin F2 alfa.
13. Pantau pemeriksaan laboratotium
sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional:
1.
Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
2.
Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya
bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian.
3.
Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok.
Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah
menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
4.
Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi
dan kebutuhan penggantian.
5.
Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi
aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
6.
Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana
sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
7.
Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan
cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50
ml/jam atau lebih besar.
8.
Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal
atau perineal atau hematoma terjadi.
9.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan kebutuhan
metabolik.
10. Haematoma sering merupakan akibat
dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
11. Perlu untuk infus cepat atau
multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan
mencegah pembekuan.
12. Meningkatkan kontraktilitas dari
uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan
menghentikan hemoragi.
Terapi Antibiotik.
Terapi Antibiotik.
Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah
infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau
diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
13. Membantu dalam menentukan kehilangan
darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.
b.
Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan,
prosedur pembedahan.
Intervensi :
1.
Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji
klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina,
kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.
2.
Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
3.
Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es
pada perineum.
4.
Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional:
1.
Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode
tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari
hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal
mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian
placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan
inversio uterus.
2.
Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas,
yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
3.
Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma
serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi
hematoma.
4.
Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.
c.
Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan
atau kematian.
Intervensi:
1.
Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap
kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan konsep.
2.
Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik; misalnya
tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
3.
Tunjukan sikap tenang, empati dan mendukung.
4.
Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas,
berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional:
1.
Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien
tentang kejadian mungkin menyimpang, memperberat ancietasnya.
2.
Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon
fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor
psikologis.
3.
Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam
berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi
ansietas antar pribadi.
4.
Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas
informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan
proses pemecahan masalah.
d.
Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan.
Intervensi:
1.
Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik
perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang
material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
2.
Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
3.
Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan
uterus atau nyeri pelvis.
4.
Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti
pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent),
mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh,
bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
5.
Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai
indikasi.
Rasional:
1.
Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organinisme
infeksious.
2.
Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari
beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau
leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
3.
Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik,
kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.
4.
Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang
efektif.
5.
Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan
merusak sistem imun.
e.
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi:
1.
Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus
terhadap penyebab hemoragi.
2.
Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien
untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk
bertanya dan meninjau materi.
3.
Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi, seperti
klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap bayi dan dirinya.
4.
Diskusikan implikasi jangka panjang Ca Seriks dengan tepat,
misalnya resiko hemoragi kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau
ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie
dilakukan.
Rasional:
1.
Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami
dan mengatasi situasi.
2.
Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana
perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat
pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan
pemahaman.
3.
Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis
untuk melakukan aktivitas perawatan dirinya dan bayi.
4.
Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan
sekarang.
IV.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah
:
1.
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan
terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2.
Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi
kebutuhan tubuh
3.
Tidak ada tanda-tanda infeksi
4.
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5.
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang
optimal.
6.
Ansietas,
kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7.
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker
terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
8.
Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan
tujuan dari pemberian terapi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
2.
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada
beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a.
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
b.
Jumlah kehamilan dan partus
c.
Jumlah perkawinan
d.
Infeksi virus
e.
Sosial Ekonomi
f.
Hygiene dan sirkumsisi
g.
Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi kita
terutama sebagai calon perawat yang akan bekerja pada ruang perawatan anak,
sehinga kami menyarankan agar teman-teman mahasiswa keperawatan membaca dan
memahami isi makalah ini sehingga menjadi bekal bila menghadapi kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Ida.
1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB. Jakarta: EGC.
Shanty,
Meita. 2011. Silent Killer Diseases,
Penyakit yang Diam Diam Mematikan. Jogjakarta: Javalitera.
Smart,
Aqila. 2010. Kanker Organ Reproduksi. Jogjakarta:
A Plus Books.
Smeltzer,
Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddart Edisi 8 vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wiknjosastro,
Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar