Minggu, 21 Februari 2016

askep carsinoma serviks




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
     Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
     Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar. Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara  berkembang.
     Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.
     Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif.
1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah  pada penulisan makalah ini, yaitu :
a.       Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?
b.      Bagaimana klasifikasi kanker serviks?
c.       Bagaimana etiologi kanker serviks?
d.      Bagaimana patofisiologi kanker serviks?
e.       Bagaimana menifestasi Klinis kanker servik?
f.       Bagaimana pemeriksaan diagnostic,penatalaksanaan medis serta pencegahan kanker serviks?  
1.3  Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami tentang Ca serviks, konsep medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.






























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

     Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Sel-sel yang tumbuh tidak normal ini berubah menjadi sel kanker.
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina (Notodiharjo,   2002).
     Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya.
Waktu yang diperlukan bagi kanker serviks untuk berkembang cukup lama, sekitar 10-15 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia antara 30-50 tahun yaitu pada puncak usia reproduktif wanita sehinggaa akan menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan seksual.
2.2 Anatomi dan Fisiologi

Adapun Anatomi Fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian luar dan alat reproduksi wanita bagian dalam.
1.    Alat genitalia wanita bagian luar
a.         Mons veneris disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol dibagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b.         Bibir besar (Labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
1)      Bagian luar, Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris
2)      Bagian dalam, Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak)
c.         Bibir kecil (labia minora) merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d.        Klitoris
1)      Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
2)      Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
e.         Vestibulum
1)      Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh:
a)      Kedua bibir kecil
b)      Bagian atas klitoris
c)      Bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil
2)      Kedua bibir kecil
a)      Uretra
b)      Dua lubang saluran kelenjar skene

f.          Kelenjara Bartholin
1)      Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan mudah robek
2)      Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g.         Himen (Selaput dara)
1)      Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek
2)      Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
3)      Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi
4)      setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel mirsiformis
2.    Alat genitalia wanita bagian dalam

a.         Vagina, Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva
1)      Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
2)      Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3)      Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya sekitar 11cm
4)      Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama dibagian bawah.
5)      Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6)      Bagian servik yang menonjol kedalam vagina disebut portio
7)      Portio uteri membagi puncak vagina menjadi :
a)      Fornik anterior
b)      Fornik posterior
c)      Fornik kokstra
d)     Fornik sinistra
8)      Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5
9)      Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi
10)  Fungsi utama vagina:
a)      Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
b)      Alat hubungan seks
c)      jalan lahir pada waktu persalinan
b.         Uterus
1)      Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum
2)      Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3)      Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
a)      Corpus uteri: berbentuk segitiga
b)      Seviks uteri: berbentuk silinder
c)      Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba
4)      Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum
5)      Ukuran uterus:
a)      Tergantung dari usia wanita dan paritas
b)      Ukuran: anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm
6)      Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan otot, dan endometrium
a)      Peritoneum
·      Meliputi dinding rahim bagian luar
·      Menutupi bagian luar uterus
·      Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf
·      Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b)      Lapisan otot
·      Lapisan luar : seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
·      Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
·      Lapisan tengah: terletak diantara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
c)      Semakin kearah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah. bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum ( dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
d)     Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum  rotundum (teres uteri), ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii), ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
(1)   Ligamentum latum
·         Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding panggul
·         Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
·         Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(2)   Ligamentum rotundum (teres uteri )
·         Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai labia mayus
·         Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
·         Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
(3)   Ligamentum infundibulo pelvikum
·         Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
·         Menggantung uterus ke dinding panggul
·         Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
(4)   Ligamentum kardinale machenrod
·         Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
·         Menghalangi pergerakan uterus kekanan dan kekiri
·         Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
(5)   Ligamentum sacro uterinum merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
(6)   Ligamentum vesika uterinum
·         Dari uterus menuju ke kandung kemih
·         Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
e)      Pembuluh darah uterus
(1)   Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan didasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
(2)   Dibagian atas mengadakan anatomis dengan arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
f)       Susunan saraf uterus, kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada peertemuan ligamentum sakro uterinum
c.         Tuba Fallopi
1)      Letak
Terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim
2)      Ukuran
Panjang 12cm diameter 3-8 cm.
3)      Jenis
a)        Pars interstitialis ( intramularis ) treletak diantara otot rahim mulai dari osteum internum tubae
b)        Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit
c)        Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”
d)       Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae tubae
4)      Fungsi
a)        Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
b)        Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
c)        Tempat terjadinya konsepsi
d)       Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi
d.        Ovarium
1)      Letak
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
2)      Jenis
Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
a)      Korteks ovarii
·      Mengandung folikel primordial
·      Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
·      terdapat corpus luteum dan albikantes
b)      Medula ovarii
·      Terdapat pembuluh darah dan limfe
·      terdapat serat saraf
e.         Parametrium
1)      Pengertian
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar ligamentum latum
2)      Batasan Parametrium
a)      Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b)      Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c)      Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
d)     Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
2.3 Klasifikasi

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
Kriteria
0
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I
Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
I a
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
I b
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
III a
Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b
Telah terjadi metastasi jauh.

2.4 Etiologi
Penyebab kanker serviks ada 3 faktor yaitu:
1.      Faktor resiko perilaku
a.       Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dariadanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang beruparadang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknyakanker serviks.
b.      Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks, pada usia 16 tahun (Diananda. 2008) Pernikahan pertama pada usia 18 tahun kebawah di bandingkan 25 tahunke atas memiliki prevalensi lebih tinggi 13,3 hingga 25 kali limpat,semakin mitra seksual, resiko relative kejadian kanker serviks semakintinggi (Desen 2008)
c.       Usia 35 - 36 tahun rentan terkena kanker serviks
1)      Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resikomendapat karsinoma serviks.
2)      Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadapkankers serviks ini.
3)      Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks padawanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
2.      Faktor biologi
a.       Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) , HIV- AIDS dan HPV (Human Papilloma Virus)
HPV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan terjadinya kutil padadaerah genital (kondiloma akuminata), yang ditularkan melaluihubungan seksual. HPV sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.
b.      Genetik 
3.      Faktor lainya
a.       Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomirendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi munitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomirendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal inimempengaruhi imunitas tubuh
b.      Lingkungan:
1)      Radiasi.
Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasileukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian.
2)      Zat Kimia.
Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol,fenilbutazon, dan agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensiyang meningkat khususnya agen-agen alkil.
3)      Idiopatik
2.5 Patofisiologi
            Kausa utama karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma yang onkogenik. Risiko terinfeksi HPV sendiri meningkat setelah melakukan aktivitas seksual. Pada kebanyakan wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi jika infeksi ini persisten maka akan terjadi integrasi genom dari virus ke dalam genom sel manusia, menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan sel serta ekspresi onkoprotein E6 atau E7 yang bertanggung jawab terhadap perubahan maturasi dan differensiasi dari epitel serviks (WHO, 2008).
Karsinoma serviks merupakan penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif.
     Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
     Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
     Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
     Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

2.6 Menifestasi Klinis  
     Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya.
     Jika kangker berkembang makin lanjut, akan timbul gejala-gejala seperti:
1.      Keputihan yang semakin lama semakin berbau busuk berwarna kekuningan dan kental
2.      Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama kelamaan dapat terjadi pendarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3.      Timbulnya perdarahan setelah menopaus.
4.      Pada fase invasive, dapat keluar cairan berwarna kekuningan, berbau dan bercampur dengan darah.
5.      Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
6.      Rasa nyeri di sekitar genital
7.      Timbul rasa nyeri dipanggul atau perut bagian bawah bila ada radang panggul
8.      Berkurangnya nafsu makan, menurunya berat badan, dan kelelahan.
9.      Rasa nyeri di panggul, punggung dan tungkai
10.  Keluar air kemih tanpa tinja dari vagina
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1.      Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2.      Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak megandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3.      Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4.      Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.      Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6.      Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

2.8 Penatalaksanaan Medis
1.      Irradiasi
a.       Dapat dipakai untuk semua stadium
b.      Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c.       Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
d.      Dosis: penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak di serviks
e.       Komplikasi irradiasi: kerentanan kandungan kencing, diarrhea, perdarahan rectal, fistula vesico atau recto vaginalis
f.       Operasi
1)      Operasi limfadektomi untuk stadium 1 dan 2
2)      Operasi histerektomi vagina yang radikal
3)      Kombinasi
·         Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu menambah penyebaran ke sistem limfe dan peredaran darah
·         Bleomycin,
terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari ca.serviks adalah resisten terhadap radio terapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi kedaan masih tetap sama.
     Pembagian kanker seviks berdasarkan FIGO Penatalaksanaan pengobatan  kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah sebagai berikut :
1.      Stadium IA1
Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan  dilakuan konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.
2.      Stadium IA2
Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy)
3.      Stadium IBI/IIA
Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas.  Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel kgb para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi.  Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)
4.      Stadium IB2/IIA > 4 cm.
Kemoradiasi : Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.
Operasi : Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Neoadjuvan kemoterapi : (cisplatin 3 seri) diikuti histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
5.      Stadium IIB, III, IVA
Kemoradiasi : Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi diperluas
Eksenterasi : Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
6.      Stadium IVB atau residif
Residif lokal sesudah operasi1
Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2.        Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul            
Tingkat
Penatalaksaan
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

2.9    Pencegahan
1.      Dapatkan pemeriksaan terbaik
Kebanyakan kasus kanker serviks disebabkan infeksi HPV, sejenis virus yang tersebar lewat kontak seksual. Sekitar 90% dari HPV sembuh dengan sendirinya. Namun jika tidak, HPV dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker. Pemeriksaan pap smear merupakan standar untuk mendeteksi sel-sel ini, tapi beberapa studi terkini mengungkapkan, pemeriksaan untuk HPV bisa secara lebih mudah menghentikan kanker sebelum dimulai. Jika hasil tes ini positif, dokter akan memerhatikan secara lebih cermat perubahan-perubahan serviks yang mengangkat sel-sel prakanker yang makin ada.
2.      Makan serealia sarapan yang difortifikasi
Makan serealia atau roti yang difortifikasi asam folat sekitar 400mcg setap, atau dalam bentuk supleme, dapat membantu. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anda untuk lebih jelasnya.
3.      Makan sayuran pembasmi HPV
Perempuan yang diet tinggi sayuran beresiko lebih rendah 50% menderita infeksi HPV yang berlangsung lama, yang juga berarti berkemungkinan lebih kecil mengembangkan kanker serviks. Tambahkan semua jenis buah dan sayuran warna pelangi kedalam diet anda untuk mendapatkan perlindungan terbaik.
4.      Jangan merokok
Kendati kebanyakan infeksi HPV lenyap dengan sendirinya tanpa diobati, hal ini jarang terjadi pada perempuan yang merokok. Penyebabnya adalah asap rokok melemahkan pertahanan tubu. Infeksi HPV berlangsung lebih lama pada perempuan yang merokok dibandingkan yang tidak, dan meningkatkan risiko kanker serviks.
5.      Pelumas organ intim
Menggunakan pelumas organ intim yang dibuat dari carragenan,senyawa pengental yang berasal dari rumput laut, menghentikan HPV bertahan dalam sel-sel sehat.
6.      Makan brokoli dan kerabatnya
Senyawa tumbuhan didalam brokoli, kembang kol, dll dapat membantu sel-sel terinfeksi HPV menghancurkan diri. Cara ini alamiah untuk menghilangkan sel-sel yang tidak sehat sehingga dapat meminimalkan resiko karena kanker serviks
7.      Tingkat akurasi pemeriksaan pap smear
Dokter atau petugas kesehatan anda berkemungkinan menyarankan anda menjalani pemeriksaan pap smear setiap tahun atau setiap tiga tahun, tergantung faktor risiko anda untuk kanker serviks. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, jadwalkan permeriksaan antara 10-20 hari sesudah hari pertama mens terakhir anda. Jadwalkan ulang jika anda mens pada hari pemeriksaan yang direncanakan. Jangan menggunakan foam, krim, obat atau pembasuh vagina selama 2 hari sebelum pemeriksaan. Jangan berhubungan intim 40 jam sebelum hari pemeriksaan.
8.      Vaksin HPV
Saat ini tersedia vaksin untuk strain HPV yang paling berbahaya. Vaksin ini bisa membantu mencegah kanker serviks. Konsultasikan dengan dokter anda untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang vaksin HPV sebagai pencegahan kanker serviks.
2.10     Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi: fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelviks, obstruksi usus besar, dan fistula rektovaginal.
      Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin.





ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA SERVIKS
I.          Pengkajian
A.    Pengumpulan data
a.       Identitas
b.      Riwayat keperawatan
1.      Riwayat kesehatan sekarang
1)      Alasan masuk rumah sakit (P, Q, R, S, T)
2)      Keluhan utama
Perdarahan dan keputihan
3)      Riwayat keluhan utama
4)      Keluhan lain yang menyertai
2.      Riwayat kesehatan masa lalu
1)      Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
2)      Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
c.       Pemeriksaan fisik
1.      Vital sign (TD, N, S, RR)
2.      Kesadaran
3.      Pengkajian head to toe
1)      Inspeksi
-        Perdarahan
-        Keputihan
2)      Palpasi
-        Nyeri abdomen
-        Nyeri punggung bawah
d.      Pemeriksaan penunjang
1.      Sitologi/Pap Smear
2.      Schillentest
3.      Koloskopi
4.      Kolpomikroskopi
5.      Biopsi
6.      Konisasi
B.     Klasifikasi data
  II.     Diagnosa Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
2.      Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
3.      Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
4.      Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
5.      Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

III.     Intervensi dan Implementasi
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
Intervensi:
1.      Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi.
2.      Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat
3.      Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
4.      Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
5.      Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
6.      Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.
7.      Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
8.      Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rectal
9.      Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
10.  Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
11.  Mulai Infus I atau 2 IV dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
12.  Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
13.  Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional:
1.      Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
2.      Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.
3.      Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
4.      Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
5.      Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
6.      Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
7.      Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
8.      Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
9.      Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan kebutuhan metabolik.
10.  Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
11.  Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
12.  Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi.
Terapi Antibiotik.
Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
13.  Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.
b.      Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan, prosedur pembedahan.
Intervensi :
1.        Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.
2.        Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
3.        Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum.
4.        Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional:
1.      Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.
2.      Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
3.      Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.
4.      Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.
c.       Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi:
1.        Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan konsep.
2.        Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
3.        Tunjukan sikap tenang, empati dan mendukung.
4.        Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional:
1.        Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, memperberat ancietasnya.
2.        Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.
3.        Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
4.        Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.
d.      Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Intervensi:
1.        Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
2.        Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
3.        Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.
4.        Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
5.        Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional:
1.        Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organinisme infeksious.
2.        Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
3.        Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.
4.        Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.
5.        Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.
e.       Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi:
1.        Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.
2.        Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi.
3.        Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi, seperti klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap bayi dan dirinya.
4.        Diskusikan implikasi jangka panjang Ca Seriks dengan tepat, misalnya resiko hemoragi kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional:
1.      Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.
2.      Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.
3.      Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan aktivitas perawatan dirinya dan bayi.
4.      Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.
IV.     Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1.         Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2.         Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3.         Tidak ada tanda-tanda infeksi
4.         Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5.         Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6.          Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7.         Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8.         Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
2.      Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a.       Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
b.      Jumlah kehamilan dan partus
c.       Jumlah perkawinan
d.      Infeksi virus
e.       Sosial Ekonomi
f.       Hygiene dan sirkumsisi
g.      Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
3.2  Saran

     Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi kita terutama sebagai calon perawat yang akan bekerja pada ruang perawatan anak, sehinga kami menyarankan agar teman-teman mahasiswa keperawatan membaca dan memahami isi makalah ini sehingga menjadi bekal bila menghadapi kasus ini.










DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Shanty, Meita. 2011. Silent Killer Diseases, Penyakit yang Diam Diam Mematikan. Jogjakarta: Javalitera.
Smart, Aqila. 2010. Kanker Organ Reproduksi. Jogjakarta: A Plus Books.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar