BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Job
analysis atau analisa jabatan sering dianggap sebagai pondasi dasar dari sebuah
sistem sumber daya manusia dalam organisasi. Restrukturisasi, inisiatif
perbaikan kualitas, perencanaan sumber daya manusia, desain jabatan, pelatihan,
pengembangan karir, sistem penilaian prestasi kerja, itu semua mendasarkan diri
pada hasil dari analisa jabatan. ob analysis atau analisa jabatan sering
dianggap sebagai pondasi dasar dari sebuah sistem sumber daya manusia dalam
organisasi. Restrukturisasi, inisiatif perbaikan kualitas, perencanaan sumber
daya manusia, desain jabatan, pelatihan, pengembangan karir, sistem penilaian
prestasi kerja, itu semua mendasarkan diri pada hasil dari analisa jabatan.
Analisa
jabatan adalah suatu kegiatan untuk mencatat, mempelajari dan menyimpulkan
keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing
jabatan secara sistematis dan teratur. Analisa jabatan menghasilkan dua macam
pekerjaan yaitu uraian jabatan (Job Description) dan Spesifikasi Jabatan (Job
Spesification) atau Persyaratan Jabatan (Job Requirement)
Setelah diadakan
perencanaan sumber daya manusia, analisis dan klasifikasi pekerjaan, maka
langkah berikutnya adalah melaksanakan rekrutmen. Rekrutmen adalah proses mengumpulkan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi bagus untuk pekerjaan di dalam organisasi
atau perusahaan (Mathis&Jakson, n.d.).
Seleksi
adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau
ditolak untuk menjadi karyawan perusahaan. Seleksi ini didasarkan kepada
spesifikasi tertentu dari setiap perusahaan bersangkutan (Malayu
Hasibuan,2009).
B.
RUMUSAN
MASALAH
·
apa yang dimaksud
dengan analisis jabatan, rekrutmen dan seleksi serta pengembangan karir?
·
bagaimana proses
analisis jabatan,rekrutmen dan seleksi serta pengembangan karir?
·
Bagaimana proses
pengembangan jenjang karir perawat di rumah sakit?
C.
TUJUAN
·
agar mahasiswa dapat
mengetahui pengertian analisis jabatan, rekrutmen dan seleksi serta
pengembangan karir
·
agar mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana proses analisis jabatan, rekrutmen dan seleksi serta
pengembangan karir
·
agar mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana proses pengembangan jenjang perawat di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS JABATAN
1.
Pengertian Analisis Jabatan
Analisis
Jabatan adalah suatu studi yang secara sistematis dan teratur mengumpulkan
semua informasi dan fakta yang behubungan dengan suatu jabatan. Analisa jabatan
adalah sebuah proses untuk memahami suatu jabatan dan kemudian menyadurnya ke
dalam format yang memungkinkan orang lain untuk mengerti tentang jabatan
tersebut. Ada 3 tahap penting dalam proses analisis jabatan, yaitu (1)
mengumpulkan informasi, (2) menganalisis dan mengelola informasi jabatan, dan
(3) menyusun informasi jabatan dalam suatu format yang baku. Analisis jabatan
yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan uraian jabatan yang baik pula, dan
kemudian dapat dijadikan bahan baku yang baik untuk proses pengelolaan SDM yang
lain (evaluasi jabatan, rekrutmen dan seleksi, manajemen kinerja, penyusunan
kompetensi, pelatihan). Ada sejumlah prinsip penting yang harus dipegang dalam
melakukan proses analisis jabatan.
Analisa
jabatan adalah suatu kegiatan untuk mencatat,mempelajari dan menyimpulkan
keterangan keterangan atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing
masing jabatan secara sistematis dan teratur, yaitu :
a.
Apa yang dilakukan pekerja
pada jabatan tersebut
b.
Apa wewenang dan tanggung
jawabnya
c.
Mengapa pekerjaan tersebut
harus dilakukan
d.
Bagaimana cara melakukannya
e.
Alat-alat dan bahan-bahan yang
digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya . Besarnya upah dan lamanya jam
bekerja
f.
Pendidikan, pengalaman dan
latihan yang dibutuhkan
g.
Keterampilan, sikap dan
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut
h.
Dan lain-lain
Beberapa
Istilah Dalam Jabatan : Unsur atau elemen, ialah komponen yang terkecil suatu
pekerjaan, misalnya memutar, menarik, menggosok, dan mengangkat Tugas
atau Task adalah adalah sekumpulan unsur yang merupakan usaha
pokok yang dikerjakan karyawan dalam memproses bahan kerja menjadi hasil kerja
dengan alat kerja dan dalam kondisi jabatan tertentu. Kedududukan atau posisi
adalah sekumpulan tugas yang diberikan kepada seseorang pegawai atau pekerja
yakni seluruh kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepada seseorang
pegawai atau pekerja. Pekerjaan atau job adalah sekumpulan kedudukan yang
memiliki persamaan dalam tugas-tugas pokoknya dan berada dalam satu unit
organisasi. Jabatan atau accupation adalah sekumpulan pekerjaanyang berisi
tugas-tugas pokok yang mempunyai persamaan, dan yang telah sesuai dengan satuan
organisasi.
2. Prinsp-Prinsip Analisis Jabatan
Ada sejumlah
prinsip-prinsip penting yang harus dipegang dalam melakukan proses analisis
jabatan yakni :
a. Proses analisis dilakukan untuk memahami apa tanggung jawab setiap jabatan
dan kontribusi hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil atau tujuan
organisasi. Dengan analisis ini, maka nantinya uraian jabatan akan menjadi
daftar tanggung jawab, bukan daftar tugas atau aktivitas.
b.
Yang dianalisis adalah
jabatan, bukan pemegang jabatan yang saat ini kebetulan sedang memangku jabatan
tersebut. Ini penting untuk menghindari bias kita menganalisis jabatan
berdasarkan kemampuan, kinerja, gaya atau metoda kerja dari pemegang jabatan saat
ini. Yang perlu kita analisis adalah standar desain jabatan tersebut
berdasarkan struktur organisasi yang ada saat ini.
c. Kondisi jabatan yang dianalisis dan akan dituangkan dalam uraian jabatan
adalah kondisi jabatan saat ini berdasarkan fakta yang ada sesuai rancangan
strategi dan struktur organisasi.
Prinsip-prinsip
ini penting untuk dipahami karena sering terjadi di banyak organisasi, uraian
jabatan dibuat berdasarkan “selera” masing-masing atasan, atau bahkan
diserahkan untuk dibuat oleh pemegang jabatan. Ini membuat tidak adanya standar
batasan jabatan yang sebenarnya diinginkan oleh organisasi. Jika hal ini
terjadi, maka akan mudah untuk diperkirakan munculnya banyak masalah mengenai
tumpang-tindih tanggung jawab antarjabatan, atau rangkap-merangkap tanggung
jawab oleh karena ada beberapa tanggung jawab yang ternyata tidak tercakup di
jabatan apapun. Juga akan dapat terjadi adanya jabatan yang beban tanggung
jawabnya sangat besar/luas, sementara jabatan lain terlihat sangat sempit dan
ringan, sehingga tidak ada perimbangan cakupan pekerjaan, yang dapat menimbulkan
banyak masalah seperti ini.
3. Tujuan Analisis Jabatan
Analisa
jabatan memiliki tujuan:
a.
Pengembangan Karir
b.
Aspek Legal
c.
Penilaian Kinerja
d.
Rekruitment dan seleksi
e.
Pelatihan
f.
Penetapan Gaji
g.
Klasifikasi jabatan
4. Pentingnya Analisis Jabatan
Informasi
dasar dan penting mengenai jabatan ini diperlukan oleh banyak pihak, mulai dari
pemegang jabatan (agar ia mengerti apa yang dituntut dari jabatan tersebut),
perekrut (agar mengerti orang seperti apa yang sesuai untuk mengisinya), atasan
(supaya memahami apa yang ia tuntut dari pekerjaan bawahannya dan menjadi dasar
yang objektif untuk mengkomunikasikan ekspektasi organisasi terhadap
bawahannya, serta dasar untuk pengukuran kinerja), hingga bagi pengelola
pelatihan (agar mengerti kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh setiap
pemegang jabatan).
Penyusunan
uraian jabatan harus dilakukan dengan baik agar mudah dimengerti. Untuk itulah
diperlukan suatu proses yang terstruktur pula, yang dikenal dengan analisis
jabatan. Peran Analisis Jabatan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu
pengetahuan yang eksplisit dan terperinci mengenai setiap jabatan sangatlah
diperlukan, antara lain untuk keperluan:Rekrutmen, seleksi dan penempatan
tenaga kerja Menentukan besarnya upah, merancang jalur karir pekerja / pegawai,
menetapkan beban kerja yang pantas dan adil, merancang program pendidikan dan
pelatihan yang efektif .
Selain
memberikan manfaat bagi organisasi, analisa jabatan juga bermanfaat bagi pegawai
untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya. Dengan ditempatkan pada jabatan yang
sesuai dengan kualifikasi yang ia miliki, berarti para pegawai tersebut telah
diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan merealisasikan potensinya
seoptimal mungkin.
5. Isi Analisis Jabatan
Analisis
Jabatan mencakup elemen-elemen , yaitu : Uraian jabatan adalah satu pernyataan
tertulis tentang apa yang sesungguhnya dilakukan pemegang jabatan, bagaimana
dia melakukannya dan dalam kondisi apakah pekerjaan itu dijalankan. Kebanyakan
uraiannya memuat : identifikasi jabatan, ringkasan jabatan, hubungan-tanggung
jawab-kewajiban, wewenang dari pemegang jabtan, standar kinerja, dan kondisi
kerja , Spesifikasi jabatan menunjukkan orang macam apakah yang direkrut dan dalam
kualitas apakah orang tersebut hendaknya diuji. Beberapa jenisnya : spesifikasi
untuk personel terlatih dan tidak terlatih, spesifikasi jabtan berdasarkan
penilaian, spesifikasi jabatan berdasarkan pada analisis statistic. Pemekaran
jabatan : menugaskan para karyawan dengan kegiatan tambahan pada level yang
sama sehingga meningkatkan jumalah kegiatan yang mereka lakukan.
6. Prosedur Analisis Jabatan
Prosedur yang ditempuh dalam
melakukan analisis jabatan yakni:
a.
Wawancara : wawancara
individual, wawancara kelompok dan wawancara penyelia dengan beberapa
pertanyaan khas : apa saja yang dilakukan oleh jabatan, apa yang merupakan
tugas utama dari posisi anda?apa persisnya yang anda lakukan?dll
b.
Kuesioner : meminta karyawan
mengisi kuesioner utk menggambarkan tugas-tugas yang berkaitan dengan jabatan
dan tanggung jawab mereka,
c.
Observasi : dapat bermanfaat
bila jabatan-jabatan terutama terdiri dari kegiatan yang daapt diobservasi
secara fisik (penjaga gedung,pekerja lini perakitan & pegawai akunting)
d.
Buku Harian (diary/logs)
peserta.
Analisis
jabatan dilaksanakan secara sistematis dengan tahapan sebagai berikut:
§
pengumpulan data; Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan:
a.
Formulir Isian, berupa
pengumpulan data dan inventarisasi jumlah pemangku jabatan.
b.
wawancara;
c.
pengamatan langsung; dan
d.
referensi.
§
pengolahan data; Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan :
a.
rekapitulasi jumlah beban
kerja jabatan;
b.
perhitungan kebutuhan
pejabat/pegawai, tingkat efisiensi jabatan dan prestasi kerja jabatan; dan
c.
rekapitulasi kebutuhan
pejabat/pegawai, tingkat efisiensi unit dan prestasi kerja unit.
§
penelaahan hasil olahan data,
Penelaahan hasil olahan data sebagaimana dilakukan untuk memperoleh hasil yang
akurat dan objektif serta sesuai dengan kondisi senyatanya.
§
penetapan
hasil analisis beban kerja.
7. Keterkaitan Analisis Jabatan
Analisis jabatan memiliki
keterkaitan dengan faktor lainnya seperti rekrutmen, seleksi, penilaian
prestasi kerja, pelatihan, penggajian, dan sebagainya.
a. Keterkaitan Analisis Jabatan dengan Rekrutmen dan
Seleksi
Analisis jabatan menyajikan banyak
sasaran dan berhubungan secara ekstensif dengan sejumlah aktivitas personalia.
Sebagai contoh, dasar analisis pekerjaan dan perencanaan SDM organisasi dapat
digunakan untuk mengetahui siapa yang akan direkrut. Tanpa perencanaan SDM dan
analisis pekerjaan, organisasi tidak akan mampu menspesifikasikan tipe pegawai
seperti apa yang dibutuhkan, bilamana direkrut dan dimana direkrut. Hal ini
akan berakibat negatif pada produktifitas organisasi dan validitas
masing-masing prosedur dan keputusan seleksi. Hanya dengan informasi analisis
pekerjaan organisasi dapat memperlihatkan bahwa prosedur seleksi berkaitan
dengan pekerjaan.
b. Keterkaitan Analisis Jabatan dengan Penilaian
Kinerja dan Pelatihan
Untuk mengefektifkan evaluasi
kinerja pekerja, metode penilaian yang digunakan haruslah merefleksikan
kepentingan tugas dari pekerjaan. Hanya dengan menguji persyaratan ketrampilan
untuk pekerjaan (yang didefinisikan sebagai spesifikasi pekerjaan), pelatihan
dan promosi pekerja dapat diorganisasikan bersamaan dengan kebutuhan SDM yang
diterjemahkan oleh aktivitas perencanaan SDM. Dengan kata lain, seleksi dan
program pelatihan harus didasarkan pada kriteria adanya hubungan dengan pekerjaan.
c.Keterkaitan Analisis Jabatan dengan Penggajian
Salah satu bentuk perhatian terhadap
individu pegawainya adalah penggajian. Analisis jabatan dapat
digunakan untuk membantu menentukan seberapa besar layaknya seorang pegawai
mendapatkan gaji/upah untuk jenis dan tingkat pekerjaan tertentu. Analisis
jabatan juga penting untuk memastikan tingkat upah suatu pekerjaan. Adalah
adil mengkaitkan tingkat upah dengan tingkat pekerjaan dan prestasi kerja.
d. Keterkaitan Analisis Jabatan dengan Program
Perbaikan
Program untuk memperbaiki organisasi
seringkali meliputi perubahan rancangan pekerjaan. Tanpa memperhatikan hasil
rancangan pekerjaan alamiah, tugas, sasaran dan kondisi yang baru harus
dianalisis. Sejak awal, pekerjaan dirancang untuk individu. Hal ini lebih
kompleks untuk menganalisis rancangan pekerjaan grup per grup atau tim. Saat
fokus kerja dipindahkan dari tugas individu ke tugas grup, hal ini akan lebih
sulit untuk menganalisis apakah tugas masing-masing individu serta pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan individu memungkinkan. Salah satu konsekuensi hal ini
berawal dari evaluasi pekerjaan dan rata-rata bayaran untuk pekerjaan spesifik
untuk mengevaluasi ketrampilan dan pembayaran pengetahuan yang dimiliki
pekerja.
e. Keterkaitan Analisis Jabatan dengan Lingkungan
Internal
Dua aspek lingkungan internal yang
sangat erat kaitannya dengan analisis jabatan adalah target yang ditetapkan
oleh top manajemen dan teknologi yang digunakan untuk menterjemahkan tujuan
organisasi ke dalam bentuk program kegiatan. Tugas top manajemen menetapkan
target yang hendak dicapai dalam program tersebut. Penetapan target dapat
dilakukan secara sendiri oleh top manajemen atau bersama-sama dengan
bawahannya. Bersamaan dengan penetapan target, maka ditetapkan pula kriteria evaluasi
pekerjaan. Adanya penetapan target dan kriteria evaluasi akan sangat membantu
bagi tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan penetapan target dan evaluasi
pencapaian target inilah analisis jabatan dibuat.
f. Keterkaitan Analisis Jabatan dengan Lingkungan
Eksternal
Kaitan analisis jabatan dengan
teknologi yang digunakan terletak pada rancangan pekerjaan. Berdasarkan
rancangan pekerjaan tersebut dapat diketahui teknologi apa dan yang bagaimana
yang semestinya diterapkan. Teknologi yang digunakan saat ini adalah evaluasi
dalam analisa jabatan. Hasil analisis dapat menunjukkan tepat tidaknya
teknologi yang digunakan serta pengaruh teknologi terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
B. REKRUTMEN
1. Pengertian Rekrutmen
Penarikan merupakan kegiatan untuk mendapatkan sejumlah tenaga kerja dari berbagai sumber, sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, sehingga mereka mampu menjalankan misi organisasi untuk merealisasikan visi dan tujuannya.
Penarikan merupakan kegiatan untuk mendapatkan sejumlah tenaga kerja dari berbagai sumber, sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, sehingga mereka mampu menjalankan misi organisasi untuk merealisasikan visi dan tujuannya.
Definisi lain menyebutkan bahwa rekrutmen adalah proses pencarian dan
pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai
karyawan (Handoko,2001). Perekrutan adalah proses menarik orang-orang pada
waktu yang tepat, dalam jumlah yang cukup, dan dengan persyaratan yang layak,
untuk mengisi lowongan dalam organisasi (Mondy, 2008).
Menurut Simamora (2006,p170) rekrutmen merupakan serangkaian aktifitas
untuk mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian,
dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi
dalam perencanaan kepagawaian. Aktivitas rekrutmen dimulai pada saat calon
mulai dicari dan berakhir tatkala lamaran mereka diserahkan. Melalui rekrutmen,
individu yang memiliki keahlian yang dibutuhkan didorong membuat lamaran untuk
lowongan kerja yang tersedia diperusahaan atau organisasi. Hasil rekrutmen
adalah sekumpulan pelamar kerja yang akan diseleksi untuk menjadi karyawan
baru.
2.Tujuan Rekrutmen
Tujuan Rekrutmen adalah menerima pelamar sebanyak-banyaknya sesuai dengan
kualifikasi kebutuhan perusahaan dari berbagai sumber, sehingga memungkinkan
akan terjaring calon karyawan dengan kualitas tertinggi dari yang terbaik.(
Rivai dan Ella .2009 ; 150 ).
Prinsip-prinsip
rekrutmen :
a. Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendapatkan mutu yang sesuai.
b. Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai
dengan pekerjaan yang tersedia.
c. Biaya yang diperlukan di minimalkan.
d. Perencanaan dan keputusan-keputusan strategis
tentang rekrutmen.
e. Fleksibility
f. Pertimbangan-pertimbangan hukum.
3.Proses Rekrutmen
Pada proses rekrutmen, perlu diingat kembali untuk benar-benar
memerhatikan deskripsi jabatan atau pekerjaan yang dikemukakan benar-benar
tepat sehingga nantinya perusahaan juga akan memperoleh pelamar-pelamar yang
benar-banr sesuai kriteria tugas dan tanggung jawabnya saat menduduki pekerjaan
tertentu.
Dalam proes rekrutmen ini MSDM mulai menerima surat lamaran dari beberapa
atau mungkin banyak pelamar. Dalam membuat keputusan siapa sajakah dari para
pelamar yang sesuai untuk dipanggil ke jenjang sleksi, MSDM perlu membuat
keputusan yang terkadang tidak terlepas dari Human Error.
4. Faktor yang Mempengaruhi Rekrutmen
Proses perekrutan tidak
terjadi di ruang hampa. Faktor di luar organisasi bisa secara signifikan
mempengaruhi upaya perekrutan perusahaan. Faktor yang mempengaruhi rekrutmen
adalah sebagai berikut:
a. Kondisi
Pasar Tenaga Kerja
Sangat penting untuk
diperhatikan adalah penawaran dan permintaan keterampilan khusus dalam pasar
tenaga kerja. Proses perekrutan perusahaan bisa menjadi sederhana ketika
tingkat pengangguran pada pasar tenaga kerja organisasi mencapai angka yang
tinggi. Jumlah pelamar yang tidak diterima biasanya lebih besar, dan
meningkatnya ukuran kelompok tenaga kerja menyediakan peluang yang lebih baik
untuk menarik para pelamar yang memenuhi syarat.
b. Pertimbangan
Hukum
Masalah hukum juga
memainkan peran signifikan dalam praktik perekrutan. Hal ini tidaklah
mengejutkan karena calon karyawan dan pemberi kerja melakukan pertemuan untuk
pertama kalinya dalam proses perekrutan. Proses perekrutan yang tidak
dirumuskan dengan baik bisa menciptakan masalah dalam proses seleksi. Dengan
demikian, penting bagi organisasi untuk menekankan praktik nondiskriminatif
pada tahap ini.
c. Kebijakan
Promosi
Perusahaan bisa
menekankan kebijakan promosi dari dalam strukturnya sendiri atau kebijakan di
mana posisi secara umum dari luar perusahaan. Bergantung pada kondisi tertentu,
kedua pendekatan tersebut memiliki kelebihannya masing-masing.
Promosi dari dalam (promotion from within/PFW) adalah
kebijakan mengisi lowongan di atas posisi tingkat pemula (entry level) dengan karyawan yang ada saat ini.
Ketika
perusahaan menekankan promosi dari dalam, para karyawannya mendapatkan
rangsangan untuk berupaya keras meraih kemajuan. Ketika para karyawan
menyaksikan para rekan kerja dipromosikan, mereka menjadi lebih sadar akan
peluang mereka sendiri. Motivasi yang diberikan oleh praktik ini seringkali
meningkatkan semangat karyawan. Keuntungan lain perekrutan internal adalah
bahwa organisasi biasanya menyadari dengan baik kapabilitas para karyawannya.
5. Rekrutmen yang Efektif
Rekrutmen dikatakan efektif apabila:
a.
Membuat analisa
jabatan.
b.
Menentukan kualifikasi
dari calon karyawan yang dibutuhkan.
c.
Mencantumkan
spesifikasi ini pada lowongan pekerjaan yang dipubikasikan sehingga
para pelamar dapat mempertimbangkannya.
d.
Mencocokkan
karakteristik pelamar yang ada baik pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan
lain-lain dengan klualifikasi yang dibutuhkan.
e.
Melakukan test atau interview
dengan mengacu kepada spesifikasi
jabatan yang sudahada serta kualifikasi yang dibutuhkan.
f.
Agar rekrutmen efektif,
tidak saja harus mempertimbangkan kebutuhan organisasi tetapi harus juga
memperhatikan kepentingan masyarakat dan individu.
g.
Pada proses rekrutmen
harus disesuaikan antara kemampuan pelamar kerja dan deskripsi pekerjaan
yang ada.
h.
dalam mengembangkan
kebijakan rekrutmen juga perlu memperhatikan struktur dan fungsi pasar
tenaga kerja internal dan eksternal.
C.
SELEKSI
1. Definisi
Seleksi
Proses
seleksi adalah serangkaian langkah spesifik yang digunakan untuk menentukan
calon pekerjaharus dipekerjakan. Proses dimulai ketika calon pekerja melamar
pekerjaan dan berakhir dengankeputusan perekrutan. Meskipun proses perekrutan
akhir dibuat oleh atasan langsung atau managerdalam banyak kasus, departemen
sumber daya manusia mengevaluasi pelamar dalam hal kesesuaianpotensi mereka
melalui penggunaan prosedur yang valid.
2.
Tujuan dan Fungsi Seleksi
Mondy dan Noe (1993) mengatakan bahwa tujuan seleksi
adalah untuk memasangkan secara tepat antara individu pelamar dengan pekerjaan
atau posisi yang ditawarkan. Apabila pemasangan tersebut tidak tepat sehingga
seorang individu terlalu atau kurang memenuhi syarat pekerjaan atau untuk
alasan lain dia tidak cocok dengan pekerjaan maka dia mungkin akan meninggalkan
organisasi tersebut kelak.
Seleksi
penerimaan karyawan baru bertujuan untuk mendapatkan hal-hal berikut.
a.
Karyawan yang qualified
dan potensial.
b.
Karyawan yang
jujur dan berdisiplin.
c.
Karyawan yang
cakap dengan penempatannya yang tepat.
d.
Karyawan yang
terampil dan bersemangat dalam bekerja.
e.
Karyawan yang
memenuhi persyaratan undang-undang perburuhan.
f.
Karyawan yang
dapat bekerja sama baik secara vertikal maupun horizontal.
g.
Karyawan yang
dinamis dan kreatif.
h.
Karyawan yang
loyal dan berdedikasi tinggi.
i.
Karyawan yang
inovatif dan bertanggung jawab sepenuhnya.
j.
Mengurangi
tingkat absensi dan turnover karyawan.
Tujuan yang paling dasar dari seleksi adalah menemukan
karyawan yang paling mungkin memenuhi standar kinerja organisasi dan yang akan
dapat puas serta berkembang dalam jabatan yang bersangkutan.
3.
Tahapan Seleksi
a.
Wawancara Pendahuluan
Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menyisihkan mereka yang sudah jelas tidak memenuhi persyaratan
posisi. Sebagai contoh, sebuah posisi mungkin membutuhkan persyaratan khusus
seperti menjadi certified public account (CPA).
Jika wawancara menunjukkan bahwa pelamar yang bersangkutan tidak memiliki CPA,
diskusi lebih lanjut berkenaan dengan posisi tersebut akan membuang waktu
perusahaan maupun si pelamar.
b.
Pemeriksaan Lamaran
Tujuannya untuk memilih surat
lamaran dan mengelompokkan surat lamaran yang memenuhi syarat dan surat lamaran
yang tidak memenuhi syarat. Formulir lamaran biasanya berisi bagianuntuk nama,
alamat, nomor telepon, wajib militer, pendidikan, dan riwayat kerja.
c.
Tes Seleksi
Tes
ini merupakan untuk tes penilaian bakat, kepribadian, kemampuan, dan motivasi
para karyawan potensial yang memungkinkan para manajer dalam memilih karyawan
yang sesuai dengan posisi yang dibutuhkan.
d. Wawancara
kerja
Adalah perbincangan
berorientasi tujuan dimana pewawancara pelamar saling bertukar informasi.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sebagaimana jauh kemampuan praktis
pelamar dalam mengerjakan pekerjaan dan juga untuk memperoleh gambaran apakah
pelamardapat diajak bekerja sama atau tidak.
e.
Penilaian akhir
Tujuannya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil serangkaian
tes dan wawancara untuk menentukan apakah kandidat diterima atau ditolak. Yang
juga ditindak lanjuti dengan memperhatikan hasil tes kesehatan.
f. Pemberitahuan dan
wawancara akhir
Kandidat yang diterima dipanggil untuk
mengikuti wawancara akhir untuk diterangkan mengenai berbagai kebijakan
perusahaan, seperti misalnya masalah gaji.
g.
Penerimaan
Kandidat menerima surat keputusan tentang diterimanya kandidat untuk
menjadi bagian dari perusahaan.
4.
Pendekatan Seleksi
a.
Successive
Hurdles Selection Approach
Pendekatan ini
mengharuskan setiap calon karyawan untuk mengikuti semua prosedur seleksi
secara bertahap. Setiap tahapan seleksi, pelamar diuji dan dievaluasi oleh tim
seleksi. Hanya calon yang lulus dari seleksi tahap pertama dapat mengikuti tahap
selanjutnya, demikian seterusnya.
b.
Compensatory
Selection Approach
Dalam pendekatan
ini, setiap calon karyawan diberi
kesempatan yang sama untuk mengikuti seluruh prosedur seleksi. Nilai dari
setiap seleksi dikumpulkan dan nilai yang terbesarlah yang diterima di
perusahaan. Dengan pendekatan ini, semua
kelebihan dan kelemahan calon karyawan dapat diketahui dan dapat dicari yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
5.
Tantangan seleksi
a.
Tantangan-tantangan Suply
Semakin besar jumlah pelamar yang qualified maka akan semakinmudah
bagi departemen personalia untuk memilih karyawan baru yang berkualitas.
Dalam kenyataannya banyak lowongan jabatan, seperti kebutuhan manajer
profesional sekarang ini, sangat sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai tersebut
menyebabkan organisasi tidak leluasa memilih calon karyawan terbaik.
b.
Tantangan-tantangan Ethis
Penerimaan karyawan baru karena
hubungan keluarga, pemberian komisidan kantor penempatan tenaga kerja, atau
karena suap, semuanya merupakantantangan bagi pengelola organisasi. Bila
standar ethis ini dilanggar, karyawan baru mungkin dipilih secara tidak tepat.
c.
Tantangan-tantangan Organisasional
Proses seleksi bukan merupakan tujuan akhir,
tetapi prasarana organisasi berupaya untuk mencapai tujuan dan
sasarannya.Secara alamiah, organisasi menghadapi keterbatasan, sepertianggaran
atau sumber daya lainnya yang mungkin akan membatasi prosesseleksi. Disamping
itu, berbagai strategi, kebijaksanaan dan taktik organisasi juga merupakan
batasan.
6.
Penyeleksi
Kendala penyeleksi adalah kesulitan
mendapatkan penyeleksi yang benar-benar qualified,
jujur, dan objektif penilaiannya. Penyeleksi sering memberikan nilai atas
pertimbangan peranannya, bukan atas fisis pikirnya, bahkan pengaruh efek “halo”
sulit dihindarkan.
D. PENGEMBANGAN KARIR
1.
Pengertan pengembangan kariR
Pengembangan Karir adalah aktivitas-aktivitas untuk
mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang
direncanakan.
Ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan
menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh
lebih penting dari pada aktivitas rencana pengembangan formal.
2.
Bentuk pengembangan skill yang
dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yang spesifik. Skill yang
dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan berbeda dengan skill yang
dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
3.
Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang
individu belum memperoleh skill yang sesuai dengan tuntutan
pekerjaan. Jika tujuan tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu
maka individu yang telah memiliki skill yang dituntut
pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.
4.
Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat
direduksi / dikurangi dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan
individu yang rasional. (Mondy,1993 dalam situs jurnalsdm.blogspot)
Pengembangan karir (career development) meliputi
perencanaan karir (career planning) dan manajemen karir (career management).Memahami
pengembangan karir dalam sebuah organisasi membutuhkan suatu pemeriksaan atas
dua proses, yaitu bagaimana masing-masing individu merencanakan dan menerapkan
tujuan-tujuan karirnya (perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang
dan menerapkan program pengembangan karir / manajemen karir.Manajemen
karir (career management) adalah proses dimana organisasi
memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna
menyediakan suatu kumpulan orang - orang yang berbobot untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. (Simamora, 2001dalam
jurnalsdm.blogspot).
2. Tujuan Pengembangan Jenjang
Karir Perawat
Tujuan penerapan dan
perkembangan jenjang karir perawat
1. Meningkatnya praktik asuhan keperawatan yang
berkualitas kepada pasien/keluarga.
2. Meningkatnya kemampuan kepemimpinan individu
perawatan.
3. Mendorong pengembangan pribadi dan
profesional.
4. Memfasilitasi pengembangan karir perawat.
5. Menata sistem promosi berdasarkan persyaratan
dan kriteria yang telah ditetapkan.
6. Mendukung program retensi dan rekruitmen staf.
7. Menata sistem remunerasi sesuai dengan
prestasi kerja.
8.
Meningkatkan
moral kerja, motivasi, dan kepuasan kerja staf keperawatan.
3. Model
Jenjang Karir
Ketentuan
jenjang karir Profesional keperawatan yang diajukan ke RS mengacu pada ketentuan Direktorat Keperawatan Depkes RI dan Program
Pengembangan Profesi oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). RS
selaku RS yang digunakan sebagai tempat pendidikan perawat dipandang perlu
memiliki keterkaitan kompetensi praktisi perawat dalam lingkup manajerial,
pendidikan dan penelitian.
Bagan I.
Integrasi
Penjenjangan antara Perawat Klinik,
Manajer, Pendidik dan Riset
L. V
|
PK. V
|
PM. IV
|
PP. III
|
PR. II
|
L. IV
|
PK. IV
|
PM. III
|
PP. II
|
PR. I
|
L. III
|
PK. III
|
PM. II
|
PP. I
|
|
L. II
|
PK. II
|
PM. I
|
||
L. I
|
PK I
|
Keterangan ;
L = Level PP
= Perawat Pendidik
PK = Perawat
Klinik PR = Perawat Riset
PM = Perawat
Manajerial
Untuk Level I masih termasuk perawat generalis dengan kompetensi perawatan
dasar. Sedangkan Level II termasuk perawatan dasar dengan kompetensi lanjutan
yang merupakan dasar spesialistik sesuai lingkup area. Mulai Level III termasuk perawat spesialistik dengan kompetensi meliputi :
a. Perawat Medikal
b. Perawat Bedah
c. Perawat Anak
d. Perawat Maternitas
e. Perawat ICU/CCU
f. Perawat Gawat Darurat
g. Perawat Gerontik
h. Perawat Kesehatan
4. Prinsip-Prinsip Sistem
Pengembangan Karir
i.
Saat ini kualifikasi tenaga
keperawatan dimulai dari D.III Keperawatan sampai dengan tahun 2010. Tahun 2010
kualifikasi tenaga perawat profesional dimulai dari S-1
Keperawatan.
ii.
Jenjang mempunyai makna kompetensi
untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai lingkup dan bertingkat sesuai dengan
kompleksitas masalah klien dalam uapaya pemenuhan kebutuhan dasar.
iii.
Fungsi utama yang menjadi pegangan
adalah fungsi pemberian asuhan keperawatan.
iv.
Setiap perawat pelaksana mempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan karirnya sampai jenjang yang paling
atas.
v.
Jenjang karir mempunyai dampak
terhadap tanggung jawab dan akontabel terhadap tugas serta terkait dengan
sistem penghargaan.
vi.
Pimpinan tertinggi harus mempunyai
komitmen yang tinggi terhadap sistem pengembangan karir tenaga perawat
pelaksana sehingga dapat dijamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
vii.
Bidang pengembangan karir mencakup
spesialisasi : Keperawatan Medikal, Bedah, Maternitas, Anak, ICU/CCU, Gawat
Darurat, Gerontik dan Jiwa.
5.Standar Kompetensi Perawat
Penetapan
kompetensi perawat Indonesia mengacu pada ketentuan Standar Kompetensi Perawat
Indonesia dari PPNI dan Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medis.
Kompetensi jenjang terbagi dalam lima macam kompetensi :
a. Kompetensi
Keperawatan Dasar Umum.
b. Kompetensi
Keperawatan Lanjutan atau Kompetensi Keperawatan Dasar Spesialistik.
c. Kompetensi
Keperawatan Spesialistik Umum.
d. Kompetensi
Keperawatan Spesialistik Khusus.
e. Kompetensi
Keperawatan Konsultan Spesialistik
Standar Kompetensi Perawat tiap jenjang :
1.
Perawat Klinik
I (Dasar Umum).
2.
Perawat Klinik
II (Dasar Khusus).
3.
Perawat Klinik
III (Lanjutan Khusus).
4.
Perawat Klinik
IV (Lanjutan Khusus).
5.
Perawat Klinik
V (Konsultan Spesialistik)
1. Kompetensi
Perawat Klinik I
a) Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien tanpa risiko (Klien
minimal/partial care).
b) Pendokumentasian
asuhan keperawatan.
c) Memahami teknik isolasi dan teknik desinfeksi.
d) Mampu
mempersiapkan pasien pulang.
e) Mampu melakukan penyuluhan kesehatan pada klien tanpa risiko.
f) Mampu memberikan keperawatan dasar untuk memenuhi kebutuhan personal
hygiene pada klien tanpa risiko, meliputi :
i.
Memandikan
ii.
Kebersihan mulut
iii.
Perawatan kuku
iv.
Merapikan
tempat tidur pada klien tirah baring
v.
Membantu eliminasi
vi.
Mengatur posisi tidur
vii.
Membantu mobilisasi (membantu
latihan fisik sederhana)
viii.
Monitoring TTV, intake-output
ix.
Terampil
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
2. Kompetensi
Perawat Klinik II
a. Kompetensi
Keperawatan Lanjutan Umum adalah kompetensi yang harus dimulai oleh semua
Perawat Klinik II disemua area ;
ü Identifikasi klien yang memerlukan pemasangan gastrointestinal tube.
ü Mampu/terampil
memasang gastrointestinal intubation pada klien tanpa risiko.
ü Mampu memberi makan/minum melalui internal tube feeding.
ü Identifikasi
klien yang memerlukan kateterisasi urine.
ü Mampu/terampil
memasang kateter urine pada klien tanpa risiko.
ü Identifikasi klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
ü Mampu/terampil
memasang infus (limpah wewenang).
ü Monitoring
IVFD (intra vena fluid doix).
ü Mampu
melakukan injeksi sc/ic/im/iv (limpah wewenang).
ü Analisa
nyeri dan pengelolaan nyeri.
ü Mampu
memberikan teknik relaksasi.
ü Perawatan
pre operatif.
ü Perawatan
post operatif.
ü Perawatan
luka operasi tanpa kontaminasi.
ü Terampil
BHD.
ü Terampila
melakukan EKG dasar.
ü Terampil
identifikasi tanda-tanda syok hypovolemik, cardiogenik, hemoragik dan
neurologik.
ü Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien partial care.
ü Mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan teknik isolasi.
ü Mampu
melakukan pendidikan kesehatan pada klien dengan risiko.
ü Mampu
membimbing PK I.
ü Identifikasi
tanda-tanda kegawat daruratan semua area
b. Keperawatan
Lanjutan Khusus adalah keperawatan lanjutan sesuai area atau disebut juga
Keperawatan Dasar Spesialistik ;
1) Keperawatan
Dasar Spesialistik Area Pediatrik
Ø
Asuhan
keperawatan bayi segera setelah lahir pada persalinan normal dan aterm.
Ø
Perawatan tali pusat.
Ø
Perawatan mata.
Ø
Perawatan telinga.
Ø
Memandikan bayi.
Ø
Perawatan bayi premature.
Ø
Perawatan bayi dengan foto therapy.
Ø
Perawatan bayi dan anak dengan
combustio 10%-20%
2) Keperawatan
Dasar Spesialistik Area Maternitas
Ø Mampu melakukan pemeriksaan kehamilan (inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi).
Ø Mengidentifikasi
dan monitoringpersalinan normal.
Ø Mampu memberikan asuhan keperawatan masa nifas pada klien tanpa risiko,
meliputi ;
v Vulva
hygiene
v Perawatan
payudara
v Monitoring
pendarahan
Ø Identifikasi
tanda-tanda persalinan normal.
Ø Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi
3) Keperawatan
Dasar Spesialistik Area Medical/Surgical
v
Mampu melakukan kateterisasi urine
pada klien dengan risiko.
v
Mampu melakukan pemasangan infus
pada klien dengan risiko.
v
Mampu melakukan perawatan WSD.
v
Mampu menguidentifikasi tanda-tanda
gangguan metabolisme.
v
Mobilisasi klien dengan risiko.
v
Identifikasi kasus kardiogenik dan
neurogenik.
v
Kolaborasi
dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi dan monitoring.
3. Kompetensi
Perawat Klinik III
a. Keperawatan
Dasar Spesialistik Area Pediatrik
o
Mahir perawatan perinatal risiko
tinggi.
o
Mahir perawatan bayi dan anak dengan
total care.
o
Mahir perawatan
bayi dan anak dengan ostomi.
o
Mahir perawatan bayi dan anak dengan
combustio grade 30% – 50%.
o
Mahir melakukan asuhan keperawatan
pada bayi dan anak dengan kegawatdaruratan.
o
Mampu
membimbing PK I dan PK II.
o
Mampu
memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dengan total care
b. Keperawatan
Dasar Spesialistik Area Maternitas
o
Mampu memberikan pertolongan
persalinan normal.
o
Semua
kompetensi keperawatan dasar spesialistik area pediatric.
o
Monitoring dan
identifikasi persalianan risiko tinggi.
o
Kolaborasi
dengan cepat dan tepat sesuai hasil monitoring.
o
Mahir melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan total care (perawatan PEB, eklamsi).
o
Mampu
membimbing PK I dan PK II
c. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medikal/Surgikal
o
Mampu mengidentifikasi EKG
emergensi.
o
Mampu melakukan
pertolongan pertama klien dengan kegawat daruratan.
o
Mampu memasang NGT dengan risiko.
o
Mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan total care.
o
Mampu
membimbing PK I dan PK II.
o
Mampu ACLS.
6.
MEKANISME KENAIKAN JENJANG KARIR
PERAWAT DI RS
Uji
kompetensi jenjang karir SDM Keperawatan dilakukan pada saat rekruitmen dan
pengembangan SDM Keperawatan yang sedang bekerja di RS . Pada tahap awal, uji
kompetensi difokuskan untuk perawat klinik. Proses pelaksanaannya dibagi dalam
empat tahap, sebagai berikut :
Tahap
1 : Pendaftaran
Setiap perawat
yang mengikuti proses jenjang karir harus mendaftar pada pusat pengembangan SDM
Keperawatan RS.
Persyaratan
pendaftaran :
a. Surat
keterangan lulus masa orientasi.
b. Pas
foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar.
c. Mengisi
formulir pendaftaran
Setelah mendaftar akan menerima kartu pengenal peserta jenjang karir dan
penetapan pembimbing klinik. Kemudian pembimbing klinik akan memberikan berkas
yang berisi kegiatan yang harus diikuti dan penilaian-penilaian yang harus
dicapai.
Tahap 2 : Proses
Pemenuhan Kompetensi
Perawat peserta jenjang karir harus
memenuhi hal-hal berikut :
a. Pendidikan
Formal Keperawatan
Pendidikan
formal keperawatan yangdiakui sebagai perawat profesional minimal Ners-Sarjana
Keperawatan (Ns-Skep) pada tahun 2010. Perawat lulusan D III Keperawatan dapat
mencapai jenjang PK III. Perawat lulusan Sarjana Keperawatan dapat mencapai
jenjang PK IV. Perawat lulusan magister/S2/Sp. Keperawatan dapat mencapai
jenjang PK V.
b. Lama
Bekerja di klinik
Perawat
lulusan D III Keperawatan dapat ditetapkan sebagai PK I setelah lulus masa
orientasi 1 tahun. Setelah 4 tahun sebagai PK I dapat mengikuti uji kenaikan
jenjang ke PK II, jika memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan. Setelah 4
tahun sebagai PK II, jika memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan dapat naik
menjadi PK III. Selanjutnya untuk naik ke PK IV tidak cukup hanya memenuhi lama
kerja, tetapi juga harus memenuhi pendidikan formal Ners-Sarjana Keperawatan
(Ns Skep).
Perawat
lulusan Ners Sarjana Keperawatan dan Sarjana Keperawatan dapat ditetapkan
sebagai PK I setelah lulus masa orientasi selama 6 bulan. Setelah 2 tahun
sebagai PK I dapat mengikuti uji kenaikan jenjang karir ke PK II, jika memenuhi
persyaratan lain yang ditetapkan. Setelah 2 tahu sebagai PK II dapat mengikuti
uji kenaikan jenjang karir ke PK III, dan demikian pula ke PK IV, jika memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Selanjutnya untuk naik ke PK V, tidak cukup hanya
memenuhi lama kerja, tetapi juga harus memenuhi pendidikan formal
Magister/S2/Sp. Keperawatan.
Perawat lulusan
magister/S2/Sp. Keperawatan yang belum memiliki pengalaman klinik maka dapat
menjadi PK I setelah lulus masa orientasi selama 3 bulan. Setelah 1 tahun
menjadiPK I dapat mengikuti uji kenaikan jenjang karir ke PK II dan seterusnya
sampai ke PK V, jika memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Perawat
lulusan magister/S2/Sp. Keperawatan yang telah memiliki pengalaman klinik, maka
pengalaman klinik dan kemampuan kompetensi yang dimiliki akan diperhitungkan
untuk menetapkan jenjang karirnya.
c. Rekomendasi
Untuk
mengikuti uji kenaikan jenjng karir, setiap perawat harus mendapatkan
rekomendasi dari :
1) Atasan langsung tentang penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang memenuhi syarat untuk uji kenaikan jenjang karir
minimal B.
2) Teman sejawat. Isi rekomendasi adalah hubungan kerja perawat dengan tim
kerja dalam penyelenggaraan asuhan keperawatan (sesuai dengan formulir yang
ditetapkan).
3) Pembimbing klinik. Pembimbing klinik memberikan rekomendasi tentang
aktifitas yang harus dipenuhi sebagai syarat uji kenaikan jenjang karir.
4) Klien dan keluarga (Pelanggan Eksternal). Perawat yanga akan diuji
kompetensinya diharapakan tidak ada komplain dari klien atau keluarga.
d. Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan
Untuk dapat
mengikuti uji jenjang karir, maka tiap perawat harus memenuhi sejumlah SKP
(Satuan Kredit Partisipan) yang ditetapkan dalam PKB. PKB akan dirancang oleh
Bagian Bidang Keperawatan bekerja sama dengan Diklat RS sesuai dengan pedoman
dari PPNI.
Tahap 3 :
Uji kompetensi
Uji kompetensi dilakukan terhadap dokumen, ujian tertulis dan ujian
praktik.
a. Dokumen
Bidang
keperawatan dan Diklat RS menelaah dan menilai keabsahan dan kelegkapan
dokumen. Kemudian menetapkan jenjang karir yang akan diuji
b. Ujian
tertulis
ujian tertulis
diselenggarakan untuk semua jenjang. Materi yang akan diuji sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai
c. Ujian
praktek
Ujian praktik diselenggarakan jika
telah terpenuhi kelengkapan dokumen dan lulus ujian tertulis.
langkah-langkah ujian praktik adalah
sebagai berikut :
1) Persiapan
uji kompetensi
2) Pelaksanaan
uji kompetensi
3) Penetapan
hasil uji kompetensi
Tahap 4 :
Penetapan Jenjang Karir Yang Baru
Bidang keperawatan dan Diklat RS mengirimkan berkas-berkas ke bagian
personalia. Selanjutnya disiapkan surat keputusan, Surat Keputusan untuk PK I –
III ditandatangani oleh Direktur. Selanjutnya dilaksanakan penyesuaian
pekerjaaan dan sistem penghargaan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Analisis
Jabatan adalah suatu studi yang secara sistematis dan teratur mengumpulkan
semua informasi dan fakta yang behubungan dengan suatu jabatan. Analisa jabatan
adalah sebuah proses untuk memahami suatu jabatan dan kemudian menyadurnya ke
dalam format yang memungkinkan orang lain untuk mengerti tentang jabatan
tersebut
rekrutmen adalah
proses pencarian dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk
melamar sebagai karyawan (Handoko,2001). Perekrutan adalah proses menarik
orang-orang pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang cukup, dan dengan
persyaratan yang layak, untuk mengisi lowongan dalam organisasi (Mondy, 2008).
Proses seleksi adalah serangkaian langkah
spesifik yang digunakan untuk menentukan calon pekerjaharus dipekerjakan.
Proses dimulai ketika calon pekerja melamar pekerjaan dan berakhir
dengankeputusan perekrutan. Meskipun proses perekrutan akhir dibuat oleh atasan
langsung atau managerdalam banyak kasus, departemen sumber daya manusia
mengevaluasi pelamar dalam hal kesesuaianpotensi mereka melalui penggunaan
prosedur yang valid.
Pengembangan jenjang
karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme
sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensinya. Salah satu
upayanya adalah pengembangan standard kompetensi, jenjang karir, dann sistem
reward. Karir diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk
dapat memenuhi kepuasan kerja, sehingga pada akhirnya akan memberikan
kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
B.
SARAN
Agar kompetensi
tenaga perawat bisa meningkat perlu upaya pengembangan mutu sumber daya manusia
(SDM) perawat melalui pendidikan, pelatihan, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Gomes,
F 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia,
ANDI, Yogyakarta.
Handoko,T
1987, Manajemen Personalia dan Sumberdaya
Manusia, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Hadari,
H 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
http://azmirhamsah-bloggers.blogspot.com/2012/12/pengembangan-sistem-jenjang-karir.html
http://artikelduniakerja.wordpress.com/2009/08/31/proses-rekrutmen-yang-efektif/
http://indonesiannursing.com/2012/01/rekrutmen-dan-seleksi-sdm-kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar