Minggu, 21 Februari 2016

askep cangkok kulit


PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Bedah tandur alih kulit/cangkok kulit (transplantasi kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan. Istilah bedah rekonstruksi untuk pada masyarakat umum sering salah diartikan atau salah ditafsirkan dengan bedah estetik atau bedah kosmetik, yang sebenarnya merupakan tindakan bedah yang bertujuan merubah sesuatu yang pada hakekatnya normal namun ingin merubahnya menjadi sesuatu yang diinginkan. Contoh bedah estetik antara lain yaitu isap-lemak (liposuction) dan pembedahan mengencangkan kulit.
Tandur alih/cangkok kulit umumnya merupakan auto-transplantasi dimana kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan bedah yang dilakukan untuk mengurangi seminimal mengkin reaksi penolakan yang dapat timbul. Metode baku yang digunakan dalam cangkok kulit, yaitu split cangkok kulit, transposisi, flap bertangkai, dan cangkok jaringan bebas.
Split cangkok kulit (skin grafting) merupakan cangkok lapisan epidermis kulit yang dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuhnya, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung, atau perut. Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang bila direnggang akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali hingga 6-9 kali luas semula. Teknik cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya digunakan pada luka bakar yang luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan beberapa persyaratan antara lain, pendarahan pada daerah resipien (daerah yang pendapat kulit cangkokan) harus baik, tidak adanya infeksi, dan keadaan umum penderita.


B.       TUJUAN
1.      Medeskripsikan konsep dasar tentang transplantasi kulit.
2.      Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan klien transplantasi kulit.
3.      Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan transplantasi kulit
4.      Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada asuhan keperawatan klien dengan transplantasi kulit
5.      Mendeskripsikan evaluasi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada asuhan keperawatan klien dengan transplantasi kulit.





















BAB II
KONSEP TEORI

A.      PENGERTIAN
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang, sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta hepar.
Skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien).
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka.
Diantara donor dan resipien tidak mempunyai hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut.

B.       KLASIFIKASI
Secara umum, dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1.    Cangkok Kulit
a.    Cangkok kulit lepas (skin grafting)
Cangkok kulit lepas merupakan pemindahan kulit secara bebas. Pada cangkok sebagian tebal kulit, makin tipis cangkokannya, makin besar kemungkinan berhasilannya cangkok; namun, makin banyak terjadi pengerutan dan perubahan warna kulit. Sebaliknya, makin tebal cangkoknya, makin kecil keberhasilan transplatansi, tetapi makin sedikit pengerutan dan perubahan warna. Cangkok sebagian tebal kulit dapat diambil dari bagian mana saja dari tubuh, tetapi lazimnya diambil dari daerah paha, pantat, punggung atau perut.
Pengambilan sebagian kulit dari daerah donor dapat dilakukan dengan dermatom, tetapi dapat juga dengan pisau lebar yang tipis. Cangkok seluruh tebal kulit adalah cangkok yang terdiri atas lapisan epidermis dan dermis. Dengan alat dermatom, ketebalan kulit yang akan diambil dapat diatur. Vaskularisasi yang baik di daerah resipien, tidak adanya infeksi, dan keadaan umum penderita yang memadai dan fiksasi merupakan syarat keberhasilan transplantasi.
Pencangkokan seluruh tebal kulit terdiri atas kulit tanpa lapisan lemak dibawahnya. Daerah-daerah retroaurikuler, supraklavikuler, bagian medial lengan atas, dan lipat paha merupakan daerah donor yang sering digunakan. Cangkok diambil setelah digambar terlebih dahulu suatu pola yang sesuai dengan defek yang akan ditutup.
Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang bila direnggang akan membentuk jala sehingga luasnya mencapai 1,5 kali hingga 6-9 kali luas semula.
b.    Flep
Flep adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak di bawahnya yang diangkat dari tempat asalnya, tetapi tetap mempunyai hubungan vaskularisasi dengan tempat asalnya. Flep yang dipindahkan akan membentuk vaskularisasi baru di tempat rsipien. Flep bias berupa flep musculokutan, fasiokutan, bahkan dapat pula flep yang mengandung tulang. Atas dasar vaskularisasinya, dibedakan flep acak yang mengandalkan kapiler pembuluh darah disekitarnya, dan flep bersumbu yang mengandung arteri nutrisi di dalamnya.
c.    Cangkok jaringan lepas
Cangkok jaringan bebas atau flep lepas adalah bentuk flep pulau yang diambil dan dilepaskan pada daerah donornya. Cangkok yang bertangkai arteri dan vena ini dipasang pada tempat lain, kemudian pembuluh darah yang berdiameter kecil ini disambung dengan pembuluh darah di daerah resipien secara bedah mikro vaskuler. Teknik ini dapat dilakukan pada flep kulit atau flep muskulokutan.
2.    Implan
Untuk menunjang upaya bedah rekonstruksi dan bedah estetik, pada keadaan tertentu diperlukan bahan sintetis. Bahan yang ditanam ke dalam tubuh harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya tidak atau sedikit menimbulkan reaksi tubuh, tidak magnetis, tidak menghantar listrik, dan tidak karsinogenik.
Bahan yang lazim dipakai adalah silicon, akrilik, dan logam campuran seperti titanium. Contohnya, implant prosthesis payudara setelah mastektomi atau sebagai augmentasi dan prosthesis testis setelah orkidektomi.
Berdasarkan sumber dibagi menjadi 3, yaitu:
1.    Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang yang sama/jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri.
2.    Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti atau jaringan yang diperoleh dari donor dengan spesies yang sama.
3.    Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua spesies yang berbeda atau jaringan dari spesies yang lain.
Berdasarkan ketebalannya dibagi menjadi 2, yaitu:
1.    Split thickness skin graft (STSG)
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit yang dipotong. STSG terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
a.    Tipis (0,005-0,012 inci)
b.    Menengah (0,012-0,018 inci)
c.    Tebal (0,018-0,030 inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.
Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan terapi radiasi. STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap.
Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah resipien.
2.    Full thickness skin graft (FTSG)
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna, tekstur/susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan  antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi/bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.

C.    INDIKASI
Skin graft dilakukan pada pasien  yang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh.
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara optimal.

D.    LOKASI DONOR SKIN GRAFT
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit pada daerah donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus sangat diperhatikan. Daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik. Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari preposium (kulup), scrotum, dan labia minora.
Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha. Daerah donor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh. Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan bantuan untuk merawat luka. Kulit kepala dapat digunakan pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor. 

E.          PROSES PENYEMBUHAN
Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a.       Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi.
b.      Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2-3 hari hingga sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan beratnya akan meningkat  hingga 30-50%. 
c.       Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6-7 setelah operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
d.      Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai graft.
e.       Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal. 
f.       Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga beberapa tahun.
g.      Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.

F.          KOMPLIKASI
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:
a.       Kegagalan graft
Skin graft dapat mengalami kegagalan karena sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft.
Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.
b.      Reaksi penolakan terhadap skin graft
c.       Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
d.      Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
e.       Munculnya jaringan parut
f.       Hiperpigmentasi
g.      Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ. Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri. Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
h.      Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru. Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft. 
i.        Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft

G.    PENATALAKSANAAN
Graft atau cangkokan diperoleh dengan berbagai instrumen : pisau tipis seperti silet, pisau graf kulit, dermatom bertenaga-listrik atau-udara. Cangkokan kulit diambil dari lokasi “donor” atau “host” dan dipasangkan pada lokasi yang dikehndaki yang disebut lokasi “resipien” atau “graf bed”. Agar cangkokan kulit dapat hidup dan efektif, beberapa persyaratan harus dipenuhi :
1.      Lokasi resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat sehingga fungsi fisiologi yang normal dapat berlangsung kembali.
2.      Cangkokan harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien (untuk menghindari penumpukan darah atau cairan)
3.      Cangkokan harus terfiksasi kuat (terimobilisasi) sehingga posisinya dipertahankan pada lokasi resipien.
4.      Daerah pencangkokan harus bebas dari infeksi.

Dalam pemasangan pada lokasi resipien, cangkokan kulit atau graf dapat dijahitkan atau tidak ada lokasi tersebut. Cangkokan ini bisa dipotong dan dibentangkan seperti jala agar menutupi suatu daerah yang lebar. Proses revaskularisasi (pembentukan kembali pasokan darah) dan pelekatan kembali cangkokan kulit pada dasar lokasi resipien dinamakan “take”.
Setelah cangkokan kulit terpasang pada tempatnya, cangkokan ini dapat dibiarkan terbuka (pada daerah yang tidak  mungkin dimobilisasi) atau di tutupdengan kasa pembalut tipis atau pembalut tekan menurut daerahnya.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : pasien diminta untuk menjaga agar daerah tempat pencangkokan sedapat mungkin dimobilisasi. Untuk cangkokan muka, aktivitas yang menggunakan tenaga berlebihan harus dihindari. Cangkokan pada tangan atau lengan dapat di mobilisasi dengan bidai. Kalau cangkokan dipasang pada ekstremitas bawah, bagian tersebut harus ditinggikan karena jalinan kapiler yang baru bersifat rapuh. Jika ambulasi memungkinkan, pasien dapat mengenakanstokis elastik untuk mengimbangi tekanan vena.
Kalau cangkokan tampak berwarna merah muda, keadaan ini menunjukkan terjadinya vaskularisasi. Setelah 2 hingga 3 minggu kemudiann dilakukan pengurutan (masase), untuk melembabkan cangkokan dan menstimulasi sirkulasi darah. Pemakaian bantal pemanas atau pajatan matahari harus dihindari untuk mencegah kemungkinan luka bakar dan trauma kulit selanjutnya.




























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
Pengkajian yang akan dilakukan lebih berfokus pada keadaan kulit pasien antara lain: mengkaji keadaan umum kulit meliputi warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit, lesi, vaskularitas, mobilitas dan kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit dinilai dengan palpasi. Pengkajian sirkulasi pada kulit sangat penting  diperhatikan dengan tujuan untuk memperoleh data apakah telah terjadi komplikasi akibat pemasangan graft dan untuk memantau kelangsungan hidup graft pada daerah resipien. Bila graft berwarna merah muda, hal ini menunjukkan terjadinya proses vaskularisasi. Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan terjadinya hipoksia seluler atau sel kekurangan oksigen dan mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku,  bibir serta membran mukosa.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2.    Gangguan integritas jaringan kulit dan jaringan berhubungan dengan adanya tindakan invasif, bedah perbaikan.
3.    Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer, trauma jaringan, tindakan invasif.
4.    Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai skin graft.

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan         :
Klien melaporkan nyeri hilang, berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil:
a.    Ekspresi wajah rileks
b.    Skala nyeri 0 – 4
c.    Klien dapat beristirahat
d.   Klien tidak mengeluh kesakitan
Intervensi :
a.     Kaji lokasi dan karakteristik nyeri
b.    Lakukan tindakan manajemen nyeri relaksasi dan distraksi
c.     Beri aktifitas yang tepat untuk klien
d.    Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
e.     Berikan posisi senyaman mungkin
f.     Berikan analgetika (kolaborasi medik)
2.         Gangguan integritas jaringan kulit dan jaringan berhubungan dengan adanya tindakan invasif, bedah perbaikan.
Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit dan jaringan yang lebih parah.
Kriteria hasil :
a.       Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang
b.      Pasien menunjukkan perilaku/ teknik untuk mencegah kerusakan kulit/ memudahkan penyembuhan kulit.
c.       Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi
a.           Kaji integritas kulit pasien.
b.           Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
c.           Ubah posisi dengan sering.
d.          Tempatkan balutan pada area fraktur.
e.           Kaji posisi pada alat traksi.
f.            Observasi untuk potensial area yang tertekan.
g.           Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
h.          Lakukan perawatan luka.
3.         Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer, trauma jaringan, tindakan invasif.
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
a.      Luka sembuh sesuai waktu.
b.      Bebas drainase purulen.
c.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi:
a.        Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
b.        Monitor tanda-tanda vital.
c.        Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril.
d.       Kolaborasi pemberian antibiotik..
e.        Kolaborasi pengecekan darah rutin.
4.         Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai skin graft.
Intervensi:
a.       Kaji tingkat ansietas pasien
b.      Observasi tanda-tanda vital
c.       Kaji orang terdekat dengan pasien
d.      Beri kesempatan pasien untk mengungkapkan perasaannya.
e.       Dengarkan keluhan pasien
f.       Berikan penjelasan tentang hal-hal yang ingin diketahui tentang pasien.







BAB IV
PENUTUP

Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang, sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta hepar.

Berdasarkan sumber dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang yang sama/jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri.
2.      Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti atau jaringan yang diperoleh dari donor dengan spesies yang sama.
3.      Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua spesies yang berbeda atau jaringan dari spesies yang lain.
Skin graft dilakukan pada pasien  yang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh.






DAFTAR PUSTAKA

Efendy, Christantie. 1999Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC.
 skingraft
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Madikal Bedah. Jakarta : EGC.

Sabiston, David C.1999Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Sjamsujirat,R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar