PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bedah tandur alih kulit/cangkok kulit
(transplantasi kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit akibat luka
bakar atau kecelakaan. Istilah bedah rekonstruksi untuk pada masyarakat umum
sering salah diartikan atau salah ditafsirkan dengan bedah estetik atau bedah
kosmetik, yang sebenarnya merupakan tindakan bedah yang bertujuan merubah
sesuatu yang pada hakekatnya normal namun ingin merubahnya menjadi sesuatu yang
diinginkan. Contoh bedah estetik antara lain yaitu isap-lemak (liposuction) dan
pembedahan mengencangkan kulit.
Tandur alih/cangkok
kulit umumnya merupakan auto-transplantasi dimana kulit yang digunakan berasal
dari individu yang sama. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
keberhasilan tindakan bedah yang dilakukan untuk mengurangi seminimal mengkin
reaksi penolakan yang dapat timbul. Metode baku yang digunakan dalam cangkok
kulit, yaitu split cangkok kulit, transposisi, flap bertangkai, dan cangkok
jaringan bebas.
Split cangkok kulit
(skin grafting) merupakan cangkok lapisan epidermis kulit yang dapat
dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana
saja dari tubuhnya, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung,
atau perut. Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang
bila direnggang akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali hingga
6-9 kali luas semula. Teknik cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya
digunakan pada luka bakar yang luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka
diperlukan beberapa persyaratan antara lain, pendarahan pada daerah resipien
(daerah yang pendapat kulit cangkokan) harus baik, tidak adanya infeksi, dan
keadaan umum penderita.
B. TUJUAN
1. Medeskripsikan konsep dasar tentang
transplantasi kulit.
2. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang
muncul pada asuhan keperawatan klien transplantasi kulit.
3. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang
dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan transplantasi kulit
4. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang telah
dilakukan pada asuhan keperawatan klien dengan transplantasi kulit
5. Mendeskripsikan evaluasi dari
tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada asuhan keperawatan klien
dengan transplantasi
kulit.
BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan,
misalnya kulit, tulang, sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti
ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta hepar.
Skin graft adalah menanam kulit dengan
ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau
dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian
dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut
daerah resipien).
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit
baru yang sehat pada daerah luka.
Diantara donor dan resipien tidak mempunyai
hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah baru untuk
menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut.
B. KLASIFIKASI
Secara umum, dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Cangkok Kulit
a. Cangkok kulit lepas (skin grafting)
Cangkok kulit lepas merupakan pemindahan kulit secara bebas.
Pada cangkok sebagian tebal kulit, makin tipis cangkokannya, makin besar
kemungkinan berhasilannya cangkok; namun, makin banyak terjadi pengerutan dan
perubahan warna kulit. Sebaliknya, makin tebal cangkoknya, makin kecil
keberhasilan transplatansi, tetapi makin sedikit pengerutan dan perubahan
warna. Cangkok sebagian tebal kulit dapat diambil dari bagian mana saja dari
tubuh, tetapi lazimnya diambil dari daerah paha, pantat, punggung atau perut.
Pengambilan sebagian kulit dari daerah donor dapat dilakukan
dengan dermatom, tetapi dapat juga dengan pisau lebar yang tipis. Cangkok
seluruh tebal kulit adalah cangkok yang terdiri atas lapisan epidermis dan
dermis. Dengan alat dermatom, ketebalan kulit yang akan diambil dapat diatur.
Vaskularisasi yang baik di daerah resipien, tidak adanya infeksi, dan keadaan
umum penderita yang memadai dan fiksasi merupakan syarat keberhasilan
transplantasi.
Pencangkokan seluruh tebal kulit terdiri atas kulit tanpa
lapisan lemak dibawahnya. Daerah-daerah retroaurikuler, supraklavikuler, bagian
medial lengan atas, dan lipat paha merupakan daerah donor yang sering
digunakan. Cangkok diambil setelah digambar terlebih dahulu suatu pola yang
sesuai dengan defek yang akan ditutup.
Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan
yang bila direnggang akan membentuk jala sehingga luasnya mencapai 1,5 kali
hingga 6-9 kali luas semula.
b. Flep
Flep adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak di
bawahnya yang diangkat dari tempat asalnya, tetapi tetap mempunyai hubungan
vaskularisasi dengan tempat asalnya. Flep yang dipindahkan akan membentuk
vaskularisasi baru di tempat rsipien. Flep bias berupa flep musculokutan,
fasiokutan, bahkan dapat pula flep yang mengandung tulang. Atas dasar
vaskularisasinya, dibedakan flep acak yang mengandalkan kapiler pembuluh darah
disekitarnya, dan flep bersumbu yang mengandung arteri nutrisi di dalamnya.
c. Cangkok jaringan lepas
Cangkok jaringan bebas atau flep lepas adalah bentuk flep pulau
yang diambil dan dilepaskan pada daerah donornya. Cangkok yang bertangkai
arteri dan vena ini dipasang pada tempat lain, kemudian pembuluh darah yang
berdiameter kecil ini disambung dengan pembuluh darah di daerah resipien secara
bedah mikro vaskuler. Teknik ini dapat dilakukan pada flep kulit atau flep
muskulokutan.
2. Implan
Untuk menunjang upaya bedah rekonstruksi dan bedah estetik, pada
keadaan tertentu diperlukan bahan sintetis. Bahan yang ditanam ke dalam tubuh
harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya tidak atau sedikit menimbulkan
reaksi tubuh, tidak magnetis, tidak menghantar listrik, dan tidak karsinogenik.
Bahan yang lazim dipakai adalah silicon, akrilik, dan logam
campuran seperti titanium. Contohnya, implant prosthesis payudara setelah
mastektomi atau sebagai augmentasi dan prosthesis testis setelah orkidektomi.
Berdasarkan sumber dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain
pada orang yang sama/jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri.
2. Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti atau
jaringan yang diperoleh dari donor dengan spesies yang sama.
3. Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan
antara dua spesies yang berbeda atau jaringan dari spesies yang lain.
Berdasarkan ketebalannya dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Split thickness skin graft (STSG)
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan
ketebalan kulit yang dipotong. STSG terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Tipis (0,005-0,012 inci)
b. Menengah (0,012-0,018 inci)
c. Tebal (0,018-0,030 inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai
tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas,
garis rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan
melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan
yang menetap pada luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan
patologi untuk menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.
Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang
disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara
total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu
dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat
mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya
ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan
dengan terapi radiasi. STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh
dengan sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak
lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang tidak
normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau kadang
hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap.
Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit,
tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang
tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan. Jika
digunakan pada luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan
menghasilkan penampilan yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada
daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri
daripada daerah resipien.
2. Full thickness skin graft (FTSG)
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila
flap(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak
diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih
menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna,
tekstur/susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga
mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini adalah sama
pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah pergerakan tulang sendi.
FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya.
Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan antara lain : relatif
sederhan, tidak terkontaminasi/bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang
baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.
C. INDIKASI
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami
kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu
sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena
trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan
graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada
di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran
luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh.
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang
luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada
disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat
tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara optimal.
D. LOKASI DONOR SKIN GRAFT
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada
penampilan yang diinginkan pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada
FTSG karena karakteristik kulit pada daerah donor akan lebih terpelihara oleh
bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi,
ada atau tidaknya rambut harus sangat diperhatikan. Daerah donor untuk FTSG
dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang selangka
(klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar
daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau
leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati
untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik. Bagian kulit yang
tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan dapat diambil
dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan
ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari
preposium (kulup), scrotum, dan labia minora.
Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari
daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak
lainnya. Namun, umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha.
Daerah donor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih
mudah sembuh. Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi
biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan bantuan
untuk merawat luka. Kulit kepala dapat digunakan pada prosedur FTSG untuk
melapisi daerah wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka bakar yang
hebat dengan ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk luka pada tangan,
daerah lengan atas bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah
donor.
E.
PROSES
PENYEMBUHAN
Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft
terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui
jaringan fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan
hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi.
b. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi
pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada
luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan
melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama
pada pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan
proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2-3 hari
hingga sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
c. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin
graft dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme,
sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6-7 setelah
operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi,
graft tidak akan mampu bertahan hidup.
d. Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan
tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan
terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk
melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang
digunakan sebagai graft.
e. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses
pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang
atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan
kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak
kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu
dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
f. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral.
Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan
sempurna hingga beberapa tahun.
g. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan
pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan
terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit
tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan
dianjurkan untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung
selama 6 bulan atau lebih.
F.
KOMPLIKASI
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial
komplikasi yang beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada
tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:
a. Kegagalan graft
Skin graft dapat mengalami kegagalan karena
sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang
kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien.
Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan
perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau
pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan
graft.
Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah
daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau
permukaan luka yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan
graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya enzim
proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan
perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan
kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang
terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat menyebabkan
graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.
b. Reaksi penolakan terhadap skin graft
c. Infeksi pada daerah donor atau daerah
resipien.
d. Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
e. Munculnya jaringan parut
f. Hiperpigmentasi
g. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses
perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi
jaringan atau organ. Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri.
Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan melepaskan
histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang tergolong stimuli
kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke batang otak
untuk merespon rasa nyeri.
h. Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati.
Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini
terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru. Hematom
juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft.
i. Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah
graft
G. PENATALAKSANAAN
Graft
atau cangkokan diperoleh dengan berbagai instrumen : pisau tipis seperti silet,
pisau graf kulit, dermatom bertenaga-listrik atau-udara. Cangkokan kulit
diambil dari lokasi “donor” atau “host” dan dipasangkan pada lokasi yang
dikehndaki yang disebut lokasi “resipien” atau “graf bed”. Agar cangkokan kulit
dapat hidup dan efektif, beberapa persyaratan harus dipenuhi :
1. Lokasi
resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat sehingga fungsi fisiologi
yang normal dapat berlangsung kembali.
2. Cangkokan
harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien (untuk menghindari
penumpukan darah atau cairan)
3. Cangkokan
harus terfiksasi kuat (terimobilisasi) sehingga posisinya dipertahankan pada
lokasi resipien.
4. Daerah
pencangkokan harus bebas dari infeksi.
Dalam
pemasangan pada lokasi resipien, cangkokan kulit atau graf dapat dijahitkan
atau tidak ada lokasi tersebut. Cangkokan ini bisa dipotong dan dibentangkan
seperti jala agar menutupi suatu daerah yang lebar. Proses revaskularisasi
(pembentukan kembali pasokan darah) dan pelekatan kembali cangkokan kulit pada
dasar lokasi resipien dinamakan “take”.
Setelah
cangkokan kulit terpasang pada tempatnya, cangkokan ini dapat dibiarkan terbuka
(pada daerah yang tidak mungkin dimobilisasi) atau di tutupdengan
kasa pembalut tipis atau pembalut tekan menurut daerahnya.
Pendidikan
Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : pasien diminta untuk menjaga agar
daerah tempat pencangkokan sedapat mungkin dimobilisasi. Untuk cangkokan muka,
aktivitas yang menggunakan tenaga berlebihan harus dihindari. Cangkokan pada
tangan atau lengan dapat di mobilisasi dengan bidai. Kalau cangkokan dipasang
pada ekstremitas bawah, bagian tersebut harus ditinggikan karena jalinan
kapiler yang baru bersifat rapuh. Jika ambulasi memungkinkan, pasien dapat
mengenakanstokis elastik untuk mengimbangi tekanan vena.
Kalau
cangkokan tampak berwarna merah muda, keadaan ini menunjukkan terjadinya
vaskularisasi. Setelah 2 hingga 3 minggu kemudiann dilakukan pengurutan
(masase), untuk melembabkan cangkokan dan menstimulasi sirkulasi darah.
Pemakaian bantal pemanas atau pajatan matahari harus dihindari untuk mencegah
kemungkinan luka bakar dan trauma kulit selanjutnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang akan dilakukan lebih berfokus pada keadaan kulit
pasien antara lain: mengkaji keadaan umum kulit meliputi warna, suhu,
kelembaban, kekeringan, tekstur kulit, lesi, vaskularitas, mobilitas dan
kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan
elastisitas kulit dinilai dengan palpasi. Pengkajian sirkulasi pada kulit
sangat penting diperhatikan dengan tujuan untuk memperoleh data
apakah telah terjadi komplikasi akibat pemasangan graft dan untuk memantau
kelangsungan hidup graft pada daerah resipien. Bila graft berwarna merah muda,
hal ini menunjukkan terjadinya proses vaskularisasi. Warna kebiruan pada
sianosis menunjukkan terjadinya hipoksia seluler atau sel kekurangan oksigen
dan mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku, bibir serta membran
mukosa.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2. Gangguan integritas jaringan kulit dan jaringan berhubungan
dengan adanya tindakan invasif, bedah perbaikan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer, trauma jaringan, tindakan invasif.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai skin
graft.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan :
Klien melaporkan nyeri
hilang, berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil:
a. Ekspresi wajah rileks
b. Skala nyeri 0 – 4
c. Klien dapat beristirahat
d. Klien tidak mengeluh kesakitan
Intervensi :
a. Kaji lokasi dan karakteristik nyeri
b. Lakukan tindakan manajemen nyeri relaksasi dan
distraksi
c. Beri aktifitas yang tepat untuk klien
d. Berikan
lingkungan yang aman dan nyaman
e. Berikan
posisi senyaman mungkin
f. Berikan
analgetika (kolaborasi medik)
2. Gangguan integritas jaringan kulit dan
jaringan berhubungan dengan adanya tindakan invasif, bedah perbaikan.
Tujuan:
Tidak terjadi
kerusakan integritas kulit dan jaringan yang lebih parah.
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang
b. Pasien menunjukkan perilaku/ teknik untuk
mencegah kerusakan kulit/ memudahkan penyembuhan kulit.
c. Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi
a.
Kaji integritas kulit
pasien.
b.
Kaji kulit untuk luka
terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
c.
Ubah posisi dengan
sering.
d.
Tempatkan balutan pada area fraktur.
e.
Kaji posisi pada alat traksi.
f.
Observasi untuk
potensial area yang tertekan.
g.
Kaji jumlah dan
karakteristik cairan luka.
h.
Lakukan perawatan
luka.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan primer, trauma jaringan, tindakan invasif.
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
a. Luka
sembuh sesuai waktu.
b. Bebas
drainase purulen.
c. Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi:
a. Kaji
adanya tanda-tanda infeksi.
b. Monitor
tanda-tanda vital.
c. Lakukan
perawatan luka dengan prinsip steril.
d. Kolaborasi
pemberian antibiotik..
e. Kolaborasi
pengecekan darah rutin.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai skin graft.
Intervensi:
a. Kaji tingkat ansietas pasien
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Kaji orang terdekat dengan pasien
d. Beri kesempatan pasien untk mengungkapkan
perasaannya.
e. Dengarkan keluhan pasien
f. Berikan penjelasan tentang hal-hal yang ingin
diketahui tentang pasien.
BAB IV
PENUTUP
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan,
misalnya kulit, tulang, sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti
ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta hepar.
Berdasarkan sumber dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain
pada orang yang sama/jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri.
2. Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti atau
jaringan yang diperoleh dari donor dengan spesies yang sama.
3. Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan
antara dua spesies yang berbeda atau jaringan dari spesies yang lain.
Skin graft dilakukan pada
pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi
gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat,
ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan
kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi,
melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan.
Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada
beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang
ada pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Efendy, Christantie. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC.
skingraft
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar
Madikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Sabiston, David C.1999Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsujirat,R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar