BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pertanian
sebagai salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semakin hari
semakin berkembang.Seiring dengan kemajuan manusia dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, kemampuan manusia dalam teknik budidaya pun turut
mengikuti perubahan zaman. Semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman menjadi bahan pertimbangan dalam pencapaian target
produksi.
Dalam
pelaksanaannya di lapangan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dalam proses budidaya. Termasuk kedalamanya pengendalian Hama, Penyakit
dan Gulma.
Gulma
sebagai tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan di lahan pertanian karena
sifatnya yang dapat menurunkan produktivitas menjadi sesuatu hal yang perlu
ditangani dan dikendalikan.Tanaman gulma dapat menurunkan produktivitas tanaman
budidaya lewat kompetisi unsur hara dan sinar matahari.Pemberantasan gulma
dilaksanakan bila gulma itu benar – benar merugikan secara ekonomis. Salah satu
cara yang cukup efektif dalam mengendalikan gulma adalah dengan pengendalian
secara kimiawi.
Pengendalian gulma secara kimiawi aplikasinya relative mudah dan cepat sehingga dapat menghemat waktu. Namun dalam pelaksanaannya pengendalian secara kimiawi ini perlu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, terutama dampaknya terhadap lingkungan.
Pengendalian gulma secara kimiawi aplikasinya relative mudah dan cepat sehingga dapat menghemat waktu. Namun dalam pelaksanaannya pengendalian secara kimiawi ini perlu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, terutama dampaknya terhadap lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan gulma?
2.
Sejauh
mana gulma mengganggu produktivitas tanaman?
3.
Mengapa
pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan?
4.
Dampak
apa saja yang ditimbulkan akibat dari pengendalian gulma secara kimiawi?
5.
Bagaimana
cara meminimalisir dampak negative yang ditimbulkan pengendalian gulma secara
kimiawi?
C. Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Dasar-dasar Budidaya Tanaman serta memberikan informasi kepada pembaca tentang
pengendalian gulma secara kimiawi dan dampaknya terhadap lingkungan.
D. Manfaat
Manfaat
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
sejauh mana gulma menimbulkan kerugian dalam proses budidaya tanaman
2.
Memahami
pentingnya pengendalian gulma dalam budidaya
3.
Mengetahui
cara pengendalian gulma secara kimiawi
4.
Mengetahui
dampak yang ditimbulkan akibat pengendalian gulma secara kimiawi terhadap
lingkungan sehingga lebih bijak dalam penggunaan bahan kimiawi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gulma
Gulma
atau sering juga disebut ‘tumbuhan pengganggu’ selalu dikendalikan oleh petani
atau pekebun karena mengganggu kepentingan petani/pekebuntersebut. Gulma
mengganggu karena bersaing dengan tanaman utamaterhadap kebutuhan sumberdaya
(resources) yang sama yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai
akibat dari persaingan tersebut,produksi tanaman menjadi tidak optimal atau
dengan kata lain adakehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki tanaman.
Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangantersebut terbagi dua kategori, langsung dan tidak langsung. Gulma berpengaruh langsung terhadap tanaman utama dengan adanya kompetisiterhadap nutrient, air, dan cahaya. (Edison Purba, 2009)
Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangantersebut terbagi dua kategori, langsung dan tidak langsung. Gulma berpengaruh langsung terhadap tanaman utama dengan adanya kompetisiterhadap nutrient, air, dan cahaya. (Edison Purba, 2009)
Gulma
adalah tumbuhan yang keberadaannya dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan
bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia dalam mengelola usahataninya
(Kastono, 2004).
Gulma
yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju
pertumbuhan serta hasil akhir.Adanya gulma tersebut membahayakan bagi
kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi
pertanaman pada umumnya.Usaha manusia dalam mengatasi hal tersebut dapat berupa
pemberantasan atau pengendalian, tergantung pada keadaan tanaman, tujuam
bertanam, dan biaya.Budidaya pada tanaman dan pengelolaan masih merupakan usaha
yang cukup memadai dalam pertanian.Dengan ditemukannya herbisida, peristiwa
peracunan dan dosis dalam derajad pengendalian masih perlu dipertimbangkan,
demikan pula tentang selektivitas “mode of action” dan efek
residu.Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu benar-benar “jahat”,
tumbuh di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan dapat
membahayakan lingkungan.Dengan demikian tujuan pemberantasan gulma semata-mata
untuk membasmi tumbuhnya tumbuhan itu selengkapnya.
Adapun
pengendalian dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu disekitar
pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi pertumbuhan
pertanaman seluruhnya. Hanya pada saat-saat tertentu (saat periode kritis) saja
gulma tersebut harus diberantas.Dengan demikian tujuan pemberantasan dan
pengendalian gulma berbeda. Pengendalian gulma dilaksanakanpada saat tertentu,
yang bila tak diberantas pada saat itu akan benar-benar menurunkan hasil akhir
pertanaman. Pengendalian terhadap gulma yang berkembang luas dan sulit untuk
dibasmi secara menyeluruh, bila dikerjakan akan memakan biaya cukup mahal dan
hasil pertanaman secara ekonomis tidak memadai. Pengendalian gulma hendaknya
dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Bagaimana
gulma itu dibiakan, disebarkan, bagaimana bereaksi dengan perubahan lingkungan,
dan bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut, ataupun bagaiman
tanggapnya terhadap perlakuan zat kimia, serta panjang siklus hidupnya, seperti
annual, biennial, dan perennial. Namun panjang siklus hidup ini beragam dengan beda
iklim.
B. Penggolongan
Gulma
Berdasarkan
morfologinya gulma dapat dibedakan menjadi :
1.
Golongan
Rerumputan (Gulma Berdaun Sempit/ Grasses).
Golongan rerumputan mencakup jenis
gulma yang termasuk dalam famili gramineae. Selain merupakan komponen terbesar
dari seluruh populasi gulma, famili ini mempunyai daya adaptasi yang cukup
tinggi, distribusi amat luas dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun
tergenang. Contoh: Alang-alang, rumput pahit, jampang pahit, kakawatan,
gerinting, jejagoan, glagah, jejahean dan bebontengan.
2.
Golongan
Teki (Sedges).
Golongan teki meliputi semua jenis
gulma yang termasuk kedalam famili Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000
spesies, lebih menyukai air kecuali Cyperus rotundus L. Contoh: rumput teki,
walingi, rumput sendayan, jekeng, rumput 3 segi, dan rumput knop.
3.
Golongan
Berdaun Lebar (Broadleaf Weeds).
Golongan gulma berdaun lebar
meliputi semua jenis gulma selain famili gramineae dan Cyperaceae. Golongan
gulma berdaun lebar biasanya terdiri dari famili paku-pakuan (pteridophyta) dan
dicotyledoneae. Contoh: Bayam duri, kremek, jengger ayam, kayu apu, wedusan,
sembung dan meniran.
C. Cara
Pengendalian Gulma
1.
Mekanik
Pengendalian
gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik, baik
dengan tangan biasa, alat sederhana maupun alat berat.
Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan.Cara semacam ini sangat praktis, efisien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas.Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial.Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini mengakibatakan \terpotong dan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru dapat tumbuh.Pencabutan bagi jenis gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pada taman, cara pencabutan akan berhasil akan baik bila diberi air sampai basah benar, sehingga memudahkan pencabutan. Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pemebentukan biji.
Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan.Cara semacam ini sangat praktis, efisien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas.Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial.Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini mengakibatakan \terpotong dan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru dapat tumbuh.Pencabutan bagi jenis gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pada taman, cara pencabutan akan berhasil akan baik bila diberi air sampai basah benar, sehingga memudahkan pencabutan. Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pemebentukan biji.
a.
Bajak
tangan
Alat semacam ini dinamakan most
satisfactorily meets the weeds. Alat ini sangat berguna sebagai alat tambahan
pengolah tanah dalam penyiangan di segala jenis barisan pertanaman.Jenis gulma
perennial yang persisten dapat pula diberantas dengan alat ini.Dalam 3 sampai 4
bulan pertama pembajakan dengan interval 10 harian dianjurkan
pelaksanaannya.Alat ini juga sangat praktis dilaksanakan pada tempat yang tak
dapat dijangkau dengan alat berat maupun herbisida.
b.
Pengolahan
tanah
Suatu usaha yang cukup praktis pada
pengendalian gulma annual, biennial, perennial, ialah cara pengolahan tanah.
Dalam pengendalian gulma annual cukup dibajak dangkal saja. Dengan cara ini
gulma tersebut hanya dirusakkan bagian yang ada di bagian atas permukaan tanah.
Sedang untuk tipe biennal bagian yang dirusak adalah bagian atas dan
mahkotanya, dan bagi perennial kedua bagian di bawah dan di atas tanah
dirusakkan.Kebanyakan gulma annual dapat dikendalikan hanya dengan sekali
pemberoan.Bila tanah banyak mengandung biji gulma yang viabel, maka perlu
diikuti tahun kedua dengan pertanaman barisan dan pengolahan yang bersih untuk
mencegah pembentukan biji.Sedangkan untuk gulma perennial, pemberoan semusim
belum cukup.Sebaiknya perlakuan digabung dengan pengunaan herbisida dan
pengolahan yang bersih. Metode ini cukup memadai dan beragam dengan spesies
gulma, usia infestasi dan sifat tanah, kesuburan serta kedalaman air tanah.
Gulma perennial yang berakar dangkal sekali pembajakan cukup dapat mereduser,
dengan “membawa” akar ke atas dan dikeringkan. Pembajakan di atas akan
menekan pemebentukan dan tunas baru. Untuk gulma perennial berakar dalam
pembajakan berulangkali dan pada interval teratur akan menguarangi
perkembangannya. Perlakuan ini akan menguras cadangan pangan dalam akar dengan
berulangkali merusak bagian atas. Pada tanah ringan dan kurang subur perlakuan
tersebut sangat berhasil.Dari pengolahan tanah dapat disimpukan bahwa
penimbunan titik tumbuh gulma dan mengganggu sistem perakaran dengan pemotongan
akar dapat membuat gulma mati, karena potongan-potongan akar dapat mengering
sebelum pulih kembali.
c.
Penggenangan
Pelaksanaan penggenangan pada
umumnya berhasil untuk gulma perennial.Penggenangan dibatasi dengan pematang,
dengan tinggi kurang lebih 15-25 cm selama 3-8 minggu.Sebelumnya dibajak
dilakukan perendaman hingga semua bagian gulma terendam. Gulma “ganas” yang
perennial dan tumbuh dengan padi sawah pada umumnya diberantas dengan cara ini
dan sangat berhasil pada tanah ringan, sedang pada tanah keras dianjurkan.
d.
Panas
Suhu tinggi menyebabkan panas.Panas
dapat mengkoagulasikan protopalsma dan mengurangi enzim. Titik mati menyebabkan
sel tanaman karena panas terletak antara 45◦-55◦ C. Api atau uap panas
sehubungan dengan pengendalian gulma mempunyai tujuan untuk: menghancurkan
bagian atas gulma yang telah tua atau terpotong oleh alat lain (api), pada
tempat berbatu atau jalan kereta api, uap panas dan hembusan api dapat
dikerjakan lebih praktis, pada barisan tanaman kapas biji gulma yang berkecambah
dapat dibasmi oleh hembusan api, yang dikerjakan berulang kali sejak batang
tanaman bergaris tengah kurang lebih 0,5 cm, panas sering untuk membasmi biji
yang terpendam (gulma perennial).
Pembakaran lebih sering diaplikasikan untuk menghilangkan sampah bekas tanaman daripada sebagai cara pengendalian. Hanya sebagian kecil biji gulma dapat selamat, apabila masuk dalam celah-celah tanah, ikut “drift” dari angin atau aliran air. Di lain pihak, api dapat memacu perkecambahan biji gulma tertentu yang tertimbun tanah sangat dangkal. Meskipun pembakaran gulma tua tidak begitu memadai, namun dapat membantu dalam hal: menghindari bahaya kebakaran, membersihkan aliran air, membunuh hama dan penyakit yang bersarang pada gulma dari sisa bajakan atau potongan, dan menghilangkan sampah itu sendiri.
Pembakaran lebih sering diaplikasikan untuk menghilangkan sampah bekas tanaman daripada sebagai cara pengendalian. Hanya sebagian kecil biji gulma dapat selamat, apabila masuk dalam celah-celah tanah, ikut “drift” dari angin atau aliran air. Di lain pihak, api dapat memacu perkecambahan biji gulma tertentu yang tertimbun tanah sangat dangkal. Meskipun pembakaran gulma tua tidak begitu memadai, namun dapat membantu dalam hal: menghindari bahaya kebakaran, membersihkan aliran air, membunuh hama dan penyakit yang bersarang pada gulma dari sisa bajakan atau potongan, dan menghilangkan sampah itu sendiri.
e.
Pemberian
mulsa
Fungsi pemberian mulsa ini adalah
untuk menghalangi sampainya cahaya matahari pada gulma dan menghalangi
pertumbuhan bagian atas, dengan ditutupkannya mulsa diatas permukaan tanah maka
pertumbuhan gulma akan terhambat. Gulma perennial menghendaki selapis tebal
jerami, namun gulma yang mempunyai pertumbuhan vegetatif indertiminite kurang
sesuai dengan perlakuan ini.Tetapi perlakuan mulsa dengan jerami, dan
lain-lain, hanya dipergunakan dalam ukuran kecil saja.
2.
Metode
Pola Tanam Atau Persaingan
Menerapkan pola tanamakan
meningkatkan kemampuan crop (pertanaman). Masing-masing crop berasosiasi dengan
sejenis gulma tertentu dengan khas.Menanam crop seperti ini terus menerus
(beruntun) dapat mengakibatkan akumulasi gulma, oleh karena itu, perencanaan
pergiliran tanaman tidak boleh mengabaikan faktor gulma.Pergiliran tanaman
memberi kemungkinan segolongan gulma tidak mempunyai kesempatan mengganggu
perkembangan pertanaman berikutnya.Pesaing kuat bagi suatu pertanaman memberi
banyak keuntungan.Misalnya, pertanaman itu cepat tumbuh, berkanopi lebat
sehingga cepat memberikan naungan pada daerah di bawahnya, dan cepat masak
untuk dipanen, karena persaingan yang diperebutkan adalah cahaya, air, dan
nutrisi, maupun ruangan.
3.
Pengendalian
Gulma Secara Biologis
Telah diketahui bahwa insekta dan
jamur merupakan hama dan penyakit bagi pertanaman. Di lain pihak ada insekta
yang memakan gulma, maka masalahnya lain. Insekta tersebut jadinya dapat
memberantas gulma. Sebagai contoh klasik ialah setelah diperkenalkannya sejenis
penggerek Argentine (Cactoblastis cactorum)di Queensland, maka kaktus (Opuntia)
yang menghuni lahan seluas kurang lebih 25 juta ha selama 12 tahun dapat
ditekan sampai 95%. Demikian pula pengenalan insekta pemakan daun (Chryssalnia
spp.) di California dapat menekan sejenis gulma.Namun perlu diingat bahwa
penggunaan musuh gulma tersebut harus hati-hati, jangan sampai setelah gulma
dimangsa, tanaman pun dapat pula diganggu.Tidak lazim, ada pula, sejumlah hewan
ternak yang memakan rerumputan secara teratur dapat menekan sejenis gulma.
4.
Pengendalian
Gulma Secara Kultur Preventif (Pencegahan)
Pencegahan lebih baik daripada
perawatan, karena itu harus menjaga benih yang akan ditanamkan sebersih mungkin
dan bebas dari kontaminasi dengan biji gulma, juga pembuatan kompos harus
sempurna, pengunaan alat pertanian harus bersih, serta “menyaring” air
pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman, ataupun lebih
luasnya tidak membawa biji gulma masuk ke tempat penampang air pengairan.
5.
Pengendalian
Gulma Secara Kultur Teknis
Membiarkan tumbuhan tinggal pada
suatu lahan dapat mengakibatkan tanah “terpegang” oleh perakaran dan jatuhnya
air hujat tertahan oleh kanopi, akibatnya erosi dapat dikurangi.Namun demikian
pada suatu lahan yang ditumbuhi sejenis atau beberapa jenis gulma, bila lahan
tersebut hendak ditanami dengan crop, perlu diadakan pengiolahan lahan terlebuh
dahulu.Pengolahan tanah yang cukup dalam dan berulangkali dapat menghancurkan
tumbuhnya kebanyakan gulma meskipun tindakan semacam ini memerlukan tambahan
tenaga.Saat pengolahan tanah yang tepat perlu dipertimbangkan, yaitu sebelum
pembentukan tunas, jangan sampai gulma berbunga apalagi membentuk biji.
Demikian pula, jenis alat pengolah akan memberi pengaruh pada “bersihnya”
pengolahan tanah dari gulma. Alat pengolah yang sederhana sampai sempurna akan
memberi beda pada timbulnya gulma selanjutnya. Alat sederhana menggunakan
tenaga manusia atau hewan, sedang yang sempurna boleh disebutkan alat berat
yang menggunakan mesin.
6.
Pengendalian
Gulma Secara Ekologis
Memodifikasikan lingkungan yang
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menmenjadi baik dan pertumbuhan tanaman
menjadi baik dan pertumbuhan gulma menjadi buruk adalah cara lain dalam
pengendalian gulma. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi dalam tanah
saat tertentu (pada saat ada atau tiada tanaman yang tumbuh pada suatu lahan),
dengan cara pemberoan setelah suatu tanaman dipanen, ataupun pemberoan yagn
diberi genangan. Di lain pihak membuat drainase bagi tanah berair dapat
membantu pengendalian gulma dan pengolahan lebih awal dapat dilaksanakan.
7.
Pengendalian
Gulma Secara Terpadu
Akibat parahnya penekanan gulma pada
pertumbuhan membuat para petani berusaha dengan sunguh-sunguh dalam menanganinya.
Suatu pengendalian gulma yagn efektif melibatkan beberapa cara dalam waktu yang
berurutan dalam suatu musim tanam. Misalnya saja, satu jenis spesies pertanaman
kurang mampu menekan pertumbuhan gulma, pengendalian secara mekanik sendiri
tidak sempurna dalam mengatasi gulma tertentu. Maka timbul pemikiran bahwa
paduan antara beberapa cara pengendalian dalam satu musim tanam diharapkan
dapat mengatasi masalahnya. Seperti perpaduan antara pengendalian secara
mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan
herbisida pra-tumbuh dan lain lagi perpaduan yang sekiranya dapat menekan
infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi. Penentuan keputusan pelaksanaan
pengendalian secara terpadu sangat penting dalam keberhasilannya. Apakah perpaduan
cara pengendalian itu menguntungkan atau tidak. Kombinasi dalam perpaduan yang
tepat akan memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian gulma.
8.
Pengendalian
Gulma Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi
adalah cara pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang
bersifat racun. Bahan kimia tersebut disebut dengan istilah herbisida.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kerugian
yang Ditimbulkan Gulma
Gulma
merupakan tanaman liar yang bersifat mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya
baik langsung maupun tidak langsung. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan gulma
antara lain :
1.
Menimbulkan
persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi dari
tanaman yang dibudidayakan.Hal tersebut terjadi karena adanya persaingan dalam
pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, serta cahaya matahari untuk
proses fotosintesis.
2.
Pengotoran
kualitas produksi pertanian, ini terjadi terutama bagi para produsen penyedia
benih. Kadang kala biji-biji gulma menyebabkan kontaminasi pada benih sehingga
kemurniannya tidak 100%
3.
Sebagian
gulma bersifat Allelopathy,yaitu mengeluarkan senyawa kimiawi oleh gulma
yang beracun bagi tanaman disekitarnya, sehingga merusak pertumbuhan tanaman
yang dipelihara.
4.
Memberikan
gangguan terhadap kelancaran pekerjaan para petani, biasanya ini ditimbulkan
oleh gulma yang pada batangnya terdapat duri-duri seperti tumbuhnya gulma
Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan. Gulma
tersebut sangat dapat mengganggu kelancaran pekerjaan karena petani harus
hati-hati dalam melakukan pemeliharaan agar tidak terkena duri dari gulma
tersebut.
5.
Berperan
sebagai vector atau sumber hama dan penyakit pada tanaman, misalnya Lersia
hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6.
Dapat
menyebabkan alergi manusia, terutama gulma yang banyak mengeluarkan serbuk/
tepung sari pada saat bunganya mekar.
7.
Menambah
ongkos-ongkos/ biaya dalam usaha pertanian, karena dengan keberadaan gulma
dapat menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan
selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi, dsb.
8.
Gulma
air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar
luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena
penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8
kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air
dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke
permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas
air.
Dilihat
dari kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dikatakan sebagai musuh petani dalam
hal budidaya tanaman, karena gulma dapat menurunkan produktivitas tanaman secara
drastis. Selain itu juga menambah biaya operasional usaha tani sehingga dapat
mengurangi presentasi profit yang didapatkan petani.
B. Pengendalian
Gulma Secara Kimiawi
Gulma
memang cukup sulit untuk dikendalikan. Karena kebanyakan dari gulma memiliki
kemampuan berkembang biak dengan cepat. Secara generative banyak gulma yang
bijinya memiliki masa dormansi yang sangat panjang, yaitu bisa mencapai 30
tahun. Begitu pun dengan perkembangbiakannya secara generative, seperti terjadi
pada Cyperus rotundus yang apabila akarnya terpotong dan akar yang terpotong
tersebut memiliki mata tunas maka jumlahnya akan semakin banyak dan tak
terkendali.
Apabila
pengendalian gulma dilakukan secara mekanis sudah pasti tentunya banyak membutuhkan
waktu dan tenaga sehingga biaya usaha tani dapat bertambah. Pengorbanan ekonomi
yang besar tentu tidak diharapkan oleh setiap petani. Salah satu solusi untuk
menangani permasalahan pengendalian gulma tersebut, pengendalian secara
kimiawi-lah salah satu cara yang paling mudah dan cepat dalam
pengaplikasiannya.
Pengendalian
gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan pemberian zat-zat kimia
tertentu pada gulma yang dimana zat-zat tersebut bersifat racun/toxin yang data
merusak jaringan tanaman/gulma. Bahan kimiawi yang digunakan untuk
mengendalikan gulma sering disebut dengan istilah herbisida. Herbisida berasal
dari kata herba (gulma) dan sida (membunuh), jadi dapat disimpulkan bahwa
herbisida tersebut adalah bahan kimia yang diberikan dengan tujuan untuk
membunuh gulma atau herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada
lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma.
C. Penggolongan
Herbisida
Herbisida
berdasarkan cara kerjanya digolongkan menjadi 2, yaitu :
1.
Herbisida
Kontak
Herbisida
kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian
gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna
hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan
untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki
sistem perakaran tidak meluas.
Di
dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang
ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem.
Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat
terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.
Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan
aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian
aktifnya yang lebih baik.
Herbisida
kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida
yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida
kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian
tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan
bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat
cepat.
Herbisida
ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian
yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi
gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari
kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian
dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak
berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Ada
jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk, waktu penggunaan, dan jenis
tanaman yang baik untuk dikendalikan gulmanya yaitu salah satunya adalah
herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, berbentuk larutan dalam air
berwarna hijau tua, untuk mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit (TM)
dan jagung (TOT). Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a.
Gramoxon
b.
Herbatop
c.
Paracol
2.
Herbisida
Sistemik
Herbisida
sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh
atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya.
Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman
pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan
tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi
jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan
jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Keistimewaan
dari herbisida sistemik ini yaitu dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam
tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir
sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran.
Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga
rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik
ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi.
Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk
sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma
memerlukan sedikit pelarut.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
a.
Keadaan
gulma dalam masa tumbuh aktif
b.
Cuaca
yang cerah serta tidak berangin pada saat penyemprotan.
c.
Tidak
melakukan penyemprotan pada saat menjelang hujan
d.
Areal
yang akan disemprot dikeringkan terlebih dahulu.
e.
Gunakan
air bersih sebagai bahan pelarut.
Ada
beberapa jenis herbisida sistemik berdasarkan waktu penggunaannya, bentuknya,
dan baik digunakan buat tanaman yaitu:
a.
Herbisida
sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna hijau, untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit pada pertanaman
kelapa sawit(TBM).
b.
Herbisida
sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna merah, untuk
mengendalikan gulma pada tanaman jagung (TOT) dan kakao (TBM).
c.
Herbisida
sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna coklat tua untuk
mngendalikan gulma berdaun lebar pada tanaman karet (TM) dan tanaman padi.
Contoh
herbisida sistemik adalah Glifosat, Sulfosat, Polaris, Round up, Touch Down,
dll.
Selain
dari cara kerjanya herbisida juga digolongkan berdasarkan toksisitasnya.
Tingkat toksisitas pada herbisida ada 2 yaitu tingkat toksisitas akut dan
toksisitas kronik. Herbisida pada golongan toksisitas akut dapat dideskripsikan
sebagai suatu zat yang masuk secara intensif kedalam jaringan tubuh gulma,
apabila tidak langsung mati, kadangkala gulma hanya menderita sejenak.
Sedangkan pada golongan herbisida toksisitas kronik masuk kedalam jaringan
tubuh gulma dalam waktu yang relative lebih lama sehingga cara kerjanya
cenderung lambat.
D. Dampak
Penggunaan Herbisida Terhadap Lingkungan
Herbisida
sudah mulai digunakan di seluruh dunia sejak tahun 1960-an. Penggunaan
herbisida sejauh ini memberikan dampak positif berupa pengendalian gulma dan
peningkatan produksi pertanian dan perkebunan. Namun tanpa disadari penggunaan
herbisida secara terus menerus selama 30 tahun terakhir ini berakibat negatif
bagi lingkungan. Terjadinya keracunan pada organisme nontarget, polusi
sumber-sumber air dan kerusakan tanah, juga keracunan akibat residu herbisida
pada produk pertanian dan akan berpengaruh terhadap manusia dan makhluk lainnya
dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar, kasus-kasus tersebut merupakan
dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan herbisida sebagai upaya
pengendalian gulma secara kimiawi.
Penggunaan
herbisida pada dasarnya untuk mengendalikan gulma yang tumbuh dipermukaan
tanah, akan tetapi dalam aplikasinya dapat mengalami beberapa proses salah
satunya terabsorpsi oleh partikel tanah. Hal ini menyebabkan herbisida tersebut
tidak optimal dalam mengendalikan gulma, jika herbisida paraquat tersebut
terakumulasi dalam tanah dalam jumlah yang besar dapat mencemari lingkungan.
Absorpsi
herbisida di dalam tanah di pengaruhi oleh sifat tanah seperti jenis tanah,
kandungan bahan organic, suhu, kelembaban, pH tanah serta macam kandungan
mineral liat tanah. Keberadaan herbisida di dalam tanah dapat di deteksi dengan
menggunakan metode Batch. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi herbisida paraquat yang diberikan, absorpsi herbisida pada tanah
Dystrudept, Dystrandept dan Psamment juga semakin meningkat dan adsorpsi
herbisida paraquat cendrung meningkat seiring dengan menurunnya pH tanah.
Aplikasi herbisida pada suatu tanah bila melebihi kemampuan adsorpsi maksimum
dapat mencemari lingkungan.
E. Penanggulangan
Pencemaran Akibat Pengendalian Gulma Secara Kimiawi
Pencemaran
dari residu zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma sangat
membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan, sehingga perlu adanya pengendalian
dan pembatasan dari penggunaan bahan kimia tersebut serta mengurangi pencemaran
yang diakibatkan oleh residu herbisida. Kebijakan global pembatasan penggunaan
herbisida sebagai cara bahan yang digunakan untuk pengendalian gulma yang
mengarah pada pemasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu
pembatasan penggunaan herbisida kimiawi untuk penanganan produk-produk
pertanian. Dalam hal ini berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak
negatif herbisida dan mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi.
Peraturan
dan cara-cara penggunaan herbisida dan pengarahan kepada para pengguna perlu
dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak mengetahui bahaya dan
dampak negatif herbisida terutama bila digunakan pada konsentrasi yang tinggi,
waktu penggunaan dan jenis herbisida yang digunakan. Kesalahan dalam pemakaian
dan penggunaan herbisida akan menyebabkan pembuangan residu herbisida yang
tinggi pada lingkungan pertanian sehingga akan menganggu keseimbangan
lingkungan dan mungkin organisme yang akan dikendalikan menjadi resisten dan
bertambah jumlah populasinya. Untuk melindungi keselamatan manusia dan
sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya
pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan
pestisida(insektisida, fumisida, herbisida, dll) diatur dengan Peraturan
PemerintahNo. 7 Tahun 1973.
Disamping
itu dengan sernakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kelestarian lingkungan, maka semakin rneningkat pula tuntutan masyarakat akan
proses usaha tani yang ramah lingkungan dan produk pertanian yang lebih aman.
Salah satu alternatif usaha pemberantasan gulma pertanian dan perkebunan adalah
menggunakan bioherbisida. Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan
aktifnya dapat berupa hasil metabolisme jasad renik atau jasad renik itu
sendiri. Serangga yang merupakan musuh alami dari tumbuhan pengganggu dapat
juga dikategorikan sebagai bioherbisida. Bioherbisida belum banyak digunakan
dalam usaha pertanian maupun perkebunan, tetapi sudah banyak penelitian yang
dilakukan mengenai prospek penggunaan bioherbisida.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
Penyusun mengetahui hakikat gulma dan pengendaliannya secara kimiawi dapat
disimpulkan bahwa pengendalian gulma secara kimiawi walaupun memberikan banyak
keuntungan dan kemudahan tetapi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah sejauh mana kita sebagai pelaku
pertanian mampu untuk mengontrol penggunaan zat kimia untuk mengendalikan gulma
secara bijak dan tepat sasaran.
Permasalahan
yang paling dikhawatirkan dalam pengendalian gulma secara kimiawi adalah
terjadinya mutasi pada organisme sasaran sehingga menjadi lebih resistan
terhadap zat kimia tertentu. Ini tentunya menjadikan pengendalian gulma akan
menjadi lebih sulit, selain itu pengaplikasian bahan kimia yang digunakan juga
harus secara efektif dan efisien karena dengan penggunaan secara berlebihan
kemungkinan organisme lain yang berada disekitar lokasi pengaplikasian bahan
kimia tersebut akan ikut terbunuh sehingga dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem.
Maka
dari itu konsep penggunaan bahan kimia dalam pengendalian gulma secara kimia
harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, seperti waktu, tingkat
ekonomis, tingkat populasi gulma di lahan, dan kemampuan alam untuk
menetralisir residu dari bahan kimia yang digunakan sehingga keseimbangan alam
tetap terjaga.
B. Saran
Saran
yang ingin Penyusun sampaikan terkait dengan pengendalian gulma secara kimiawi
adalah :
1.
Pemerintah
harus lebih memberikan perhatian lebih terhadap pemberian penyuluhan dalam
pengendalian gulma secara kimiawi kepada petani
2.
Pengembangan
herbisida biologis perlu lebih dikembangkan sebagai alternative pengendalian
gulma sehingga dapat menggeser penggunaan bahan kimia dalam pengendalian gulma.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhardi. 2007. Dasar-Dasar Bercocok
Tanam. Yogyakarta : Kanisius
Djafaruddin. 2004. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman. Jakarta : PT Bumi Aksara
Citrosudirjo. 1984. Pengelolaan
Gulma Perkebunan. Jakarta; Gramedia
Maspary. 2010. Penggolongan
Gulma Tanaman. www.gerbang pertanian.com.Akses 7 Mei 2015
Sundaru.M.DkkSyam,Mahyudin.1976.Beberapa Jenis Gulma Padi
Sawah.Bogor.Lembaga Pusat Penelitian Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar