Minggu, 21 Februari 2016

pengaturan suhu tubuh

PENGATURAN SUHU TUBUH
October 13, 2012
1.    Mekanisme Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termosta
Imagert. Suhu yang nyaman merupakan set point untuk operasi system pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas tersebut. Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka sinyal akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di (1) area reticular batang otak dan (2) kompleks vetro basal thalamus. Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus. Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.

2.    Antomi Fisiologi yang terkait
Suhu diatur oleh sistem syaraf dan sistem endokrin
a.    Sistem syaraf
1)    Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung syaraf yang sensitif terhadap suhu dengan menghasilkan respon yang tepat – menggigil untuk kedinginan, berkeringat untuk kepanasan.
2)    Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang mengalir melewati kapiler-kapiler nya. Hipotalamus mengadung 2 pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasoladitasi dan karena nya panas menguap. Hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut. Melalui hubungan dengan otak tersebut, hipotalamus menerima stimulus dari talamus dan dapat melewati sistem syaraf otonom memodifikasi aktivitas humoner, sekresi keringat aktivitas kelenjar dan otot-otot.
b.    Sistem Endokrin
1)    Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin yang menstimulasi metabolisme dan karena nya dapat meningkatkan pembentukan panas.
2)    Kelenjar tyroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metabolisme dan pembentukan panas.  
3.    Produksi Panas dan Kehilangan Panas Tubuh
a.    Produksi panas
Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas. Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme yaitu reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan merupakan sumber utama bahan bakar untuk metabolisme. Aktivitas yang memburuhkan reaksi kimia tambahan akan meningkatkan laju metabolic yang juga akan menambah produksi panas. Saat metabolism menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit. Produksi panas terjadi saat intirahat, gerakan volunter dan termogenesis tanpa mengigil.
1)    Metabolism basal berperan terhadap panas yang dihasilkan oleh tubuh saat istirahat total. Laju metabolism basal atau basal metabolic rate (BMR) biasanya bergantung pada area permukaan tubuh. BMR juga dipengaruhi oleh hormone tiroid. Dengan merangsang penguraian glukosa dan lemak, hormone tiroid meningkatkan reaksi kimia dalam sel tubuh. Saat hormone tiroid disekresikan dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100%. Ketiadaan hormone tiroid akan menurunkan BMR menjadi setengahnya, sehingga terjadi pengurangan produksi panas. Hormen seks testoteron meningkatkan BMR sehingga pria memiliki BMR yang lebih tinggi dari pada wanita.
2)    Gerakan volunter sperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energi tambahan. Laju metabolic meningkat saat aktivitas, terkadang meningkatkan produksi panas hingga 50 kali lipat.
3)    Menginggil adalah respon tubuh involunter terhadap perbedaan suhu dalam tubuh. Gerakan otot lurik saat menginggil membutuhkan energi yang cukup besar. Menginggil menghasilkan produksi panas 4 sampai 5 kali lipat dari normal. Panas ini akan membantu menyeimbangkan suhu tubuh sehingga menginggil akan berhenti.
4)    Termogenesis tanpa mengigil terjadi pada neonatus. Neonatus tidak dapat mengigil sehingga jaringan coklat vasukuler yang ada saat lahir dimetabolisme untuk produksi panas. Jaringan tersebut sangat terbatas jumlahnya.
b.    Kehilangan panas tubuh
Struktur kulit dan pajanan terhadap lingkungan mengakibatkan kehilangan panas normal yang konstan melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
1)    Radiasi adalah transfer panas dari permikaan suatu objek ke permukaan objek lainnya tanpa kontak langsung antara keduanya. Panas pada 80% area luas permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan.
2)    Konduksi adalah transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua objek. Benda padat, cair dan gas mengonduksikan panas melalui kontak. Saat kulit yang hangat menyantuh objek yang lebih dingin, panas akan hilang.
3)    Konveksi adalah transfer panas melalui garakan udara, contohnya adalah kipas angin. Kehilangan panas konveksi meningkat jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang bergerak.
4)    Evaporasi adalah transfer energy panas saat cairan berubah menjadi gas. Tubuh kehilangan panas secara continue melalui evaporasi. Sekitar 600-900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru-paru sehingga terjadi kehilangan air dan panas.
4.    Hal-hal yang mempengaruhi Suhu Tubuh
a.    Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30 % panas tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5˚C sampai 37,5˚C.Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menerus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda.
b.    Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbonhidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 C.
c.    Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesterion rendah suhu tubuh dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10”nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 4 C, yang sering disebut hotflases. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan fasomor.
d.    Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 C selama periode 24 jam. Suhu teremdah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai maximum pada pukul6 sore, lalu menurun kembali sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.  Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadia tidak berubah seiring usia.
e.    Stres
Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melali stimulasi hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.
f.    Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g.    Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
5.    Pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh rata-rata orang dewasa melalui oral adalah 37°c, rektal 35,7°c, dan aksila 36,7°sc. Pusat pengukuran suhu tubuh adalah hipotalamus, dalam susunan saraf pusat yang terletak di bawah otak. Hipotalamus mempunyai peranan penting sebagai pengaturan suhu.
Menentukan Tempat untuk Mengukur Suhu :
a.    Suhu mulut/oral  merupakan suhu tubuh inti tubuh. Tidak dilakukan pada pasien pingsan, bernapas dengan mulut, dengan terapi oksigen, dan sedang makan /minum (tunggu 30 menit untuk memberi waktu jaringan kembali kesuhu normal.
b.    Suhu aksila. Dilakukan jika pengambilan suhu mulut dan rektal tidak mungkin dilakkukan karena merupakan kontraindikasi. Metode tersebut adalah metode yang paling tidak akurat karena kondisi ketiak mudah di pengaruhi oleh suhu lingkungan.
c.    Suhu rektal .lebih akurat dari suhu mulut. Tidak dilakukan pada pasien diare, kanker anus, atau sakit jantung.
Pengukuran Suhu Tubuh :
Alat dan Bahan :
Siapkan alat di atas troli atau baki yang terdiri atas :
1)    Termometer  yang sesuai dengan kondisi pasien .
2)    Botol pencuci termometer : berisi larutan Lysol, sabun dan air biasa
3)    Tissu
4)    Gel / pelumas bila perlu
5)    Sarung tangan
6)    Bengkok/plastik
7)    Pensil dan buku tulis
Mengukur Suhu Oral
Prosedur :
a.    Cuci tangan untuk menjaga kebersihan kulit
b.    Jelaskan pada pasien tentang kepentingannya mengukur suhu dan bagaimana prosedur tersebut akan dilakukan.
c.    Bersihkan termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di bagian ujung atas
d.    Turunkan batas angka pada termometer hingga air raksa menunjukan pada angka 35°c dengan cara mengoyang-goyangkan termometer (posisi termometer saat membaca angka adalah sejajar dengan mata) untuk termometer digital, hidupkan termometer sesuai dengan jenisnya. Misalnya dengan mengeluarkan termometer dari sarungnya atau menekan tombol khusus.
e.    Persiapkan posisi yang nyaman pada pasien, duduk atau terlentang.
f.    Mintalah pasien untuk membuka mulut dan dengan pelahan letakan termometer dalam kantong sublingual (di bawah lidah) dari arah lateral ke tengah rahang bawah
g.    Mintalah pasien untuk menahan termometer dengan mengatupkan bibirnya bukan dengan gigi.
h.    Biarkan termometer dalam mulut selama 2-8 menit
i.    Lepas termometer dan bersihkan menggunakan tissu, baca termometer sejajar dengan mata.
j.    Untuk termometer air raksa, terunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal. Bersihkan termometer sesuai denga jenis termometer.
k.    Cuci termometer dengan air sabun, bilas engan air dingin, keringkan serta letakan kembali pada tempatnya.
l.    Cuci tangan dan catat hasilnya.
Mengukur Suhu Rektal
Prosedur :
1)    Cuci tangan untuk menjaga kebersihan kulit
2)    Jelaskan pada pasien tentang kepentingannya mengukur suhu dan bagaimana prosedur tersebut akan dilakukan.
3)    Bersihkan termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di bagian ujung atas
4)    Turunkan batas angka pada termometer hingga air raksa menunjukan pada angka 35°c dengan cara mengoyang-goyangkan termometer (posisi termometer saat membaca angka adalah sejajar dengan mata) untuk termometer digital, hidupkan termometer sesuain dengan jenisnya. Misalnya dengan mengeluarkan termometer dari sarungnya atau menekan tombol khusus.
5)    Tutup gorden sekitar tempat tidur dan tutup pintu rungan. Jaga agar bagian tubuh atas dan ekstermitas bawah pasien tertutup
6)    Berikan gel pada ujung termometer
7)    Bantu pasien melakukan posisi sims dengan kaki sebelah atas fleksi, sebelah bawah lurus. Anak – anak boleh tengkurap.
8)    Dengan tangan tidak dominan tinggikan bokong pasien untuk memanjakan anus. Minta pasien untuk menarik napas dalam dan relaksasi. Kemudian masukkan termometer ke anus :
-    1-2 cm untuk anak-anak
-    3-5 cm untuk dewasa
-    Jika termometer terasa sulit, jangan dipaksa
9)    Pegang termometer hingga 2-4 menit
10)    Angkat termometer dengan hati-hati dan bersihkan menggunakan tissu
11)    Bersihkan area anal pasien untuk menghilangkan pelumas/fases.
12)    Bantu pasien keposisi semula dan rapikan pakaiannya
13)    Untuk termometer air raksa, terunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal. Bersihkan termometer sesuai denga jenis termometer.
14)    Cuci termometer dengan air sabun, bilas engan air dingin, keringkan serta letakan kembali pada tempatnya.
15)    Cuci tangan dan catatat hasilnya.
v    Mengukur Suhu Aksila
Prosedur :
1)    Cuci tangan untuk menjaga kebersihan kulit
2)    Jelaskan pada pasien tentang kepentingannya mengukur suhu dan bagaimana prosedur tersebut akan dilakukan.
3)    Bersihkan termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di bagian ujung atas
4)    Turunkan batas angka pada termometer hingga air raksa menunjukan pada angka 35°c dengan cara mengoyang-goyang termometer (posisi termometer saat membaca angka adalah sejajar dengan mata) untuk termometer digital, hidupkan termometer sesuain dengan jenisnya. Misalnya dengan mengeluarkan termometer dari sarungnya atau menekan tombol khusus.
5)    Tutup gorden sekitar tempat tidur dan tutup pintu rungan.
6)    Atur posisi yang nyaman pada pasien, duduk supinasi atau terlentang. Lepaskan pakaian atau baju dari bahu dan tangan pasien dan bersihkan daerah aksila.
7)    Masukan termometer ke tengah aksila pasien, turunkan tangan diatas termometer dan letakan lengan bawah menyilangkan di atas dada.
8)    Tahan termometer pada tempatnya selama 5-10 menit.
9)     Lepakan termomeret dan bantu pasien keposisi semula dan rapikan pakainannya
10)    Untuk termometer air raksa, terunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal. Bersihkan termometer sesuai denga jenis termometer.
11)    Cuci termometer dengan air sabun, bilas engan air dingin, keringkan serta letakan kembali pada tempatnya.
12)    Cuci tangan dan catatat hasilnya.
6.    Mekanisme Terjadinya Demam
Mekanisme demam di mulai dengan timbulnya reaksi tubuh terbadap pirogen. Pada mekanisme ini bakteri atau pecahan jaringan akan di fagositosis oleh leukosit darah, makrofak jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 kedalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ini ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini yang selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam, meliputi fase awal, proses dan fase pemulihan.
Fase 1: awal (awitan dingin atau menggigil)
a.    Peningkatan denyut jantung
b.    Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
c.    Menginggil akibat tegangan dan kontraksi otot
d.    Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
e.    Merasakan sensasi dingin
f.    Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
g.    Rambut kulit berdiri
h.    Pengeluaran keringat berlebih
i.    Peningkatan suhu tubuh
Fase II: proses demam
a.    Proses menginggil lenyap
b.    Kulit terasa hangat/panas
c.    Merasa tidak panas atau dingin
d.    Peningkatan nadi dan laju pernafasan
e.    Peningkatan rasa haus
f.    Dehidrasi ringan hingga berat
g.    Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel syaraf
h.    Lesi mulut herpetic
i.    Kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang)
j.    Keletihan, kelemahan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
Fase III : Pemulihan
a.    Kulit tampak merah dan hangat
b.    Berkeringat
c.    Menginggil ringan
d.    Kemungkinan mengalami dehidrasi
7.    Penatalaksanaan Kelainan Suhu Tubuh (Hipotermi Dan Hipertermi)
a.    Hipotermi
Hipotermia adalah suhu inti tubuh yang di bawah batas normal. Kematian biasanya terjadi saat suhu tubuh turun hingga di bawah 34 ° C (93,2 ° F). Pada hipotermia berat, sleepiness atau bahkan koma mungkin terjadi, yang selanjutnya menekan aktivitas mekanisme kontrol panas dan mencegah menggigil.
Tanda Klinis Hipotermia
•    Menggigil hebat ( awalnya )
•    Merasa dingin dan kedinginan
•    Pucat, dingin, kulit seperti lilin
•    Hipotensi
•    Haluaran urine menurun
•    Koordinasi otot berkurang
•    Disorientasi
•    Mengantuk yang mengarah ke koma
Penatalaksanaan Hipotermi
Prioritas terapi pada hipotermi adalah pencegahan penurunan suhu tubuh lebih lanjut. Melepaskan pakaian basah, menggantinya dengan yang kering, dan menyelimuti klien adalah intervensi keperawatan penting yang harus dilakukan. Pada kondisi darurat yang berada jauh dari lingkungan layanan kesehatan, klien diharuskan berbaring dibawah selimut disamping individu sehat dengan suhu tubuh hangat. Klien yang masih sadar harus meminum cairan panas seperti sup, serta menghindari alkohol dan minuman berkafein. Selain itu, tutupi kepala, tempatkan klien di dekat api atau ruang yang hangat, atau tempatkan lembaran panas di sisi tubuh ( kepala dan leher) yang paling cepat kehilangan panas.
a.    Hipertermi
Suhu tubuh diatas rentang normal disebut hipertermia, atau pireksia, atau (dalam istilah awam) demam. Demam yang sangat tinggi, (misalnya 41° C [105,8 °F]) disebut hiperpireksia. Klien yang demam disebut sedang febril.
Tanda Klinis Demam
•    Denyut jantung meningkat
•    Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
•    Menggigil
•    Pucat, kulit dingin (selama fase menggigil)
•    Kulit kemerahan dan hangat
•    Mengeluh merasa dingin (selama fase menggigil)
•    Bulu roma berdiri pada kulit (selama fase menggigil)
1)        Penatalaksanaan hipertermi dibagi 2 yaitu:
a)    Terapi Farmakologis
Antipiretik adalah obat penurun demam. Obat nonsteroid seperti asetaminofen, salisilat, indometasin, dan ketorolac menurunkan demam dengan meningkatkan kehilangan panas. Steroid menurunkan produksi demam dengan memodifikasi sistem imun dan menyembunyikan tanda infeksi. Steroid tidak digunakan untuk penanganan demam, namun steroid dapat menekan demam yang terjadi akibat pirogen.
b)    Terapi Non Farmakologi
Dilakukan dengan menggunakan metode pembuangan panas lewat evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Mandi air hangat dengan spons, mandi dengan larutan air alkohol, pemberian bungkus es ke area aksila dan paha, dan kipas angin awalnya digunakan untuk menurunkan demam; tetapi hindari terapi ini karena dapat mengakibatkan menggigil. Tidak ada keuntungan yang mengungguli antipiretik. Selimut dingin dengan air yang bersirkulasi memungkinkan pembuangan panas konduktif. Ikuti instruksi pabrik untuk penggunaan selimut hipotermia ini karena adanya resiko iritasi kulit dan luka bakar beku. Selimut mandi yang diletakkan di antara klien dan selimut hipotermia serta pembungkusan ekstremitas distal (jari dan genital) menurunkan resiko cidera kulit dan jaringan akibat hipotermia. Membungkus ekstremitas klien dapat menurunkan insiden dan intensitas menggigil. Obat seperti meperidine atau butorphanol menurunkan menggigil
8.    ASKEP pada masalah gangguan suhu tubuh
a.    Pengkajian
-    Periksa tanda vital : suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
-    Palpasi kulit : kulit hangat, kering
-    Observasi penampilan dan perilaku klien saat berbicara dan istirahat : gelisah, bingung, tampak merah.
-    Anamnesa dan pengukuran suhu tubuh. Pengkajian tentang penyebab hipertermi
-    Dapat dikaitkan dengan riwayat penyakit saat ini dan lampau. Seperti kita ketahui
-    Bahwa penyebab terjadinya demam ada 2 yaitu non infeksi seperti dehidrasi,
-    Aktifitas yang berlebihan, terpapar lingkungan yan sangat panas, reaksi paska
-    Imunisasi, reaksi obat – obatan, keracunan, luka bakar atau trauma pada otak. Dan
-    Penyebab yang kedua adalah karena infeksi seperti ISPA, ISK, meningitis,
-    Ensefalitis dan infeksi – infeksi lain.
-    Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan alat atau tanpa alat. Tetapi
-    Pengukuran yang paling tepat adalah dengan menggunakan alat yaitu termometer.
-    Kita mengenal ada banyak tempat pengukuran suhu tubuh dengan termometer
-    Tetapi umumnya yang sering digunakan adalah rektal, oral dan aksila. Ada juga
-    Tempat pengukuran suhu yang lain yaitu membrana timpani, suhu yang dihasilkan
-    Sama dengan suhu rektal atau mendekati suhu inti.
-    Lihat riwayat medis: riwayat kesehatan dahulu
b.    Diagnose menurut nanda 2012-2014
1)    Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
Definisi : beresiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal
Faktor resiko :
-    Perubahan laju metabolisme
-    Dehidrasi
-    Pemajanan suhu lingkungan yang ekstrem
-    Usia ekstrem
-    Berat badan ekstrem
-    Penyakit yang mempengaruhi regulasi suhu
-    Tidak beraktivitas
-    Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
-    Obat yang menyebabkan vasokontriksi
-    Obat yang menyebabkan vasodilatasi
-    Sedasi
-    Trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu
-    Aktivitas yang berlebihan
2)    Hipertermia
Definisi : keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari
Batasan karakteristik:
-    Konvulsi
-    Kulit kemerahan
-    Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
-    Kejang
-    Takikardia
-    Takipnea
-    Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan
-    Anestesia
-    Penurunan perspirasi
-    Dehidrasi
-    Pemejanan lingkungan yang panas
-    Penyakit
-    Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
-    Peningkatan laju metabolism
-    Medikasi
-    Trauma
-    Aktivitas yang berlebihan
3)    Hipotermia
Definisi : suhu tubuh berada dibawah kisaran normal
Batasan karakteristik :
-    Suhu tubuh dibawah kisaran normal.
-    Kulit dingin
-    Dasar kuku sianotik
-    Hipertensi
-    Pucat
-    Piloereksi
-    Mengigil
-    Pengisian ulang kapiler lambat
-    Takikardi
Faktor yang berhubungan :
-    Penuaan
-    Konsumsi alcohol
-    Kerusakan hipotalamus
-    Penurunan kemampuan mengigil
-    Penurunan laju metabolisme
-    Penguapan/ evaporasi dari kulit di lingkungan yang dingin
-    Pemajanan lingkunagan yang dingin
-    Penyakit
-    Tidak beraktivitas
-    Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
-    Malnutrisi, medikasi, trauma
4)    Termoregulasi tidak efektif
Definisi : Fluktuasi suhu di antara hipotermia dan hipertemia
Batas karakteristik :
-    Dasar kuku sianotik
-    Fluktuasi suhu tubuh diatas bawah kisaran  normal
-    Kulit kemerahan, hipertemi
-    Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
-    Peningkatan frekuensi pernapasan, sedikit memgigil
-    Pucat sedang, piloereksi
-    Penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal
-    Kejang, kulit dingin
-    Pengisian ulang kapiler yang terlambat
-    Takikardi
Faktor yang berhubungan
-    Usia yang ektrim
-    Situasi suhu lingkungan
-    Penyakit dan trauma
DAFTAR PUSTAKA
Poltekes Depkes Jakarta. (2009). Panduan Praktik Keperawatan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku  2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Supatmi, Yulia. (2008). Panduan Praktek Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji parama
Tamsuri, Anas. (2007). Tanda-Tanda Vita Suhu Tubuh. Jakarta : EGC
Mekanisme Pengaturan suhu tubuh

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk homeotermik, makhluk berdarah panas dimana suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya. Suhu tubuh manusia (suhu inti / core temperature) dipertahankan dalam batas normal dalam suatu limit yang kecil, tidak lebih dari 0,4º C yaitu sekitar 36,7-37,1º C, bahkan dalam suatu keadaan lingkungan yang buruk oleh suatu sistem yang disebut termoregulasi.

Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat (Myers, 1984). Pusat pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia

Manusia membutuhkan keadaan normotermia untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh berjalan normal. Saat tubuh tidak dapat dipertahankan normal, fungsi metabolisme tubuh terganggu dan dapat berakibat fatal.
Suhu tubuh dipertahankan konstan dengan cara memproduksi panas atau meningkatkan pengeluaran panas. Suhu tubuh dipertahankan oleh sistem termoregulasi berkisar 24-45ºC. Jika suhu tubuh berubah menjadi kurang dari 24ºC atau lebih dari 45ºC maka termoregulasi akan hilang dan berakibat fatal.

Perubahan suhu tubuh di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga menyebabkan Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal - hal  tersebut adalah :
  • Exercise: semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
  • Hormon: Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
  • Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
  • Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
  • Asupan makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
  • Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.

SUHU TUBUH
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh tubuh dengan panas yang dikeluarkan. Suhu tubuh manusia secara kasar dibagi menjadi 2 yaitu : suhu inti (core temperature) dan suhu perifer/suhu kulit.
  • Suhu inti adalah suhu pada jaringan / organ vital yang baik perfusinya. Suhu ini relatif sama. Dengan kata lain, distribusi panas pada bagian-bagian tubuh ini cepat, sehingga suhu pada beberapa tempat yang berbeda hampir sama. Bagian tersebut secara fisik terletak di kepala dan dada.
  • Bagian tubuh dimana suhunya tidak homogen dan bervariasi sepanjang waktu merupakan bagian dari suhu perifer. Suhu kulit/ perifer berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bagian tubuh ini terdiri dari kaki dan tangan. Suhu perifer ini biasanya 2-4ºC di bawah suhu inti.
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas yang terjadi. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan suhu tubuh menurun.

Pengukuran suhu tubuh diambil berdasarkan suhu inti dan suhu perifer. Suhu ini disebit suhu tubuh rata-rata. Rumus yang digunakan adalah:
  • T body = 0,66 T core + 0,34 T skin
Suhu kulit di seluruh tubuh berbeda. Menurut Ramanathan menganjurkan untuk menentukan suhu kulit dibutuhkan 4 tempat berbeda. Sedangkan suhu inti dapat diambil dari suhu pada membrana timpani, esofagus distal atau arteri pulmonalis. Selain itu, juga dapat diambil dari suhu di nasofaring, rektal atau vesika urinaria.

Suhu tubuh bervariasi tergantung dari bagian tubuh yang diukur, waktu pengukuran, aktivitas dan umur. Suhu kulit di pergelangan kaki ¬sekitar 20ºC, di pinggang sekitar 30ºC pada temperatur lingkungan 22,2ºC. Suhu aksila sekitar 1ºF (0,6ºC) lebih rendah daripada suhu oral dan suhu rektal sekitar 1ºF lebih tinggi daripada suhu oral. Suhu tubuh tergantung dari variasi diurnal, suhu tubuh rendah pada pagi hari (terendah sekitar jam 4.00 pagi hari) dan mencapai maksimal pada sore hari antara jam 03.00-07.00 malam.

PANAS TUBUH
Panas tubuh dihasilkan dari reaksi metabolisme tubuh. Sumber utama terbentuknya panas tubuh ini berasal dari glukosa, protein dan lemak. Panas tubuh yang dihasilkan berasal dari pembakaran setiap gram lemak menjadi 9,3 kal dan karbohidrat serta protein menjadi 4,1 kali.

Sebagian besar produksi panas di dalam tubuh dihasilkan organ dalam, terutama dalam hati, otak, jantung dan otot rangka selama kerja. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, dimana panas tubuh hilang ke udara dan sekitarnya. Oleh karena itu, laju hilangnya panas tubuh ditentukan oleh seberapa cepat panas tubuh dapat dikonduksikan dari tempat panas tubuh dihasilkan dalam inti tubuh ke kulit dan seberapa cepat panas tubuh kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke sekitarnya.

Panas tubuh hilang dari permukaan tubuh melalui 4 mekanisme, yaitu radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Kehilangan panas melalui radiasi adalah kehilangan dalam bentuk gelombang panas. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari benda-benda di sekitar ke tubuh . Tetapi bila suhu tubuh lebih besar dari suhu lingkungan, panas tubuh ini akan dipancarkan keluar dari tubuh lebih besar daripada yang dipancarkan ke tubuh.

Kehilangan panas karena radiasi ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Makin rendah suhu lingkungan makin besar panas tubuh yang hilang dan bila suhu tubuh makin mendekati suhu lingkungan, kehilangan panas yang terjadi makin kecil. Selain dipengaruhi oleh hal tersebut, radiasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara, makin tinggi kelembaban, kehilangan panas makin berkurang. Radiasi merupakan penyebab kehilangan panas terbesar pada penderita yang menjalani operasi.

Konduksi merupakan hilangnya panas dari suatu permukaan benda ke permukaan benda lainnya.Misalnya, dari kulit tubuh manusia ke permukaan tempat tidur. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dari benda tersebut dan penyekat yang ada diantara keduanya.

Di sekitar manusia terdapat suatu lapisan udara yang hangat yang berfungsi sebagai insulator (penyekat tubuh). Lapisan udara ini yang menghalangi hilangnya panas tubuh ke udara. Tetapi bila ada aliran udara yang bergerak yang menghilangkan lapisan udara di sekitar tubuh manusia akan menyebabkan hilangnya panas tubuh. Proses hilangnya panas tubuh karena aliran udara ini disebut konveksi1.

Evaporasi adalah suatu proses berubahnya cairan menjadi gas. Evaporasi terjadi melalui kulit dan cairan yang hilang sekitar 800 ml (30-50 ml/jam). Sedangkan evaporasi melalui sistem pernapasan terjadi melalui udara yang diekspirasikan, cairan yang hilang sekitar 400 ml/hari.

Pengeluaran keringat sendiri menyebabkan hilangnya panas dari tubuh. Mekanisme itu hanya efektif untuk menurunkan suhu tubuh bila keringat yang terbentuk diuapkan oleh tubuh, tidak jatuh atau meleleh dari tubuh. Setiap ml keringat yang diuapkan membutuhkan 580 kal yang akan diserap dari tubuh.

Selama suhu kulit lebih tinggi daripada suhu lingkungan, panas dapat hilang melalui radiasi dan konduksi. Tetapi ketika suhu lingkungan lebih tinggi daripada suhu tubuh, tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi dari suhu lingkungan. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah dengan evaporasi.

MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH
Termoregulasi seperti fungsi sistem tubuh lainnya mempunyai sistem umpan balik (feed back) negatif dan positif untuk mengatur fungsi fisiologis tubuh. Suhu tubuh dipertahankan melalui suatu fungsi fisiologis yang melibatkan reseptor-reseptor suhu perifer dan sentral.

Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior.
  • Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
  • Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate.
Fungsi pengaturan suhu tubuh atau termoregulasi tersebut dibedakan menjadi 3 fase, yaitu: termal aferen, regulasi sentral dan respon eferen.

Termal Aferen
Informasi mengenai suhu berasal dari sel-sel di seluruh tubuh yang sensitif terhadap perubahan suhu. Reseptor-reseptor suhu ini terletak di kulit dan membrana mukosa. Terdiri dari reseptor panas dan reseptor dingin. Reseptor dingin menyalurkan impuls melalui serabut saraf Aδ dan reseptor dingin melalui serabut saraf C tak bermielin. Serabut saraf C tak bermielin juga untuk mendeteksi dan menghantarkan impuls nyeri. Hal ini yang menyebabkan impuls panas yang intens kadang-kadang sulit dibedakan dengan impuls nyeri tajam. Reseptor di kulit ini memiliki 10 kali lebih banyak reseptor dingin daripada reseptor panas. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama menyangkut deteksi suhu dingin daripada suhu panas.

Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh, terutama di medula spinalis, organ dalam abdomen dan torak, hipotalamus dan bagian lain dari otak, serta sekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih banyak terpapar dengan suhu inti daripada suhu permukaan tubuh.

Reseptor suhu juga terdapat di hipotalamus anterior area pre-optik. Area ini mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin.

Regulasi Sentral
Pusat regulasi suhu di serebral terletak di hipotalamus. Impuls suhu yang berjalan melalui traktus spinotalamikus, yang berasal dari kulit, medula spinalis, jaringan sebelah dalam torak dan abdomen serta bagian otak lainnya akan dibawa dan diintegrasikan di hipotalamus, yang kemudian akan mengkoordinasi jalur eferen menuju efektor.

Area pada hipotalamus yang dirangsang oleh impuls sensoris ini adalah suatu area yang terletak secara bilateral dalam hipotalamus posterior kira-kira setinggi korpus mamilaris. Di area ini impuls dari area pre optik dan dari perifer tubuh digabung untuk mengatur reaksi pembentukan panas atau reaksi penyimpanan panas tubuh.

Pada manusia, suhu inti diatur dalam suatu limit yang kecil yang disebut set-point. Set-point ini yang mengatur adalah hipotalamus posterior. Nilai ambang suhu inti tidak melebihi 0,4ºC, pada umumnya berkisar 36,7-37,1ºC. Nilai ambang ini disebut interthreshold range. Hipotalamus mengatur suhu tubuh dengan mengintegrasikan input suhu yang berasal dari perifer dan inti serta membandingkan dengan set-point di hipotalamus posterior.

Interthreshold range ini bisa berubah pada penderita hipotiroid, hipertiroid, infeksi, exercise/olah raga, makanan, anestesi dan pemberian obat-obatan, misalnya alkohol, sedatif dan nikotin. Regulasi sentral ini intact pada bayi, tetapi seringkali terganggu pada orang tua atau penderita sakit kritis.

Respon Eferen
Respon termoregulasi dari perubahan suhu terdiri dari perubahan tingkah laku. Pada manusia dengan kesadaran penuh, perubahan tingkah laku lebih bermanfaat dalam mempertahankan suhu tubuh. Saat hipotalamus mendeteksi penurunan suhu tubuh, impuls akan berjalan dari hipotalamus menuju korteks serebri untuk memberikan individu tersebut sensasi dingin. Akibatnya terjadi perubahan tingkah laku, misalnya peningkatan aktivitas motorik, seperti berjalan menuju tempat yang lebih hangat atau memakai baju hangat.

Respon yang lainnya adalah respon vasomotor. Respon vasomotor terbagi menjadi 2 yaitu, respon terhadap dingin, berupa vasokonstriksi dan piloereksi serta respon terhadap panas berupa vasodilatasi dan pengeluaran keringat (sweating)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisfPPN2tc9ARjMbIGIWwaScTPxWB05dEX3asmSo6RyU4EOOFutl7HyOcjsXTkdMvQ1nkEqgbXBq2Wwbu59auzhcA-3Y12KsUnPdbrPN8y0wa0rdwUTQa8YjFAKrJWKuZkCHyI6Hdk1r9c/s1600/2012-07-08_011410.jpg

Suhu inti jika berada dibawah nilai ambang akan merangsang terjadinya vasokonstriksi, termogenesis non-shivering dan shivering. Jika suhu melebihi nilai ambang akan mengaktivasi vasodilatasi dan pengeluaran keringat. Tidak terjadi respon termoregulasi jika suhu inti berada diantara dua nilai ambang ini (interthreshold range)

Efektor menentukan suhu lingkungaan yang dapat diterima oleh tubuh sementara suhu inti tetap dipertahankan normal. Ketika mekanisme efektor ini dihambat, toleransi terhadap perubahan suhu akan menurun, hingga mekanisme efektor lain tidak bisa mengkompensasi perubahan suhu tersebut.

Respon terhadap Dingin
Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal. Manusia pada umumnya mulai merasa tidak nyaman ketika suhu kulit sekitar 7ºC atau lebih di bawah suhu inti. Hal ini akan menimbulkan respon tubuh untuk mempertahankan panas tubuh dengan melakukan mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal.

Proses respon terhadap dingin.
  • Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic ( kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yang merupakan  Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh  ) dan pusat peningkatan panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. 
  • Berbagai organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
    • Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf simpatis yang menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
    • Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan   Piloereksi . Piloereksi adalah berdirinya rambut karena rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat di folikel rambut berkontraksi. Hal ini tidak terlalu penting pada manusia, tetapi pada hewan berdirinya rambut memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal insulator udara.
    • Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya, menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.
    • Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan memproduksi panas. Rangsangan hipotalamus terhadap shivering (menggigil) terletak pada bagian dorsomedial hipotalamus posterior. Pada awalnya terjadi peningkatan tonus otot rangka di seluruh tubuh. Saat tonus meningkat diatas tingkat kritis tertentu, proses menggigil dimulai.    Selama proses menggigil, pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali dari normal.
    • Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh.

Respon terhadap Panas
Sistem pengaturan suhu menggunakan 3 mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh, yaitu pengeluaran keringat (sweating), vasodilatasi dan penurunan pembentukan panas oleh tubuh.

Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas pada mekanisme respon pada dingin. Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA
3
servasius epi 01.15



Tidak ada komentar:

Posting Komentar